Raya 3
"Aku dengar dari beberapa orang di kantor ini katanya kamu semakin sangar saja. Padahal aku keluar baru beberapa hari ini dan beberapa hari itu pula kamu uring-uringan tidak jelas. Kamu mau mereka semua resign dan tinggallah kita berdua di perusahaan ini? Tentunya aku tidak akan sanggup memanggul tugas dan pekerjaan yang takkan pernah ada hentinya.
Sedangkan memiliki karyawan saja rasanya aku sudah ingin mati berdiri." Geo mencecar sebelum duduk di hadapan Reno. Pria itu tidak pernah berhenti menggerutu karena sahabatnya itu tidak menjawab apapun yang dia pertanyakan.
Sampai di ruangannya pun Reno tidak mengubah air wajahnya tetap saja masam dan tak bersahabat sama sekali. Tentu saja hal ini membuat Geo kesal setengah mati karena biasanya Reno begitu hangat padanya.
"Bagaimana aku tidak pusing setengah mati, Mama menjodohkanku dengan wanita itu. Seakan tidak ada lagi wanita di dunia ini dan sampai-sampai memberikan aku jodoh yang sangat jauh dari kriteriaku."
"Jodohmu kenapa? Setahuku yang dijodohkan denganmu itu rekan bisnis ayahmu terdahulu, jadi rasanya tidak mungkin bisa dipaksakan karena perusahaan ini sudah berjalan sesuai dengan apa yang beliau inginkan, bukan?"
"Bukan, tapi nyatanya tidak seperti itu. Mama tetap menjodohkan aku dengannya, wanita yang begitu egois dan sulit diatur. Bagaimana mungkin aku bisa menjalin rumah tangga dengannya?"
Geo mengusap tengkuknya. Ternyata benar apa yang dikatakan para karyawan di bawah tadi. Penyebab yang membuat Reno uring-uringan merupakan wanita yang telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Tidak mengenal terlalu jauh siapa sosok Vika Abigail, tapi dia sudah mengetahui banyak sedikitnya dari Reno dan para karyawan tadi. Itu artinya dia harus menghadapi Reno yang uring-uringan sampai menemukan jalan keluar untuk menolak perjodohan tersebut.
"Bagaimana kalau kita melancarkan rencana yang biasa?" tawar Geo. Dia malas bekerja dalam keadaan mood tidak baik maka dari itu dia akan mencoba mencarikan solusi untuk Reno agar bisa terbebas dari segala masalahnya.
Reno menggelengkan kepalanya. "Untuk kali ini rasanya tidak mungkin menggunakan drama seperti waktu itu karena Vika sudah mengetahui bagaimana wujudku dan kami sering bertemu. Tentunya sangat mengejutkan jika saat pertemuan dengannya tiba-tiba saja yang datang kamu bukannya aku. Hal tersebut nantinya malah akan memperpanjang daftar masalah yang ada."
"Jadi kamu ingin menjalani perjodohan ini, menikah dengan Vika begitu?" Geo berdecak sebal. "Baru dijodohkan saja kamu sudah uring-uringan. Bagaimana kalau nanti kalian berdua menikah, bisa-bisa kamu malah memakan satu persatu karyawan yang ada di sini."
"Aku tidak mau, tapi mau gimana lagi? Aku tidak memiliki pilihan apapun, seperti yang kamu ketahui penyakitnya selalu digunakan mama untuk mengancamku. Jadi aku harus melakukan apa, selain menjalani pernikahan tersebut."
"Kamu benar juga. Memang itu satu-satunya jalan yang harus kamu tempuh saat ini." Geo menyandarkan punggungnya di kursi. Mau berpikir seperti apapun tidak ada gunanya karena memang biasanya cara yang mereka lakukan untuk menghindari perjodohan adalah menyamar menjadi Reno.
Geo selalu menggantikan pria itu untuk bertemu calon yang akan dijodohkan dengannya nanti. Geo akan membuat tingkah sehingga gadis yang akan dijodohkan dengan Reno ilfil dan tidak ingin melanjutkan perjodohan.
Namun berbeda dengan kandidat yang ditawarkan oleh sang ibu kali ini. Dia adalah Vika, gadis yang sudah sering bertemu dengannya.
Ibunya Reno sering meminta untuk menemaninya arisan di rumah calon istrinya tersebut.
"Ya, sudah jalani saja kalau memang demikian adanya. Lagi pula kamu tidak memiliki kekasih jadi bisa lah belajar mencintai Vika. Lagi pula dia itu wanita yang cantik dan berpendidikan, sifatnya yang buruk bisa saja kamu ubah secara perlahan. Aku yakin kamu pasti bisa."
"Itu menurutmu." Reno menggelengkan kepalanya. "Sampai kapanpun aku tidak akan mau menikah dengan Vika karena aku tidak mencintainya."
"Cinta itu bisa tumbuh dengan seiringnya berjalannya waktu."
"Itu pendapatmu, tapi nyatanya aku tidak bisa melakukan hal itu karena aku sudah memiliki wanita yang kini mengisi hatiku."
"Siapa? Kenapa aku tidak pernah tahu kalau kamu memiliki seorang kekasih?"
"Belum memiliki. Aku baru sampai di tahap mencintainya, cinta ini aku pelihara dalam diam. Tidak ada seorangpun yang tahu."
"Boleh beri aku petunjuk siapa wanita itu?"
Geo menaikkan kedua alisnya. Dia cukup senang karena akhirnya Reno mau membuka hati untuk seorang wanita. Selama ini sahabatnya itu selalu sibuk dengan pekerjaan, terlebih lagi semenjak anak perusahaan yang baru dibuka di Surabaya Reno semakin gila kerja dan tidak mau memperhatikan masa depannya di bidang perjodohan.
"Untuk saat ini aku belum bisa membuka identitas siapa gadis itu, tapi aku berjanji padamu suatu saat nanti pasti aku akan memberitahumu."
"Lebih baik kamu beritahu sekarang, siapa tahu aku mengenalnya dan bisa mendekatkanmu dengannya."
"Sepertinya belum sekarang," tutup Reno mengakhiri pembicaraan tentang gadis idamannya. Dia yakin Geo mengetahui siapa gadis yang dia maksud karena target bekerja di perusahaannya. Entah apa alasan Reno enggan memberitahu kepada Geo kalau dirinya jatuh hati kepada gadis tersebut, padahal mereka tidak pernah menyimpan rahasia satu sama lain.
"Ya sudahlah, kalau begitu. Jikalau kamu tidak mau memberitahuku lebih baik aku yang memberitahu padamu siapa gadis yang kini telah berhasil merebut hatiku. Aku juga sudah menyampaikan rasa cinta ini kepadanya, melamarnya, dan dia menerima."
"Benarkah?" Reno sangat antusias mendengar penuturan Geo, merasa sahabatnya itu sangat beruntung karena sudah berhasil mendapatkan wanita impiannya.
"Benar. Baru saja aku melakukannya dan tepat sebelum kamu marah-marah dan memintaku untuk bekerja," sindirnya mengingat kedatangan Reno tadi ke pantry.
"Maksudmu? Aku tidak mengerti kemana arah pembicaraanmu, Ge."
"Tadi di pantry aku baru saja menyampaikan perasaanku kepada Raya ,office girl yang bekerja di perusahaan ini. Aku yakin kamu pasti mengetahui siapa dia, karena tadi dia baru saja kamu kerjai. Tiga kali mengantarkan minuman yang berbeda ke sini."
"Ah, jadi Raya orangnya!"
"Benar sekali. Bukankah dia cantik dan baik?"
Reno menganggukkan kepalanya. "Benar, dia itu cantik baik dan sangat sempurna bila dijadikan istri. Selamat atas hubunganmu dan dia."
"Terima kasih kembali. Aku juga berharap hal yang sama denganmu. Kamu berani menyampaikan hal tersebut kepada wanita yang kamu cintai sehingga kita bisa sama-sama bahagia nantinya," tutur Geo tulus dari dalam hatinya yang paling dalam.
Dia benar-benar berharap suatu saat nanti bisa sama-sama menikah dengan Reno meskipun mereka berdua saat ini masih belum menemukan kepastian dari pasangan masing-masing, tapi tetap saja harapan itu digantungkan Geo demi persahabatan mereka.
Dan sayangnya impian Geo itu rasanya tidak akan pernah terwujud, karena gadis yang dimaksud Reno adalah Raya. Mereka berdua jatuh cinta pada gadis yang sama, sayangnya Reno terlalu gengsi untuk menyampaikan hal tersebut.