Siapa yang tidak mengenal Reno dan Geo. Dua sahabat yang saling bekerja sama di sebuah perusahaan besar, mereka berdua merupakan sahabat sekaligus rekan bisnis yang amat apik dalam menentukan sebuah keputusan dan pandai melobi para pengusaha lain agar mau menanam saham di perusahaan mereka. Mau bekerja sama sehingga perusahaan ayahnya Reno yang dipercayakan kepadanya mampu berkembang pesat di tangannya. Dibantu Geo sebagai sekretaris sekaligus asisten pribadi. Mereka berdua selain pandai menjalankan bisnis juga berwajah tampan dan digandrungi oleh banyak wanita.
Tidak terkecuali para karyawan yang bekerja di sana. Begitu pula dengan Raya, seorang office girl yang baru dua bulan ini bekerja di sana. Gadis itu langsung jatuh cinta pada sosok Geo yang memang sangat ramah dan mudah senyum, suka berbaur dengan karyawan di sana. Berbanding terbalik dengan Reno yang lebih suka memasang image kaku, berwibawa dan sedikit keras. Tentunya karyawan lain merasa canggung ketika berdekatan dengan atasan mereka tersebut.
Tidak bagi Geo mereka malah senang bersenda gurau dengan asisten atasan mereka tersebut, terlebih lagi Geo suka datang sendiri ke pantry untuk mengambil makanan atau minuman untuknya. Sangat jarang sekali ada yang mengantarkan pesanan Geo ke lantai 8.
Sama seperti siang ini pria itu lebih memilih makan siang bersama penghuni pantry di lantai dasar. Pria itu juga membawa beberapa makanan siap saji mentraktir mereka semua makan siang. Sorak gembira pun terdengar dari pantry tersebut menyambut traktiran yang diberikan Geo kepada mereka semua
"Oh ya, apa kalian semua melihat Raya?" tanya Geo mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tapi belum juga melihat sosok Raya, seorang office girl yang selama ini menjadi incarannya. Entah mengapa Geo begitu nyaman melihat wajah cantik Raya.
Rambutnya yang panjang ikal beberapa kali diisengi Geo dengan menarik dan mengusapnya. Dan hari ini akan dijadikan sebagai momen untuk mengungkapkan semua perasaan yang telah disimpan Geo selama dua bulan belakangan ini.
"Raya sepertinya masih bekerja, Pak. Terakhir tadi dia mengatakan ingin mengantarkan jus jeruk untuk Bapak Reno di ruangannya."
Geo menganggukkan kepalanya. "Oh, jadi dia sekarang masih mengantarkan minuman untuk Pak Reno?"
"Benar, Pak."
"Ah, pantas saja saya tidak melihatnya karena seharian ini saya diperintahkan Reno untuk menghadiri rapat dengan klien di luar. Sepertinya ada yang membuat laki-laki itu begitu malas bekerja belakangan ini," keluh Geo. Tampak jelas di raut wajahnya pria itu sangat kelelahan karena Reno melimpahkan sebagian besar pekerjaan padanya.
"Mungkin karena dijodohkan sama anak rekan bisnis ayahnya, Pak. Karena gadis yang dijodohkan dengan Pak Reno itu sangat itu memang sangat jutek dan julitnya minta ampun. Beberapa kali datang berkunjung ke sini mulutnya juga kasar. Laki-laki mana yang mau menikah dengannya? Pak Reno malah dipaksa tentu saja dia bad mood tidak karuan beberapa hari ini."
Geo mengalihkan tatapannya pada seorang office girl yang baru saja memberikan keterangan tentang calon istri Reno. Dia memang sempat mendengar dari sahabatnya itu kalau dia akan segera dijodohkan dengan seorang gadis, tapi tidak pernah menyangka sekalipun sifat gadis tersebut amat buruk.
Jadi sekarang dia mewajarkan perubahan sikap yang diperlihatkan Reno beberapa hari ini.
"Sepertinya kamu benar karena saya tahu Reno itu tidak menyukai gadis yang bentuknya seperti yang kamu katakan barusan. Nantilah, begitu urusan saya dengan Raya selesai saya akan menemui Reno dan mengajaknya berbicara. Mungkin juga mau mengajaknya party sekalian untuk menghilangkan rasa kesalnya."
"Ide bagus tu, Pak. Tidak enak pula melihat Pak Reno uring-uringan seperti beberapa hari belakangan ini. Jalan sedikit salah, nengok sedikit salah, pokoknya Pak Reno itu sangat berbeda dari biasanya. Dalam keadaan mood baik saja rasanya kami sangat takut menyapanya apalagi dalam keadaan buruk seperti saat ini?" Satu office boy menyahuti. Dia pun bergidik ngeri, seakan sedang melihat sosok hantu yang sangat menakutkan.
"Kalian tidak boleh seperti itu. Bagaimanapun dia itu adalah sahabat saya. Nanti saya laporin baru tahu rasa kalian semua," gurau Geo mencairkan suasana agar tak lagi fokus membicarakan tentang Reno. Yang lain hanya bisa tersenyum menyeringai, takut kalau memang benar Geo mengadukan pembicaraan mereka saat ini kepada Reno. Meskipun rasanya itu sedikit mustahil.
"Pak itu Raya!" tunjuk seorang office girl lagi ketika melihat Raya datang dari arah lift. Gadis itu membawa sebuah nampan di tangannya. Wajah Raya terlihat amat kusut.
"Kok tiba-tiba datang-datang langsung Murung seperti itu? Ada apa? Apakah pak Reno memarahimu?" tanya Geo mempersilahkan Raya untuk duduk di sampingnya.
Tidak lupa dia juga menarik sebuah kursi agar Raya duduk di sana dengan nyaman dan menceritakan apa yang sedang dia alami di lantai 8 tadi.
"Bagaimana aku tidak bad mood Pak, tadi Pak Reno memintaku membawa jus jeruk. Setelah itu sampai di sana dia mengomel dan mengatakan kalau tadinya dia ingin teh dingin. Aku kembali kemari dan membawanya ,tapi dia kembali protes ketika aku sampai di sana. Katanya dia mau jus buah naga berwarna putih, aku juga sudah mengantarkan ke lantai 8 sana. Tapi dia malah protes sekali lagi. Bayangkan, sudah ada tiga minuman tersaji di sana tapi dia masih kurang puas dengan pekerjaanku. Benar-benar tidak jelas," Tutur Raya meletakkan nampan di meja.
"Mungkin Reno dalam keadaanmu tidak baik. Kamu tidak perlu khawatir, saya yang akan memperbaiki mood-nya sekarang ada yang ingin saya sampaikan kepadamu."
"Menyampaikan apa?' kedua alis Raya bertaut, menatap ke arah Geo. Geo kembali menarik kursinya dan bersimpuh di hadapan Raya.
"Ray, semenjak pertama kali kita bertemu di parkiran kantor, di saat sepedamu tidak sengaja menyinggung body mobilku. Di sana aku sebenarnya ingin marah dan mengutukmu menjadi batu. Tapi sayangnya ketika melihat wajah dan menatap matamu aku langsung jatuh cinta kepadamu dan semenjak itu aku menyimpan rasa itu. Maka dari itu aku lebih sering datang kesini untuk mengunjungi kalian semua agar tidak ada yang curiga kalau selama ini aku menaruh rasa padamu. Dan tujuanku datang ke sini memang semata-mata hanya untuk menatap wajah cantikmu. Maka dari itu aku ingin melamarmu Raya. Maukah kamu menjadi kekasih sekaligus calon istriku?
Jika kamu menerima kita akan langsung menikah, tak perlu menunggu waktu lama karena aku tidak suka bermain-main ketika aku sudah serius dengan seorang wanita. Maka tidak ada lagi waktu bagiku untuk berpacaran seperti abg-abg labil di luar sana. Jadi … sekali lagi aku mempertanyakan kepadamu. Maukah kamu menjadi kekasih halaku, Raya?" tanya Geo sekali lagi membuat semua orang dipantri saling berbisik dan menyikut satu sama lain.
Mereka ada yang senang melihat Raya dilamar Geo. Ada pula yang merasa iri atas pencapaian yang diterima Raya. Sadar kalau dirinya dan Geo memiliki tahta yang berbeda, Raya rasanya ingin menolak. Namun, sekarang dia harus tetap menganggukan kepalanya tidak ingin mempermalukan pria itu di depan rekan kerja mereka yang lain.
Setelah ini Raya akan mengajak Geo berbicara empat mata untuk membahas permasalahan ini.
"Kalian bukannya bekerja tapi malah ngerumpi di sini!" tegur seorang pria menarik perhatian semua orang yang ada di sana, tak terkecuali Raya dan Geo. "Bubar semua, sekarang kalian semua silahkan kerjakan pekerjaan masing-masing!" Perintah pria yang tak lain adalah Reno.
Di tangan pria itu terdapat tiga buah gelas. "Lihat, karena kalian merumpi di sini saya harus repot-repot membawa gelas kotor ini ke pantry. Di mana otak kalian sebagai bawahan?" sergah Reno membuat para karyawan tersebut kocar-kacir dan bergegas berlari menyambut tiga gelas yang diserahkan Reno.
Geo hanya bisa menghela nafas panjang dan menggelengkan kepalanya. Entah sebesar apa masalah yang dipikul Reno sampai-sampai berubah drastis seperti sekarang.
"Nanti kita lanjutkan lagi," bisik Geo tepat di telinga Raya. Memasangkan cincin di jari manis gadis tersebut dia bergegas berlari menyusul Reno yang sudah lebih dahulu keluar dari pantry.