Bab 11. Kedai Ice Cream

1112 Words
“Salam kenal bibi,” balas Keyzia yang berusaha ramah namun tetap saja terkesan biasa.   “Nah kalau begitu sekarang kalian berdua silahkan duduk, bibi akan membuatkan dua mangkuk ice cream spesial untuk kalian,” ujar bi Nina lalu bergegas ke belakang untuk membuat 2 porsi ice cream.   “Ah, kamu suka tempat ini?” tanya Zello ketika keduanya sudah duduk.   “Tentu saja,” jawab Keyzia dengan raut wajahnya yang terlihat tidak berubah sumringah atau semacamnya. Namun, seorang Zello masih dapat melihat pancaran senang itu dari mata cantik Keyzia yang menunjukkan sedikit binar di sana. Melihat hal tersebut, Zello pun tak kuasa menahan senyumnya yang berkedut ingin mengembang.   “Aku senang jika kau senang,” ujar Zello dengan nada yang belum pernah didengar oleh Keyzia sejauh ini. Tentu saja, hal tersebut membuat fokus Keyzia langsung teralihkan pada sosok Zello yang tengah tersenyum padanya saat ini.   “Terima kasih,” balas Keyzia sambil menundukkan kepalanya yang membuat Zello terkekeh sendiri melihatnya.   “Hey, kenapa kamu malah menunduk?” tanya Zello heran.   “Tidak apa-apa,” jawab Keyzia sambil menggelengkan kepalanya yang terlihat lucu bagi Zello.   “Ah, ngomong-ngomong… apakah kamu sudah mengerjakan semua tugas yang kuberikan kemarin?” tanya Zello yang membuat Keyzia pun mau tak mau harus mendongak menatap lelaki itu.   “Sudah pak,” jawab Keyzia jujur. Ya, tadi siang ia memang bosan sehingga memilih untuk mengerjakan semua tugas itu sekaligus. Padahal seharusnya ia menyisakan untuk hari-hari esok.   “Semuanya?” tanya Zello lagi memastikan.   “Iya pak,” jawab Keyzia.   “Lalu kenapa kamu tidak menghubungi aku lagi?”   “Aku rasa tidak perlu pak, nanti saja hari sabtu dan minggu besok,” jawab Keyzia yang membuat Zello sedikit kecewa.   “Gitu ya… hm, yaudah kalau begitu,” balas Zello. Lalu tak lama kemudian, bi Nina pun datang dengan membawa nampan berisi dua mangkuk ice cream.   “Nah, ayuk silahkan di coba…,” ujar Bi Nina ramah setelah memberikan ice cream tersebut pada masing – masing keduanya.   “Terima kasih bi,” balas Keyzia dan Zello bersamaan yang membuat Bi Nina pun terkekeh pelan. Sedangkan keduanya, mereka juga sedikit kaget karena bisa berbicara secara bersamaan seperti itu.   “Sudah ya, bibi mau ke belakang lagi… masih ada yang harus dikerjakan, kalian silahkan dinikmati ice creamnya,” ujar Bi Nina lalu pamit kembali ke belakang.   “Setelah kepergian Bi Nina, keduanya pun kini dilanda keheningan. Keyzia dan Zello sama-sama sibuk menghabiskan ice cream mereka tanpa berniat untuk membuka suara. Hingga saat ice cream mereka sama-sama habis, barunya Zello memberanikan diri untuk membuka suara.   “Apa kau sudah selesai?” tanya Zello pada Keyzia canggung.   “Sudah,” jawab Keyzia jujur.   “Baiklah kalo gitu aku panggil Bi Nina dulu, setelah itu aku akan mengantarmu pulang,” ujar Zello lagi lalu menghampiri Bi Nina ke belakang, meninggalkan Keyzia yang kini tengah memutar-mutar ponsel di tangannya.   ***   Saat ini, keduanya tengah berada di dalam perjalanan menuju rumah Keyzia. Di dalam mobil, sepanjang perjalanan tidak ada yang berniat membuka suara lebih dulu. Ya, selalu saja begitu… lagi-lagi Zello yang kehabisan akal, sedangkan Keyzia yang memang dasarnya pendiam.   “Terima kasih untuk malam ini,” ujar Keyzia dengan raut wajah seperti biasa.   “Iya sama-sama,” balas Zello. Lalu, Keyzia membuka pintu mobil dan keluar.   “Keyzia tunggu!” ujar Zello sebelum Keyzia menutup kembali pintu mobil.   “Ada apa?” tanya Keyzia heran.   “Em... Itu….”   “Apa?”   “Itu… aku….”   “Bapak kenapa?”   “Anu… mau bilang….”   “Bapak mau bilang apa? Aku mau masuk.”   “Good night,” ujar Zello cepat lalu langsung menutup pintu mobil dan melakukan mobilnya pergi meninggalkan rumah Keyzia dengan kecepatan yang lebih tinggi dari biasanya. Kalian tau kondisinya saat ini? Dengan pipi merona, ia memasang wajah super bingungnya yang belum pernah ia tunjukkan serumur hidupnya. Tak berselang lama, Kania yang sedaritadi berada di depan pintu pun memanggilnya yang tentu saja membuat Keyzia tersentak dan menoleh ke belakang.   “Bagaimana kencan malamnya?” tanya sang ibu menggoda sang putri yang tampak malu-malu, walaupun raut wajahnya tetap saja datar.   “Aku tidak kencan bu… hanya makan di suatu kedai,” jawab Keyzia sambil menghampiri sang ibu yang masih setia berdiri di sana.   “Kamu makan apa?” tanya Kania penasaran setelah masuk ke dalam rumah.   “Ice cream,” jawab Keyzia yang benar adanya.   “Wah… romantis dong.”   “Ibu apa sih… aku enggak melakukan hal seperti itu, kami hanya makan lalu dia mengantarku pulang.”   “Ah, masa sih? Gk seru dong Zello nya….”   “Ibu ini kenapa sih… udah ah aku mau istirahat dulu ya, hari ini tubuhku pegal – pegal karena pesanan terlalu banyak,” ujar Keyzia yang pamit masuk ke dalam kamarnya.   “Yasudah deh… sana cuci kaki, cuci muka, lalu tidur ya…,” balas Kania dengan senyum yang selalu terangkat untuk sang putri tercinta.   “Iya bu,” lalu, Keyzia pun naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.   ***   Zello baru saja pulang, tak seperti biasanya, malam ini setelah pulang Zello langsung berlalu begitu saja ke lantai dua. Tentu saja, tak lupa ia menyapa sang mama yang tengah menonton televisi di ruang tamu. Namun, ini tidak seperti biasanya bagi Zellin. Setiap pulang, Zello biasanya selalu ikut duduk menonton televisi bersama dengan dirinya barang sejenak. Setelah itu, barulah Zello masuk ke dalam kamar. Namun kali ini, Zello terasa begitu berbeda… ditambah lagi satu hal yang membuat Zellin kebingungan dengan anaknya yang satu itu.   “Ada apa dengan anak itu? Kenapa dia mendadak seperti itu setelah pulang? Pipinya juga tampak merona tadi. Apa dia sedang kasmaran? Tapi… apakah mungkin itu karena Keyzia? Secara aku pun tahu bagaimana seleranya,” gumam Zellin sembari memperhatikan sang anak yang kini baru saja berlalu masuk ke dalam kamar.   ***   Sedangkan di dalam kamar, Zello kini tengah membaringkan tubuhnya di atas ranjang sembari menatap lamgit-langit kamar miliknya.   “Gue bisa gila kalo dia seimut itu!!”   “Iihh!! Kira-kira gimana ya reaksi dia tadi? Ohhh yaampun Zello gilaa mamaaaa!!”   “Ahh seriusan cakep banget… tapi sayang bukan tipe gue,” gumam Zello yang memelankan suaranya di akhir kalimat. Ya, tentu saja meskipun Keyzia cantik… namun ia tetap bukan tipe ideal Zello.   “Iih… tapi ngapain sih gue mikirin dia terus, jelas-jelas dia berbanding hampir 180 derajat dari tipe guee….”   “Terserah deh Zello… yang penting sekarang gue harus fokus nyusun rencana buat nyari bukti tentang kasus Keyra!” ujar Zello dengan jemari tangan terkepal, berkobar penuh semangat.   “Yosh! Sekarang waktunya sleeping!!” katanya lalu mengangkat tinggi selimut yang ia pakai hingga menutupi sebagian wajahnya. Tak butuh waktu yang lama bagi seorang Zello Adrian Wang untuk tidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD