GOSIP

1231 Words
Hari-hari pun berlalu dengan suasana tenang untuk Lea dan Theo. Dua minggu yang lalu mereka menghabiskan waktu bersama, kini mereka menghabiskan waktu mereka seperti biasa. Tetapi ada yang berbeda dengan sikap Theo pada Lea. Ia jarang terdengar marah-marah di kantor dan selalu menanyakan kemana Lea pergi ketika perempuan itu tak terlihat. Lea pun tampak menikmati kesibukannya di kantor. Keinginannya untuk resign pun pupus sudah. Kali ini ia lebih menurut jika Theo memberitahunya akan sesuatu, bahkan jika Theo menyuruhnya untuk lebih cepat pulang, ia akan menurut. Mereka pun selalu berangkat bersama setiap hari. Kecuali pagi ini, kemarin Theo diberitahu bahwa ia harus datang ke kantor pusat untuk meeting dengan salah satu direktur. Perusahaan dimana Theo bekerja sebenarnya memiliki kantor pusat yang tak jauh dari pabrik mereka. Sedangkan untuk tim marketing dan design berada di pusat kota Jakarta agar memudahkan untuk berkomunikasi dengan client. “Pagi ini aku dipanggil ke kantor pusat, kamu gak apa-apa kan pergi sendiri?” tanya Theo ketika sarapan bersama Sukma dan Lea. “Bisa dong mas… aku bisa naik ojol ke kantor, tenang ajaa…” jawab Lea santai sambil menikmati bubur ayamnya. “Hari ini aku akan sangat sibuk, tapi nanti kita pulang bersama saja. Tunggu aku sampai aku kembali ke kantor.” Mendengar ucapan sang anak, membuat Sukma segera melirik kearah Lea yang asik makan dan menganggukkan kepalanya menandakan ia mengiyakan permintaan Theo. Diperjalanan menuju kantor pusat, Theo mengirimkan pesan pada Lea untuk menanyakan apakah perempuan itu sudah sampai atau belum. Mendapatkan jawaban dari Lea bahwa ia sudah sampai, membuat Theo merasa lebih tenang. Suasana terasa terbalik untuk Lea ketika sampai dikantor yang tampak heboh pagi itu. Ketika melihat Lea datang, teman-teman timnya segera menarik Lea keruangan meeting. “Lea, apa kamu sudah lihat?! Tanya Egi. “Lihat apa?” “Email pagi ini … ada yang menyebarkan email tentang kamu dan pak Theo. Aku yakin itu pasti perbuatan Rendy, tapi hebat sekali dia bisa membujuk salah satu karyawan kantor kita untuk menyebarkan itu. Tak mungkin intramail bisa disusupi orang lain!” “Email apa sih?! Gak ada email yang masuk?! Tanya Lea bingung. “Email ini!” ucap Egi sambil menunjukan email yang dimaksud pada Lea. Terlihat sebuah email dengan beberapa foto dirinya dan Theo yang berada di dalam mobil baru keluar dari rumah kediaman Theo. Atau foto- foto saat ia dan Theo pulang memasuki rumah yang sama walau beda waktu. Ada juga foto-foto Lea dan Theo yang berada di halaman depan tengah bersama. Dilihat dari fotonya terlihat bahwa ada seseorang yang sengaja mengambil foto-foto Lea dan Theo dengan kamera jarak jauh. “Bapak pikir, yang menyebarkan gosip ini memang berniat untuk menjatuhkan Lea dan pak Theo. Tak mungkin mereka menggunakan kamera biasa, ia pasti menggunakan kamera mahal untuk bisa membidik foto setajam ini,” ucap pak Juwana sambil mengenakan kacamatanya dan menatap foto-foto itu secara seksama. “Tandanya kamu memang tinggal bareng sama pak Theo ya Lea?” tanya Lina polos membuat semua orang kembali menoleh pada Lea yang tampak pucat pasi. Ia merasa seperti telah berbuat dosa ketika melihat semua foto yang ada di dalam email. Kalimat kemarahan yang tertulis di dalamnya dengan mengatakan Lea dan Theo adalah manusia munafik dan sok suci, memang membuat semua orang tertuju pada Rendy yang tampaknya menaruh dendam dan kemarahan pada Lea dan Theo. Ia seolah ingin memberitahu bahwa perbuatan Rendy yang memanfaatkan hadiah-hadiah Zul atasannya untuk mendekati Lea tak sebanding dengan perbuatan Lea yang tinggal bersama tanpa pernikahan dengan Theo. Dan hanya Lea dan Theo yang tak mendapatkan email blast tersebut. Tiba-tiba pintu ruang meeting terbuka dengan keras dan terlihat Annie yang membuka pintu dengan perasaan gusar. “Pagi-pagi sudah dapat email picisan!” gumamnya kesal, karena email itu tadi ia dihubungi oleh HRD yang tampaknya mencari tahu hubungan Lea dan Theo. “Kamu akan dipanggil oleh bu Vero after lunch nanti, lebih baik kamu pikirkan jawabanmu baik-baik untuk menjawab pertanyaannya nanti. Yang aku tangkap tadi, bu Vero berpikir bahwa kamu dan Theo memiliki hubungan khusus, dan hubungan itu membuat Theo terlihat tak profesional. Apalagi kamu sedang dalam penilaian pengajuan kontrak baru atau menjadi pegawai tetap, bisa saja hubungan kalian membuatmu terlihat nepotisme.” Ucapan Annie membuat Lea menundukkan kepalanya dalam. Ia benar-benar tak siap mendapatkan masalah diluar masalah pekerjaan. “Cari tuh si Rendy! Ini pasti perbuatan dia!” ucap Billy kesal tak terima temannya kena fitnah. Pertengkaran Rendy dan Theo sudah menjadi pembicaraan umum beberapa minggu yang lalu ketika ada beberapa karyawan melihatnya. Tetapi berita itupun sudah cepat mereda dan menghilang, dan kini jadi muncul kembali karena email itu. “Percuma, Rendy sudah dipecat! Mungkin karena pemecatan ini ia merasa marah dan membalasnya pada Lea.” “Dipecat? Kenapa mbak?” tanya Lina “Ada beberapa kesalahan fatal yang Rendy lakukan di kantor sebelah. Cerita detailnya bagaimana, aku juga tidak begitu tahu, karena mereka tak ingin menceritakannya. Tak hanya Lea dan Theo saja yang mendapat email seperti ini, tapi pak Zul juga. Ia mendapatkan ujaran kebencian dan beberapa hal tentang kehidupannya juga diumbar Rendy ke seluruh karyawannya.” “Ihh… cowo pengecut!” “Sudah tak perlu mikirin si Rendy! Orang seperti itu biasanya cuma jago kandang! Bisanya hanya berbuat seperti ini, kalau disamperin juga dia kabur!” ucap Billy kesal. “Iya, sekarang lebih baik kamu bersiap jika dipanggil HRD,” ucap Annie sambil menepuk bahu Lea perlahan. “Jadi kamu beneran tinggal bareng sama pak Theo?” tanya Egi merasa penasaran dengan celetukan Lina. “Udah, ah! Jangan bikin gosip terus! Lea memang tinggal dirumah pak Theo, tapi dia disana ngontrak dan bayar! Bukan jadi ani-ani seperti yang dibilang di email itu! Mereka sengaja gak bilang karena takutnya kejadian seperti ini nih, banyak pikiran buruk!” bentak Annie mencoba membela Lea. Annie segera menarik tangan Lea dan menyuruhnya segera mengambil tasnya sekalian. “Kita berangkat meeting saja dan kembali setelah makan siang. Kalau kamu sekarang ada di kantor akan jadi bahan omongan dan akan banyak orang yang bertanya padamu. Kalau hal seperti ini kita harus hati-hati. Bukan hanya kamu yang akan kena imbasnya tapi pak Theo juga.” Lea hanya bisa mengangguk lemah dan mengikut langkah Annie untuk mengambil tas mereka dan berangkat pergi. Untung saja mereka adalah tim marketing dan sales, melakukan meeting keluar kantor adalah hal yang biasa untuk mereka. Lea hanya bisa diam dan rasanya ingin menangis, yang terlintas di pikirannya adalah jika Theo mendapatkan imbas dari gosip ini. Ia merasa sedih dan menyesal membuat atasannya itu kembali kesusahan gara-gara membantu dirinya. Seperti dugaan Annie, saat kembali ke kantor salah satu staff memberitahu bahwa manager HRD sudah menunggu Lea di ruang meeting. Lea tampak sedikit gemetar ketika hendak berjalan menuju ruang dimana HRD berada. “Sudah tenang saja, kami pasti belain kamu kok! Tenang saja…,” bisik teman-teman Lea. Lea pun masuk ke dalam ruangan dan melihat ibu Vero sang manager HRD yang berwajah dingin menyapanya datar dan menyuruhnya duduk. Baru saja Lea duduk, tiba-tiba pintu ruang meeting kembali terbuka dan terlihat Theo yang tampak terengah-engah datang. “Lea, aku disini!” ucap Theo yang masih kehilangan nafas karena berjalan terburu-buru. Tak hanya Theo yang ada didepan pintu, tetapi juga hampir setengah karyawan ikut berkumpul dibelakang Theo seolah ingin menyaksikan persidangan Lea dan Theo. “Kamu tenang saja, aku disini … “ Theo segera berjalan menghampiri Lea. Melihat mata Lea yang berkaca-kaca Theo segera mengelus kepalanya lembut dan tersenyum seolah ingin meyakinkan perempuan itu bahwa semua akan baik-baik saja. Bersambung.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD