Part 1
"Apa ini?"
Kedua alis pria bernama lengkap Geo Fransisko, bertaut. Saat melihat sebuah map diserahkan Reno Alvaro, sang sahabat yang tidak lain adalah atasannya sendiri.
Tidak ada angin dan hujan, Reno memintanya untuk pergi ke kantor. Padahal ia sedang mempersiapkan segala kebutuhan untuk pesta pernikahannya dan mengatur ulang segala pekerjaan agar bisa mengambil cuti. Ia sudah mengkonfirmasi sekitar dua minggu yang lalu akan menikah dan Reno setuju. Namun, sekarang?
"Kamu tahu anak perusahaan yang ada di Surabaya?"
Geo mengangguk. Tentu saja Ia tahu. Perusahaan yang baru saja berdiri itu kini sedang membutuhkan seorang pemimpin untuk mengontrol segalanya. Sampai detik ini ia dan Reno masih sibuk mengurus dan mencari CEO untuk perusahaan tersebut.
"Pimpinlah perusahaan itu dan aku akan memberikan empat puluh persen saham untukmu."
Geo tersentak. Empat puluh persen? Itu bukan angka yang sedikit.
"Kamu jangan bercanda, Ren. Sangat tidak lucu jika kamu seperti ini." Menepis keterkejutannya, Geo terkekeh pelan.
Reno menggeleng. "Aku tidak bercanda. Ini sangat serius. Aku juga sudah membawa surat perjanjian dan kontrak kerja untukmu." Membuka map yang sedari tadi ada di hadapan Geo.
Seketika Geo membulatkan matanya. Melihat keseriusan Reno, tapi dengan syarat dan ketentuan yang harus berlaku.
"Aku harus lari di hari pernikahanku sendiri?"
Geo menatap tidak percaya pada Reno yang duduk di hadapannya.
"Aku akan mengganti seluruh biaya yang telah kamu keluarkan. Kamu hanya perlu pergi dan tinggalkanlah Raya tanpa kabar. Setelah itu, semua yang ada di hadapanmu saat ini bisa menjadi milikmu secara utuh."
"Aku …."
"Kamu menolak?" Reno mengeluarkan amplop coklat tebal dari laci kerjanya. "Kita tidak memiliki kontrak kerja yang mengikat di perusahaan ini. Jadi aku bisa memecatmu saat ini juga. Dan ini adalah gajimu bulan ini. Telah dipotong dengan cicilan hutang kepada perusahaan."
Geo meneguk ludahnya. Menimbang apa yang harus dipilih saat ini.
"Jika setuju, ini semua milikmu dan hutang lunas."
"Tapi aku ingin mengajukan sebuah syarat pula." Geo menegakkan punggungnya.
"Katakan!"
"Karena disini tertulis kamu lah yang akan menjadi suaminya Raya, maka aku ingin kamu tak memaksanya untuk memberikan hakmu sebagai seorang suami. Kecuali dia yang datang dan menawarkan. Dan jika dalam kurun waktu satu tahun dia masih utuh dan belum hamil aku akan datang untuk mengambilnya kembali. Bagaimana?" Satu alis Geo terangkat.
Reno mengangguk. Tanpa ada keraguan sedikitpun ia menyetujui dan menambahkan poin tersebut pada perjanjian mereka.
Sungguh pasangan sahabat yang sangat cocok. Sama-sama licik dengan ambisi masing-masing.
Geo menarik kedua sudut bibirnya. Cepat ia meraih pulpen dan membubuhi tanda tangan di atas kertas-kertas tersebut, begitu Reno selesai dengan poin tambahan. Kini tawaran tersebut menjadi lebih menarik dan sangat mustahil ditolak hanya demi cintanya kepada seorang office girl? Geo tidak sebodoh itu.
***
Di sebuah rumah yang tengah melangsungkan acara pernikahan, tiba-tiba saja suasana bahagia itu berubah tegang dan mencekam. Setelah sekian jam berlalu, akan tetapi tidak ada tanda-tanda pengantin pria akan datang. Pengantin wanita pun sedari tadi sudah berkali-kali mencoba untuk menghubungi, tapi nomor yang dituju tidak kunjung aktif dari tadi pagi.
Setelah Geo, sang kekasih mengatakan sudah menuju ke rumah untuk melangsungkan pernikahan.
Namun nyatakan tak seperti yang pria itu katakan.
Raya, gadis yang berprofesi sebagai office girl itu, berusaha keras menahan diri agar air matanya tak luruh membasahi pipi. Tatapannya begitu nanar menatap pintu masuk rumahnya, berharap Geo datang seperti yang pria itu katakan.
Namun, nyatanya apa? Tiga jam berlalu, jangankan Geo, salah satu anggota keluarganya pun tak menunjukan batang hidungnya. Semakin membuat Raya ketakutan dan sakit hati yang telah bercampur aduk menjadi satu. Dan rasa itu semakin besar saja saat mendengar bisik-bisik dari beberapa orang suruhan Reno, yang sengaja membahas tentang p********n wedding organizer yang belum lunas dibayar oleh pihak pengantin pria.
Raya tidak bisa membayangkan jika Geo benar tidak datang. Selain rasa malu yang amat besar akan ditanggung, ia juga harus membayar tagihan yang katanya masih tersisa puluhan juta rupiah. Mana mungkin ia bisa membayar tagihan sebanyak itu? Sudah benar kemarin itu Raya menolak untuk melangsungkan pernikahan dengan mewah seperti ini.
"Ray, maaf. Geo tidak bisa datang karena kedua orang tuanya tidak merestui hubungan kalian berdua. Sehingga ayahnya jatuh sakit saat mendengar kalian akan menikah. Dan dia memutuskan untuk membatalkan pernikahan kalian secara sepihak."
Memasang wajah yang penuh prihatin dan belas kasihan, akhirnya Reno mendekat kepada Raya. Menyampaikan kabar duka yang membuatnya patah hati dan malu dalam kurun waktu bersamaan.
"Pak …."
Raya mengangkat wajahnya yang telah pucat. Mendengar penuturan Reno yang amat sangat mengejutkannya.
"Apakah kamu mau menikah dengan saya? Agar tidak dipermalukan seperti sekarang? Dan tentunya saya bisa membayar sisa tagihan yang tidak sedikit ini."
Reno mulai membujuk. Meminta Raya agar mau menikah dengannya.
Raya menggeleng. "Terimakasih atas pemberitahuan dan bantuannya. Tapi saya tidak bisa. Lebih baik saya malu dan terlilit hutang daripada menikah dengan atasan saya sendiri," tolaknya dengan nafas yang tercekat. Menikah dengan Geo yang hanya seorang sekretaris saja sudah seperti ini. Apalagi dengan Reno, direktur utama perusahaannya. Itu cari mati namanya.
Namun, Reno yang telah menyiapkan segala rencana cadangan untuk meminimalisir kegagalan menikah dengan Raya, tentu saja sudah siap dengan jawaban 'tidak' ini. Sehingga ia hanya mengangguk dan kembali duduk di tempat semula.
Setelah itu, Reno memberikan kode kepada anak buahnya untuk melancarkan rencana kedua. Menghasut kedua orang tua Raya agar mau menjadikannya sebagai pengantin pria pengganti.
Reno yang telah mengeluarkan banyak uang untuk menjadikan Raya sebagai istri tentu saja tidak akan menyerah. Ia akan terus maju sampai sah menjadi suami Raya.
Disini Reno sedikit menyesal telah menyimpan rasa dan gengsi untuk mengungkap jika dirinya mencintai Raya. Akan tetapi, karena gadis itu hanya seorang office girl di kantornya, membuat Reno diam dan melihat Raya dari kejauhan saja.
Sampai Reno mendapatkan kabar Geo akan menikah. Mirisnya, saat kata selamat itu terucap untuk sang sahabat, Reno justru mengetahui jika Raya adalah calon istri Geo. Raya, yang selama ini dikagumi dalam diam.
Tidak berselang lama, ayahnya Raya mendekati Reno dan langsung memohon agar menggantikan posisi Geo. Pria yang berusia senja tersebut juga memohon agar Reno mau dan memaafkan penolakan Raya tadi.
Cepat, Reno mengangguk. Setuju dengan permintaan ayah dari Raya. Ia segera bangkit dan siap melakukan akad nikah. Meresmikan Raya menjadi istri sahnya.
"Sah"
Suara saksi menggema. Melengkapi resminya Reno dan Raya menjadi sepasang suami istri. Reno menghela nafas lega. Akhirnya, ia dan Raya resmi menikah. Kini tinggal bagaimana menaklukan Raya agar jatuh cinta pula padanya.
Raya dengan segala rasa pasrah dan sakit hati, yang bercampur menjadi satu. Kini duduk diam, menunduk, menangis dalam diam atas apa yang terjadi dengannya hari ini.