Bab 4. Phobia

1231 Words
“Hm… kok gue jadi gugup gini ya,” gumam Zello saat ia sudah berada di depan kamar yang dimaksud oleh Kania.   “Santai Zello… santai,” gumam Zello lagi lalu akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu.   Toktoktok…   Tak lama, pintu pun terbuka. Zello, kini semakin gugup.   ‘s**l, cewek!’ batin Zello saat melihat sosok gadis dengan kepala tertunduk di hadapannya.   “H—hai,” sapa Zello dengan cengiran paksaan.   “Silahkan masuk,” balas gadis tersebut mempersilahkan Zello masuk ke dalam kamarnya tanpa mau menatap wajah Zello.   “I—iya….” Saat Zello masuk, penciuman nya langsung menangkap aroma vanila yang sangat kuat. Satu kata yang Zello rasakan saat ini, hangat.   “Um… kita belajarnya di sini?” tanya Zello pada gadis itu sambil menunjuk sebuah meja yang berukuran cukup besar.   “Iya,” Jawab gadis itu lalu duduk di atas karpet kamar tepat di hadapan meja. Sontak, Zello pun ikut duduk berhadapan dengannya.   “Pertama-tama lebih baik kita perkenalan terlebih dahulu ya… nama saya Zello,” ucap Zello sambil mengulurkan tangannya pada gadis tersebut.   “Keyzia,” balas gadis yang tak lain bernama Keyzia tanpa menyambut uluran tangan Zello.   “O—oh, salam kenal,” ucap Zello yang mau tak mau kembali menarik tangannya dari hadapan Keyzia.   “Ya,” balas Keyzia singkat.   “Um… tidak perlu malu, jangan terus menunduk seperti itu,” ucap Zello berusaha mencairkan suasana. Mendengar perkataan Zello barusan, akhirnya Keyzia pun mendongakkan kepalanya yang membuat seluruh wajahnya kini terlihat dengan jelas dimata Zello.   “Astaga! Ternyata bidadari?!” Zello tersentak kagum. Keyzia yang mendengar nada tak percaya Zelloo pun hanya dapat tersenyum canggung.   “Maaf?”   “A—ah… t—tidak kok… yasudah kalau begitu kita mulai saja langsung ya,” balas Zello panik sendiri lalu bergegas mengambil beberapa buku paket dari dalam tasnya.   “Kamu mau belajar apa dulu? Matematika, IPA, Sejarah, atau—”   “Terserah bapak,” potong Keyzia dengan raut wajah khasnya, datar.   “Eh?!” kaget Zello seketika.   “Apa?” tanya Keyzia bingung.   “K—kenapa panggil saya bapak?”   “Bapak, guru.”   “Hah?”   “Anda guru.”   “Tapi kan saya seumuran kamu, Keyzia.”   “….”   “Baiklah kalau begitu tidak apa,” pasrah Zello saat menyadari perubahan raut wajah sang murid.   “Kita belajar Matematika dulu saja ya…,” ujar Zello lalu membuka buku paket matematika.   “Kamu sudah belajar sampai mana?” tanya Zello pada Keyzia.   “Sudah selesai,” jawab Keyzia jujur.   “Maksudnya?”   “Aku sudah selesai mempelajari materi-materi di sekolah,” jawab Keyzia yang tentu tak berbohong.   “T—tunggu, kalau begitu saya akan coba memberi soal paling hots di sekolah saya padamu,” ucap Zello lalu mulai membuat soal hots yang sebenarnya belum pernah di ajarkan oleh gurunya ketika di sekolah. Dan materi tersebut, adalah materi paling akhir untuk siswa kelas 3 SMA. Zello mengambil soal tersebut dari kisi-kisi Ujian tahun ini. Setelah selesai, ia pun langsung meminta Keyzia untuk mengerjakan soal-soal tersebut.   “Jika kesulitan menghitung, kamu bisa menggunakan—”   “Sudah,” potong Keyzia yang membuat mata Zello terbelalak.   “Lima menit?!” kaget Zello menatap Keyzia dengan raut wajah tak percaya.   “Aku sudah mengetahui caranya pak,” balas Keyzia nampak biasa saja.   “Saya ingin bertanya satu hal, apa di kelas kamu mendapatkan peringkat? Jika iya, kamu berada pada tingkat berapa?” tanya Zello dengan tatapan menyelidik.   “Pertama,” jawab Keyzia jujur.   “Di sekolah?” tanya Zello lagi.   “Pertama.”   “Kalau kamu pintar, untuk apa putus sekolah?!” tanya Zello tak habis pikir sembari menyentuh pundak Keyzia yang membuat sang empunya mematung lalu—   “Aaaaa!!!” pekik Keyzia spontan. Tentu tak berselang lama, tubuh tersebut pun jatuh tak sadarkan diri yang tentu membuat Zello pun sontak menangkap dengan gesit.   “Keyzia kamu—“   “Keyzia!” panik Kania yang langsung masuk ke kamar sang putri dengan raut wajah panik.   “Zello bersumpah tidak melakukan apapun pada Keyzia, tante.” Zello tampak panik dengan wajah pucat pasinya.   “Tidak apa nak Zello,” balas Kania lalu mengangkat tubuh sang putri dan membaringkannya di atas ranjang.   “Mengapa Keyzia tiba-tiba saja berteriak dan pingsan saat Zello menepuk pelan bahunya, tante?” tanya Zello yang amat sangat penasaran sekaligus bingung.   “Huft… tante sampai lupa memberitahumu mengenai hal ini.”   “Apa tante?” tanya Zello tak sabar.   “Keyzia tidak bisa di sentuh,” jawab Kania yang membuat Zello mengernyitkan dahinya bingung.   “Maksudnya?”   “Keyzia mengidap phobia akan sentuhan,” jawab Kania yang sontak membuat Zello terbelalak.   “Jadi, apa itu penyebab Keyzia putus sekolah?”   “Iya, saya menyuruhnya untuk putus sekolah dan memanggil kamu untuk menjadi guru homeschooling nya,” jawab Kania jujur.   “Ah… maaf kalau begitu tante, Zello tadi menyentuh pundak Keyzia.” Zello tampak menyesal yang membuat Kania pun tersenyum maklum.   “Tidak apa-apa, malah tante yang minta maaf… bisa tolong tunggu sebentar, kalian belum selesai kan?” tanya Kania.   “Iya belum tante, tidak masalah kok… saya akan menunggu sampai Keyzia bangun,” jawab Zello cepat.   “Yasudah kalau begitu, tante titip Keyzia ya… soalnya tante ingin mengantar pesanan,” ucap Kania yang diberi anggukkan oleh Zello.   “Iya tante, saya akan menjaganya di sini, tante tidak perlu khawatir ya,” balas Zello yakin.   “Iya tante percaya, kalau begitu tante pergi dulu,” ucap Kania kemudian berlalu pergi meninggalkan Zello dan Keyzia di kamar. Pintu kamar, sengaja di buka lebar agar tidak dicurigai macam-macam.   “Duh lucu banget tadi dia pas teriak,” gumam Zello sambil terkekeh kecil. Ia, sibuk memperhatikan wajah sang murid yang tengah tak sadarkan diri. Jujur saja, Zello benar-benar terpukau akan kecantikan Keyzia. Jika sebelumnya ia berkata bahwa Keyra, istri Alka yang paling manis dari sekian banyak wanita yang pernah ia temui. Maka Keyzia, adalah yang paling tercantik.   Beberapa menit kemudian, akhirnya Keyzia pun mulai tersadar. Ia melirik ke arah Zello yang sedang asyik membuat soal di buku. Dengan malu hati, Keyzia pun memberanikan diri untuk beranjak dari ranjang dan duduk di hadapan sang guru homeschooling.   “Eh, sudah sadar ya? Maaf sekali Keyzia… saya tidak tau,” ucap Zello menyesal.   “Tidak apa,” balas Keyzia dengan kepala tertunduk.   “Kalau begitu kita lanjut saja ya belajarnya,” ucap Zello mencairkan keheningan yang melanda untuk beberapa saat.   “Iya.”   “Nah, ini saya sudah buatkan soal untukmu… saya sengaja membuat banyak soal agar kamu dapat sedikit lebih lama mengerjakannya,” ucap sembari menyodorkan buku tulis yang sudah tulis dengan beberapa soal di sana.   “Iya,” balas Keyzia lalu mulai mengambil pulpennya dan mengerjakan soal yang diberikan oleh sang guru.   “Jawabnya jangan ‘iya' terus Keyzia… agak panjangan sedikit bisa?” tanya Zello dengan cengiran khasnya.   “Iya pak,” jawab Keyzia yang membuat raut wajah Zello berubah.   “Yasudah mending yang sebelumnya saja… tidak perlu panjang-panjang,” balas Zello cepat.   “Iya,” sahut Keyzia yang membuat Zello geleng-geleng sendiri.   Sembari menunggu Keyzia menyelesaikan semua soal yang ia berikan, Zello asyik membuat soal di buku lain untuk di jadikan PR. Barulah, besok ia akan periksa lagi. Besok? Tentu saja, Zello memutuskan untuk tetap mengajar gadis tersebut.  ~~ Bersambung ~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD