“Iih… tapi ngapain sih gue mikirin dia terus, jelas-jelas dia berbanding hampir 180 derajat dari tipe guee….”
“Terserah deh Zello… yang penting sekarang gue harus fokus nyusun rencana buat nyari bukti tentang kasus Keyra!” ujar Zello dengan jemari tangan terkepal, berkobar penuh semangat.
“Yosh! Sekarang waktunya sleeping!!” katanya lalu mengangkat tinggi selimut yang ia pakai hingga menutupi sebagian wajahnya. Tak butuh waktu yang lama bagi seorang Zello Adrian Wang untuk tidur.
Hari demi hari pun silih berganti, Zello pun juga sudah membuat rencana yang sangat bagus untuk ia jalankan pada hari ini, tepatnya hari sabtu malam minggu. Kalian ingin tau apa rencana Zello untuk mendapatkan bukti itu? Jawabannya adalah RAHASIA… ya, Zello memang tidak akan menjelaskannya pada kalian semua, ia meminta kalian untuk membaca dan memahaminya sendiri.
“Hai Zello,” sapa Viola saat menghampiri Zello tepat di dalam aula sekolah 2.
“Oh, hai,” balas Zello yang tampak cuek.
“Zello, aku mau ketemu kamu karena aku mau kita balikan,” ucap Viola to the point.
“Kenapa lo ngajakin gue balikan?” tanya Zello dengan sebelah alisnya yang terangkat.
“Karena aku masih cinta sama kamu Zello, kamu mau kan?” jawab dan tanya Viola dengan wajah memelas nya.
“Oke bisa aja, tapi gimana kalo nanti malem kita ngedate ke suatu tempat,” jawab Zello yang membuat mata Viola berbinar cerah.
“Benarkah? Oke kalau begitu nanti malam aku akan dandan special khusus untuk hari kencan pertama kita setelah putus,” balas Viola yang tampak sangat antusias.
“Sip! Kalo gitu gue mau balik ke kelas dulu… takut guru udah keburu masuk,” balas Zello lalu langsung pergi begitu saja meninggalkan Viola di dalam sendirian. Ah, mungkin kalian bertanya-tanya mengapa mereka masuk di hari sabtu. Jawabannya adalah karena seluruh anak kelas 12 diwajibkan untuk mengikuti PM (Penambahan Materi) di setiap hari sabtu mulai hari ini.
***
Setelah pulang dari sekolah, Zello langsung pergi ke rumahnya. Namun di tengah perjalanan, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan menampilkan nama Keyzia di kontaknya yang membuat Zello pun langsung menepikan mobilnya.
“Halo Keyzia, ada apa?” tanya Zello pada orang di sebrang sana.
“Um… itu, ibuku bertanya, apa hari ini bapak tidak akan mengajarku?” jawab dan tanya balik Keyzia yang sontak membuat Zello menepuk dahinya sendiri.
“Astaghfirullah, maaf Keyzia aku lupa memberi tahu… mulai hari ini dan sabtu selanjutnya aku gk bisa ngajar ya, aku ngajar kamunya hari minggu dan jumat aja gk masalah kan? Soalnya aku mulai ada PM di sekolah,” jawab Zello yang merasa bersalah karena ia lupa memberitahu Keyzia mengenai hal tersebut.
“Oh, baiklah kalau begitu tidak apa-apa,” balas Keyzia yang tanpa sadar tersirat nada kecewa di dalamnya.
“Sekali lagi maaf ya,” ucap Zello yang benar-benar sangat menyesal.
“Tidak apa-apa, kalau begitu maaf sudah mengganggu,” balas Keyzia lalu langsung memutus sambungan telepon begitu saja.
“Ah yaampun… kenapa gue harus lupa?!” kesal Zello pada dirinya sendiri.
Saat malam tiba, kini Zello tengah bersiap menuju rumah sang ‘pacar' guna menjemput. Setelah siap, ia pun langsung turun ke bawah untuk pamit pada sang mama.
“Mama… Zello izin keluar ya,” ujar Zello pada Zellin.
“Mau kemana kamu udah ganteng gini?” tanya sang mama melihat sang anak yang sudah sangat rapi dari biasanya.
“Mau menuntaskan semua masalah dong,” jawab Zello bangga.
“Huft… yaudah kalo gitu kamu hati-hati ya,” ucap Zellin sambil mengelus pelan rambut sang anak.
“Iya mama, Zello pergi sekarang ya… assalamu’alaikum,” balas Zello lalu pergi begitu saja keluar rumah yang membuat sang mama pun geleng-geleng kepala melihatnya.
Setelah sampai di alamat yang sesuai dengan yang dikirim oleh Viola, ternyata Zello pun baru menyadari bahwa daerah rumah Viola ternyata searah dengan rumah Keyzia. Saat ia keluar dari mobil, Zello langsung mendapati Viola yang baru saja keluar dari halaman rumah.
“Hai Zel,” sapa Viola malu-malu saat berhadapan dengan Zello.
“Hai juga, ayo masuk,” balas Zello lalu mempersilahkan Viola untuk masuk ke dalam mobilnya.
“Eh, itu si aneh?” gumam Viola yang membuat Zello menatap wanita itu bingung.
“Kena—” Kalimat Zello seketika terhenti karena Viola berujar keras.
“Hey cewek aneh!” panggil Viola pada seseorang yang berada di sebrang jalan.
“Siapa yang—”
“Bentar ya sayang,” potong Viola yang sekarang malah pergi menghampiri orang itu. Sedangkan Zello yang bingung pun akhirnya memilih untuk tetap diam di tempat.
“Ish sombong banget ya lo,” ucap Viola pada orang tersebut yang hanya diam menunduk.
“Mau kemana sih malem-malem gini? Gk takut nanti disentuh orang? Oo… hati-hati juga ya kalo lewat g**g, takutnya nanti lo diculik terus diperkosa sama kakek-kakek m***m,” ujar Viola lagi yang sontak membuat orang itu langsung terjatuh sambil menutup kedua telinganya rapat – rapat.
“Bangun lo! Udah kayak orang diapain aja… emang dasar lebay! Huh, tante Kania kok bisa ya punya anak macem lo gini? Oh iya gue lupa, kata mami… ayah lo meninggal karena s**l ya? Atau karena mau menolong lo yang waktu itu mau—”
“Cukup! Hentikan ucapan jahatmu itu!” pekik orang tersebut sambil sesegukan.
“Eh, jahat? Enggak kok… gue tidak pernah jahat sama lo,” balas Viola sambil tertawa geli.
“P—pergi!” titah orang itu dengan suaranya yang bergetar hebat.
“Apa yang telah lo perbuat Viola?” tanya Zello yang secara tiba-tiba sudah berada tepat di belakang Viola.
“Eh, sayang… enggak kok, aku tidak berbuat yang macam-macam… hanya mau menyadarkan w***********g kayak dia aja,” jawab Viola yang kini bergelayut manja di lengan Zello.
“Jalang? Memangnya lo bisa menilai orang hanya dari satu sisi saja?” tanya Zello dengan nada dinginnya.
“Bukan begitu Zello, tapi dia itu sudah kotor… kasihan ibunya, jadi harus repot-repot menyimpan aib anaknya yang begitu besar,” jawab Viola dengan santainya.
“Oh, kalau begitu sebaiknya lo masuk ke mobil sekarang,” titah Zello pada Viola dengan tegas.
“Ih tunggu sebentar Zello… aku belum puas,” tolak Viola yang benar-benar membuat kesabaran Zello habis.
“Cepat masuk atau gue tidak akan menemui lo lagi!” bentak Viola yang akhirnya mau tak mau harus masuk ke dalam mobil. Setelah Viola sudah benar-benar masuk ke dalam mobilnya, Zello pun berjongkok menatap orang yang masih menangis tersedu-sedu tersebut.
“Keyzia, apa kamu baik-baik saja?” panggil Zello dengan suara tercekat. Ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa saat ini.
“Pergilah,” balas Keyzia lirih yang semakin mempererat pelukan pada tubuhnya sendiri.