Semua yang bernafas perlu menemukan cahayanya. Semua yang bernafas perlu temukan arti hidup dan lengkapi jiwanya. Akhirnya ku telah temukan kamu, dan Semesta ku tercipta.
-Semesta.
Kenzo PoV On.
Gue, Ka Oni sama Koh Edwin mutusin pulang duluan ke hotel. Sumpah gue penasaran banget sama apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka semua. Jujur, gue bingung sama kejadian tadi, sebenarnya ada apa di balik itu semua.
"Kenapa Anya sampe nangis kejer begitu?" pertanyaan itulah yang selalu muncul dan berkeliaran di otak gue saat ini. Gue tuh paling anti liat cewe nangis, apalagi dia temen gue.
Gak tau, kenapa gue ngerasa nyaman aja liat dia. Gue pengen kenal lebih deket lagi sama dia. Gue pengen liat dia ketawa terus bukan tangisan kayak tadi. Gue yakin pasti ada sesuatu yang gak beres di balik sifat dia yang sekarang.
Dari sorot mata sama gerak tubuhnya dia bukan tipe orang yang pendiem. Justru sorot mata yang ramah dan lemah lembut. Tapi, gue gak bisa membuktikan itu semua, sedangkan dia aja di hadapan orang banyak dia bersifat cold.
"Koh, Ni kalian kenal Anya dari mana? Kok kayaknya deket banget?" tanya gue ke Koh Edwin dan Oni.
"Ha? Tumben lo nanya begituan Zo! Sehat kan lo? Kagak salah makan benerankan? Apa jangan-jangan lo suka sama si manusia es? Jadi, yang di omong Rifaldy tadi bener? Lo mau ngelepas ke jombloan lo sama Anya kan tahun ini!" seru Oni mengagetkan semua orang. Melihat sikap Oni gue langsung menatapnya dengan tatapan sebal.
“Tumben banget lo nanya begituan? Biasanya lo beneran gak peduli sama yang namanya cewe. Palingan kalau di kenalin sama kita jawabnya oh sama iya doang,” cibir Koh Edwin.
“Oh ayolah, jawab aja sekarang apa yang terjadi. Jangan banyak ngomong,” ucap gue dengan kesal.
“Yaudah gak usah ngegas. Udah kayak cewe PMS aja lo ini, sensitif bener. Cewe aja gak sebegitunya kalau PMS,” jelas Oni.
“Alah kesel banget gue sama lo,” cibir gue.
Sumpah ya nyesel banget gue nanya ini ke Oni dan Koh Edwin. Untung temen lo Ni, Koh, kalo bukan temen mungkin lo dah gue dorong lo dari atas Menara Eiffel atau gak gue celupin lo ke Sungai sss biar dimakan Ikan Piranha sekalian. Koh Edwin hanya tersenyum simpul melihat perdebatan antara gue dan Oni.
"Gue sama Agnes kenal dia dah dari 3 tahun yang lalu. Kalo misalnya lo sayang sama dia, gue harap lo bisa ngerubah sifat dinginnya itu Zo. Dia orang yang ramah, baik, peka terhadap sekitar, tegar, dan setia. Jika memang lo beneran serius gue restuin," ucap Koh Edwin.
"Bener apa yang di bilang ama Koh Edwin. Dia itu wanita yang hebat dia rela melakukan apapun demi orang yang dia sayang. Asal lo tau ya Zo, dia itu orang nya baik banget. Tapi, karena suatu kejadian di masa lalu yang buat dia kek gini. Rubah dia ke sedia kala lagi Zo. Kalo lo suka dia beneran, gue dukung kalian." Oni langsung menepuk pundak gue dengan pelan dan memberikan senyum manisnya ke arah gue.
"Gue cuma nanya padahal. Ya, gue memang gatau apa yang terjadi di masa lalu tapi gue ngerasa banget kejadian itu sangat tragis dan sangat menyakitkan kalian semua. Sampai seseorang berubah itu berarti kejadian itu bisa di bilang lumayan fatal sih menurut gue," ucap gue.
"Nah, itu lo ngerti! Sebelum tanding besok kita harus nemuin dia dulu. Nanti kita tanya aja sama Ridwan. Lo jangan gacor masalah Anya, Ni. Cukup kita-kita aja yang tau kalo ketemu Anya. Apalagi anak cewe jangan sampe ada yang tau tentang ini," peringat Koh Edwin.
"Iya Koh, aman sama gue mah. Tapi, yang lain gimana?" tanya Oni bingung.
"Yang lain itu urusan gue. Kalian berdua cukup tutup mulut aja. Pokoknya jangan sampai ada yang tau tentang ini semua, apalagi sampe kedengeran Putri itu fatal pake banget," ucap Koh Edwin.
"Iya Koh," jawab gue dan Oni secara bersamaan.
Gak kerasa kita bertiga udah sampe di depan hotel. Gue, Oni, dan Koh Edwin mutusin untuk balik ke kamar masing-masing. Pas mau masuk kamar gue ngeliat Putri lagi diem sambil ngeliatin pemandangan alam dari kaca hotel. Gue pun menghampiri Putri dan menepuk pundaknya dengan pelan. Putri kaget karena tepukan gue itu.
"Eh, Kak Kenzo!" ucap Putri kaget.
"Loh, lo belum tidur? Udah malem ini ko gak tidur?" tanya gue lembut.
"Gak bisa tidur Kak kangen sama Bubbi," jawab Putri sambil menatap ke arah jendela dan menahan tangisnya.
"Ha? Maksudnya gimana? Bukannya lo selalu video call sama nyokap lo?" tanya gue beruntun.
"Nyokap kandung gue udah gak ada Kak. Yang selama ini yang nelpon gue itu Tante gue yang dari Papa," ungkap Putri sambil menitihkan air mata.
"Ehmmm sorry gue lancang ya Put,, yang lo maksud Bubbi itu siapa? Dan yang lo maksud Tante itu siapa?" tanya gue hati-hati.
"Santuy aja kali Kak, Bubbi yang gue maksud, adalah pacar almarhum Om gue. Jadi, nyokap gue punya adik kembar nah yang selalu gue sebut Ayah itu punya pacar dan pacarnya dia gue panggil Bubbi. Bubbi itu wanita paling hebat di dunia ini. Dia sayang sama gue, dia rela ngelakuin apa aja demi gue, sampai akhirnya suatu kejadian di masa lalu membuat dia menjauh dari gue. Gue denger dari orang-orang kalo Bubbi ada di Paris juga. Gue berharap banget Kak, Bubbi gue nonton pertandingan gue kali ini. Untuk yang gue sebut Tante itu, dia pacar dari kembarannya ayah. Gue deket sama dia, cuma kalau ada Bubbi biasanya gue lebih condong ke Bubbi dari pada dia," ucap Putri sambil menepis air matanya.
“Apa ini maksud dari ucapan Koh Edwin tadi? Putri dan Anya?” gumam gue dengan pelan.
“Kak,” panggil Putri sambil melambaikan tangannya ke arah gue. Gue langsung tersadar dari lamunan gue dan kembali menatap Putri dengan senyuman manis.
"Oke-oke gue paham, gue gak tau apa yang terjadi tapi yang gue tangkep dari cerita lo tadi, lo ini kangen sama pacar Ayah lo. Dan lo juga ngambil dan mencontoh sisi baik seorang Ibu dari dia?" ungkap gue.
"Iya Kak," jawab Putri lirih.
"Gue yakin ko, Bubbi lo akan nonton lo besok. Lo harus kasih hasil yang baik. Lo harus punya tekat untuk dapet emas buat Bubbi lo. Gue yakin pas lo naik podium dia akan dateng ngehampiri lo dan memeluk lo dengan bangga. Di dunia ini gak ada satu orang tua pun yang gak bangga ketika anaknya naik podium Put. Lo harus buktikan pada semua orang kalau lo bisa, semangat!" ucap gue sambil ngasih semangat ke Putri.
"Hahaha lo gatau aja Kak. Bubbi gue itu orang nya misterius, gak bisa di tebak dia itu gue sih berharap apa yang lo omongin itu terjadi. Thanks for support me Kak, gue merasa lebih lega sekarang," ucap Putri sambil tersenyum paksa.
"Urwell. Udah sana masuk kamar lo harus istirahat besok kita harus cek lapangan," ucap gue sambil mendorong Putri dengan pelan.
"Iya Kak, maaf gue jadi nya malah curhat, yaudah kalo gitu gue masuk duluan ya. Assalamualaikum," pamit dia sambil masuk kamar.
"Iya, gak papa. Wa'alaikumsalam," jawab gue. Setelah gue lihat dia masuk ke kamar gue pun langsung balik ke kamar gue sama Kelvin.
"Loh, ko sama Kelvin? Kenapa gak sama Fajar?" Gue juga bingung kenapa? Sebenernya banyak sih yang nanyain begitu.
Cuma ya kalau ada Kelvin ya gue sama dia. Kalau gak ada dia baru deh sama Fajar. Tapi memang kalo tidur ya sama Kelvin, dimana-mana ya roomate gue ya Kelvin itulah awkwkwkwk.
Setelah gue masuk kamar, bebersih, dan shalat isya. Gue pun prepare untuk peralatan yang mau gue bawa besok. Sebenernya gue masih bingung sama kejadian demi kejadian hari ini menurut gue sama kayak potongan puzzel-puzzel yang penuh misteri.
Sam, Koh Edwin, Oni, Anya, Putri, masa lalu? Gue bingung sendiri dua orang cewe hari ini nangis dan nangis nya pun yang satu gue gatau alasannya.
"Aneh tapi nyata," pikir gue. Setelah itu gue pun ketiduran.
Keesokan harinya.
Kring! Kring! Kring!
Bunyi alarm berdering mengusik tidur gue. Setelah berhasil mengumpulkan nyawa untuk bangun, gue pun melihat Kelvin masih anteng bergelud sama mimpinya. Setelah gue sudah sepenuhnya bangun, gue pun langsung bergegas mandi dan melaksanakan shalat subuh.