Rencana Rendy

1115 Words
Rendy menatap gerbang dimana Lea tinggal. Pria itu sengaja datang untuk meminta maaf pada Lea. Kejadian kemarin ternyata berdampak panjang. Setelah berbicara dengan Lea dan menyadari kecurangan Rendy, Zul berniat untuk memutasi Rendy ketempat yang lain. Hal itu diketahui Rendy, ketika salah satu staff HRD yang juga korban rayuan mau Rendy memberitahunya bahwa ia mendengar Zul bertanya pada Manager HRD apakah masih ada tempat dicabang yang lain untuk Zul tanpa menjelaskan alasannya. Tentu saja Rendy sadar, Zul tak mungkin memecatnya karena ia berbuat curang untuk urusan pribadi dan pasti Zul merasa tidak nyaman ada seseorang yang bersifat pengkhianat seperti dirinya.Rendy merasa kalut, bagaimana pun kini posisinya cukup tinggi di perusahaan itu. Mendapatkan posisi baik, di perkantoran yang cukup mentereng membawa prestige untuk Rendy. Dan ditempat ini adalah lahan basah, dimana ia bisa berkenalan dengan banyak client untuk project sampingannya. Kini Rendy berpikir, jika ia minta maaf pada Lea, mungkin saja Lea bisa membujuk pak Zul agar Rendy tetap berada ditempat yang sama. Kini Rendy tengah berada didalam mobilnya di sebrang jalan rumah Theo yang ia ketahui sebagai tempat tinggal Lea yang Lea akui sebagai rumah saudaranya. Lea berkata begitu karena Rendy beberapa kali ingin mengantarnya sampai ke dalam dan Lea menolaknya karena ia menumpang di rumah saudaranya, kelit Lea. Di saat yang sama di dalam rumah, siang itu Theo sudah tampak rapi. Ia mengenakan polo shirt putih dengan celana pendek selutut dan rambut jatuh tanpa pomade. Perlahan ia mengetuk pintu kamar Lea. Hari ini perasaannya tengah sangat senang, sehingga ia ingin mengajak perempuan itu makan siang diluar. “Mas? Rapi amat? Mau kemana?” tanya Lea tampak bingung melihat Theo yang tampak segar dan seolah siap untuk pergi. “Ayo ganti baju, ikut aku makan siang. Aku mau traktir kamu makan siang sebagai imbalan pijat kemarin malam.” “Asikkk! Kita makan siang apa mas?!” pekik Lea senang. “Kita makan siang di restoran mewah…” “Gak mau!” “Loh? Kenapa? Kurang mahal?” “Aku pengen makan siang mie kocok!” “Itu bukan makan siang, itu namanya jajan! Mana kenyang!” “Kenyang! Karena dipinggir mie kocok langganan aku ada tukang sate juga, belakangnya ada tukang dimsum enak! Seberang jalan ada yang jualan martabak legend, gak mungkin gak kenyang!” “Lea…” “Aku pengen ditraktir jajan aja… pleaseee… “ ucap Lea berakting manja seperti anak kecil. Kebetulan perutnya lapar dan dihari sabtu siang seperti ini memang paling enak menghabiskan waktu untuk makan cemilan. “Terserah kamu deh! Ayo ganti baju … “ Mendengar suruhan Theo, Lea bertepuk tangan sendiri lalu menutup pintu dan segera mengganti pakaiannya. Dalam hitungan menit ia pun segera menyusul Theo yang tengah berdiri di luar mobil. Sedangkan Sugi tengah membuka gerbang. “Aku siap!” ucap Lea senang sambil menghampiri Theo yang masih berdiri di luar mobil. Pintu gerbang yang terbuka, membuat Rendy yang berada didalam mobilnya di seberang jalan menoleh dan melihat Lea. Baru saja ia ingin bergegas untuk keluar dari mobil dan menghampiri, ia melihat sosok lain di samping Lea, Theo. Rendy segera mengurungkan niatnya dan mencoba melihat ke dalam gerbang. Tetapi ia tak bisa melihat secara menyeluruh tetapi sempat melihat Lea dan Theo memasuki mobil lalu mobil itu meninggalkan kediaman Theo. Mata Rendy membulat dan tersenyum tak percaya dengan pemandangan yang baru saja dilihatnya. Melihat seorang wanita muda hendak menutup gerbang rumah Theo kembali, Rendy segera turun menghampiri. “Permisi mbak, saya ingin bertemu dengan Lea.” Rendy segera menyapa Sari yang tengah hendak menutup gerbang. “Oh, baru saja pergi … “ “Oh begitu, soalnya saya ada janji juga dengan Lea dan Theo…” “Oh kenal mas Theo juga? Barusan banget mas perginya mas Theo dan mbak Lea. Kalau nggak mas coba hubungi saja.” “Kira-kira mereka kembali pukul berapa ya?” “Mas coba kembali sore hari saja, kalau nggak salah sore ini mas Theo ada therapy untuk kakinya. Ohya, ini mas siapa?” Ditanya identitasnya Rendy hanya tersenyum dan bergerak mundur kembali ke mobil. Melihat sikap mencurigakan Rendy, Sari segera menutup pintu. Ia sedikit merasa menyesal karena meladeni Rendy yang berwajah tampan dan mempesona. Di dalam mobil, mata Rendy bersinar terang. Ia seolah memiliki jalan baru untuk mewujudkan keinginannya. Mendengar ucapan dari perempuan yang barusan berbicara dengannya membuat Rendy merasa ada sesuatu antara Lea dan Theo. Rendy pun merasa yakin kalau tempat tinggal itu tempat tinggal Theo. Ia segera menghubungi seseorang, orang itu adalah salah satu karyawan di tempat Theo dan Lea bekerja. Ia mengenal karyawan itu karena mereka sering menghabiskan waktu merokok bersama di area taman kantor. Ia akan mencari tahu, siapa Theo dan Lea dari karyawan itu. Wajah Lea tampak senang ketika ia baru selesai memesan banyak jajanan dan kembali ke mobil lalu memberikan kembalian uang yang tadi diberikan Theo padanya. “Mobilku pasti nanti jadi bau bumbu gara-gara kita makan di dalam,” keluh Theo sambil menatap sebagian makanan yang baru tiba.. “Nanti tolong dibersihkan ya pak, mobilnya bos Theo … jangan sampe bau!” pekik Lea sambil menikmati minuman dalam botol dan mendapat ancungan jempol dari Sugi yang tengah menikmati makanan yang dibeli oleh Lea. “Ck, kamu tuh…” sungut Theo lalu menerima sepiring sate yang baru tiba. “Mas, kamu gak mau tutup baju kamu pake tissue? biar gak kotor kalau kecipratan bumbu sate.” “Kamu pikir aku anak kecil yang makan sate aja gak bisa?” Lea hanya mengangkat alisnya lalu kembali asik makan dengan perasaan bahagia. Baru saja tiga tusuk, ucapan Lea benar adanya, Theo secara tak sengaja menciprati pakaiannya sendiri dengan bumbu sate. “Tuh kan, gak percaya aku bilangin?!” ucap Lea sewot melihat pakaian Theo yang ternoda bumbu kacang. Spontan Lea segera menyambar tissue basah dan membersihkan pakaian Theo hati-hati. Theo hanya bisa mengalihkan wajahnya sesaat karena wajah Lea berada begitu dekat dengan wajahnya. Perlahan Theo kembali menolehkan wajahnya dan menatap wajah Lea yang hanya berjarak lima centi. Aroma shampo yang lembut dari rambut Lea membuat Theo tak tahan untuk tak mengecup pelipis perempuan itu. Cup. Kecupan lembut dan tipis itu membuat Lea menghentikan kegiatannya dan menatap Theo dalam dengan pandangan polos. “Apa itu?” tanya Lea spontan, merasa bingung ketika ada kecupan mendarat di pelipisnya. “Ck, kamu tuh mukanya terlalu dekat bibir aku, jadi gak sengaja kecium pelipisnya … tuhhh liat tuhhh.. Jadi kena bumbu kacang kan rambutnya…” jawab Theo spontan sambil seolah -olah membersihkan pelipis Lea yang baru saja ia kecup. “Mas, ah! Aku baru keramas! Rambutku bisa lengket nanti,” omel Lea sambil berusaha melepaskan kepalanya dari usapan Theo yang sebenarnya mengusap rambut Lea karena gemas. Di dalam hatinya ia bertanya-tanya mengapa Max bisa melepaskan perempuan yang bisa membuat perasaan siapapun didekatnya menjadi hangat. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD