Senyuman Yang Tersembunyi

1831 Words
Tak perlu seseorang yang sempurna. Di setiap pertemanan kita harus melengkapi satu sama lain. Karena pertemanan yang sejati tidak pernah memandang apapun di dunia ini. Disaat suka maupun duka sama sama saling berpegangan tangan dan saling menguatkan satu sama lain. Berjalan beriringan dan menyatukan dua pendapat menjadi satu. -Author. Author POV On. Di lain tempat terlihat Lili, Koh Edwin dan Ka Oni yang sedang memantau mereka berdua dengan senyuman yang hangat. "Kenapa gak dari kemarin kita ketemuin mereka berdua biar Anya gak merasa terpuruk terus ya guys? Gue merasa sedih aja selama ini, di saat gue sama Mita bahagia ada orang lain yang tersakiti. Gue sama Mita bahagia tapi, di sisi lain kita sedih liat adek kesayangan kita menangis dan selalu terpuruk. Kenapa Tuhan terlalu baik ke dia sampai dia merasakan sakit hati selama 3 tahun dulu dan terakhir dia memberikan seseorang yang baik untuk membuatnya tersenyum." Mendengar pernyataan dari Oni, Koh Edwin langsung merangkul pundak Oni dan Lili secara bersamaan, serta menyalurkan kekuatan kepada keduanya. "Tuhan selalu memiliki rencana di balik semuanya. Kita hanya seorang manusia biasa yang harus berusaha dan melakukan yang terbaik untuk kehidupan selanjutnya. Mungkin dengan adanya dia merasakan itu semua, suatu saat nanti dia tidak kaget dengan semua kejadian yang ada di kehidupan yang akan datang. Gue selalu percaya kalau di setiap kehidupan manusia selalu memiliki misteri dan jalan keluarnya, terkadang masa lalu pun bisa menjadi sebuah masa depan bagi seseorang. Tuhan tuh terlalu baik untuk semua umatnya, Ia selalu paham keinginan dan apa yang di perlukan umatnya. Jadi, gue harap ini adalah pelajaran yang paling berharga di dunia ini ya." "Lebih baik kita samperin mereka berdua aja gak sih, ntar kalau kelamaan curiga mereka," ajak Lili. Mereka bertiga langsung menyamperi Kenzo dan Anya yang sedang tertawa bersama. Author PoV Off. Anya Pov On. Ternyata buka lembaran baru itu tidak semenyakitkan yang gue kira. Ternyata buka lembaran baru kek ini aja udah buat gue seneng banget. Dengan sekejap gua bisa melupakan apa yang gue rasa sekarang. Ternyata sedikit demi sedikit, rasa sakit gue udah sedikit sembuh dengan adanya orang orang di sekitar gue tanpa gue sadarin. Gue ngerasa bodoh aja selama ini gue ngerubah semuanya tanpa mau membaca sekitar gue. Gue akan memperbaiki semuanya. Tanpa gue rasa gue mengeluarkan air mata untuk kesekian kalinya. "Nya lo nangis? Ada yang sakit. Kalo sakit kita ke rumah sakit aja yuk?" tanya Ka Oni khawatir. "Ha? Engga gue gak nangis cuma kelilipan doang ini mah. Gue gak papa Ka, gue udah biasa sakit luar dalem ahahaha," elak gue sambil tertawa hambar. "Terkadang orang itu menyembunyikan kesedihannya di depan orang lain. Dan bahkan dia bisa menunjukkan ke depan orang banyak dia gak papa namun, di sisi lain hatinya sangat rapuh. Setiap manusia hidup bersosialisasi dan gak semua manusia bisa berbagi rasa sakit sebenernya. Tapi, jika memendam rasa sakit sendirian tanpa mau berbagi ke orang terdekat itu juga salah. Sama aja ngejeburin diri ke lautan lepas," ucap Kenzo. "Wah Kenzo diem-diem bae tapi, sekali ngomong ajib banget guys. Lo sakit Zo? Ko bisa lo ngomong sepanjang itu dan bijak. Lo salah makan ni pasti tadi?" ucap Ka Oni heboh. "Hahaha dah lah, Ni biarin aja dia bijak, kapan lagi coba?" ucap Koh Edwin sambil tertawa kencang. "Lah bukannya Kenzo bijak ya? Dia juga termasuk orang puitis?" tanya Lili bingung. "Mana ada! Kenzo mah pendiem sama gamers, jadi dia kalo kata-kata bijak ya gak cocok!" seru Ka Oni. "Heran gue. Gue diem di bilangnya suruh ngomong. Gue ngomong panjang di bilang salah makan. Salah mulu gue di mata kalian," ucap Kenzo sambil memutar bola matanya malas. Tak terasa gue dan Lili sampe depan gedung apartement. "Mau mampir dulu gak kalian?" tawar Lili. "Gak usah Li. Gue sama yang lain langsung cus ke hotel aja besok mau cek lapangan," tolak Ka Oni halus. "Yaudah kalo gitu," ucap Lili dan di bales anggukan kepala sama gue. "Yaudah, kita pulang ya udah deket ko hotelnya," pamit Koh Edwin. "Bye!" ucap mereka semua. Sebelum mereka pergi gue pun langsung menarik tangan Kenzo yang gak jauh dari gue. Kenzo pun hampir kehilangan keseimbangannya karena gue menariknya dengan kencang. "Eh, nanti dulu!" cegah gue. "Ngapa Nya? Gua tau ko lo kangen banget sama gue dan Koh Edwin tapi inget kakak-kakak lo juga kangen kita, jangan tahan kita supaya gak pulang malem ini!" ucap Ka Oni dramatis. "Heran gue, lo jadi orang pd banget!" cibir gue sambil masih megang tangan Kenzo. "Ni nyebrang yok! Biar gak ilang lonya kita gandengan aja!" sindir Koh Edwin halus. Gue yang tersadar dengan sindiran halus dari Koh Edwin langsung menoleh ke arah tangan gue dan Kenzo yang sedang bergandengan tangan. "Eh maaf Zo," ucap gue sambil melepaskan tangan Kenzo. Muka gue pun seketika sudah berubah menjadi kepiting rebus. "Ya kalo mau sampe apartemen gandengan juga gak papa sih Nya," ledek Lili. "Ish ngapa jadi ngeledek sih kalian ini?" ucap gue sambil memutar bola mata dengan malas. "Ya, kenapa lo manggil kita?" tanya Kenzo alus. "Bohhhh rayuan maut nongol! Sama kita-kita mah galak kalau ngomong, sama Anya mah alus banget sampe sutra aja kalah alusnya sama suara lo," ledek Ka Oni. Kenzo hanya menghela nafasnya dengan kasar mendengar ledekan dari Ka Oni. Gak dimana-mana yang namanya Oni, Fajar, sama Kelvin selalu julid dan selalu rusuh. Melihat pertengkaran mereka, gue hanya menggelengkan kepala dengan pelan. "Hmm, hari senin kaliankan tanding. Sebelum tanding kalian bertiga temuin gue dulu di pintu kecil deket lapangan. Kalo kalian gak tau kalian bisa tanya sama Ridwan," ucap gue. "Loh lo tau dari mana tour guide kita namanya Ridwan? Apa jangan-jangan lo kepoin kita ya?" cecar Ka Oni. "Jijik makin malem makin pd. Temen gue itu yang jadi tour guide kalian," cibir gue. “Oh, temen lo. Gue kira lo beneran ngepoin kita semua dah. Okelah kalau begitu mah. Siap laksanakan tugas,” ucap Kak Oni dengan senyuman manisnya. "Oke, kalo gitu!" jawab Kenzo dan di angguki oleh Koh Edwin. “Ternyata selain julid, lo beneran pd banget. Gak nyangka gue sama lo yang begini,” ujar gue sambil menggelengkan kepala. “Pd adalah kepercayaan diri yang harus kita punya. Kalau kita gak punya percaya diri sama dengan kita akan selalu minder di depan ramai orang,” bantah Kak Oni dengan tegas. “Hmm,”jawab gue dengan singkat. “Siapa aja yang nemuin kamu nantinya? Sama Ridwan juga?” tanya Koh Edwin. "Hanya kalian bertiga gak ada tambahan!" ucap gue dengan tegas. "Iya," ucap mereka serempak. "Dah pulang sana udah malem, kalo jatuh bangun sendiri. Kalo ada semut jangan di injek kasian semutnya mau hidup juga," ledek gue. "Ahahaha ada-ada aja lo," ucap Ka Oni. "Tetep kayak gini ya Nya jangan berubah, tetep tersenyum, tetep ramah kami kangen sifatmu yang dulu dan pastinya Agnes seneng denger Kokoh ketemu sama kamu lagi," ucap Koh Edwin sambil meluk gue dengan erat. Apa yang di katakan oleh Koh Edwin ini sebenarnya sebuah keinginan yang simpel dan sangat mudah di lakukan. Tapi, karena sebuah masa lalu yang kelam membuat gue sangat sulit untuk melakukan apa yang mereka minta. Perlahan air mata gue jatuh perlahan membasahi pipi gue saat ini. Gue memeluk Koh Edwin dengan sangat pelan. "Makasih Koh udah mau baik dan ngasih semangat baru buat gue, salam buat Cines dan dedek Re, gue kangen banget sama mereka. Gue pengen ketemu mereka juga," ucap gue sambil nangis di pelukannya Koh Edwin. "Sama-sama udah jangan nangis lagi ya. Gue mau setelah ini lo tersenyum selebar mungkin di hadapan orang banyak," ucap Koh Edwin sambil menghapus jejak air mata yang ada di pipi gue dan menarik kedua pipi gue untuk tersenyum lebar. Setelah tersenyum dengan lebar di hadapan Koh Edwin, gue langsung berlalu dan menghampiri Ka Oni yang tersenyum tulus ke arah gue. Kak Oni memeluk gue dengan pelan dan mengelus kepala gue dengan lembut. "Hidup seperti sedia kala lagi ya kita semua sayang sama lo. Bangkitlah Adik kecil, kita semua dukung lo untuk keluar dari semuanya!" ucap Kak Oni sambil meluk gue dengan erat dan menahan tangisnya. "Thanks Kak Oni udah ngerti apa yang gue rasain, gue tunggu undangan lo sama Cimit!" ledek gue sambil melepas pelukannya dengan pelan dan ngapus air mata gue. "Apa isi yang ada di otak lo itu cuma undangan gue mulu? Kenapa yang lain gak di tagih undangan juga? Padahal umurnya sama kayak gue," umpat Ka Oni dan di balas tawa dari kita semua. “Karena memang lo yang pantes di tagih. Mau sampai kapan lo kayak gini terus? Ayolah gue udah siap jadi bressmaid,” ledek gue. Mereka semua tertawa mendengar ledekan gue dan u*****n kekesalan yang selalu terlontar dari mulut Kak Oni. Gue terkikik kecil dan mulai tersenyum di hadapan mereka semua. "Gue tunggu medali kalian bertiga, gak mungkin gue minta medali emas ke Ka Oni sama Koh Edwin. Jadi, gue minta medali emas ke lo ajalah Zo ahahaha," ledek gue. "Bah bagus kali permintaan lo!" seru Ka Oni. "Noh, Zo medali emas satu! Jangan lupa ya Kenzo," ledek Koh Edwin. "Sungguh sangat berat permintaan lo, Anya!" ucap Kenzo dramatis. "Gak berat kalo lo mau usaha," ucap gue. "Oke, gue usahain buat lo!" ucap Kenzo. "Makasih," ucap gue. "Sama-sama," ucap Kenzo. "Cieeeeee es ketemu es ya hangat, ashiap lah kirim Mb Wid plus grup asrama pasti heboh ni." Ka Oni langsung mengeluarkan gawainya dan mengabadikan momen yang ada. Gue dan Kenzo yang sadar akan kamera langsung mengejar Kak Oni dan mengambil gawainya agar gak di kirim ke sosmednya. Kami bertiga pun berkejar-kejaran di bawah keindahan malam Kota Paris, gue yang merasa lelah karena mengejar Kak Oni langsung berhenti dan mengatur nafas yang sedang ngos-ngosan. Melihat gue berhenti mereka berdua pun iktan berhenti dan duduk di pinggir jalan. "Lo macem-macem awas aja Ka Oni gua laporin Cimit!" ancem gue. "Aduh jangan geh bisa marahan seminggu gue gara-gara lo nanti," ucap Ka Oni melas. "Dah lah pulang udah malem ini," ucap Koh Edwin. Mendengar ajakan dari Koh Edwin mereka berdua langsung bangkit dan menghampiri Koh Edwin yang sedang tertawa kecil melihat tingkah laku kita bertiga. "Yaudah kalian naik dulu, abis kalian naik baru kita jalan ke hotel depan situ," perintah Kenzo. "Lah, ternyata tetanggaan hahaha," ucap Lili. "Aih iya juga," ucap Ka Oni. Gue dan Lili langsung masuk ke dalam gedung apartement. Pas di lift hening banget sampe akhirnya Lili nanya ke gue, gimana perasaan gue tadi. Gue hanya bisa jawab seadanya aja. Sampai di apartement. "Assalamualaikum," ucap gue. "Wa'alaikumsalam," jawab Lili. "Dah lah gue mau shalat abis tuh istirahat, good night Li have a nice dream to night," ucap gue ke Lili. "You too baby. Inget lo gak sendirian di dunia ini," ucap Lili ke gue dan di bales anggukan oleh gue. Setelah itu kita sama sama masuk ke dalam kamar masing-masing. Sampai di kamar gue melaksanakan kewajiban gue sebagai umat muslim dan gue pun mengaji satu 'ain. Menurut gue itu biasa gue lakuin di malem hari setelah selesai semua gue pun merebahkan diri ke kasur tanpa membuka hp lagi. Hari ini adalah hari yang paling menyenangkan. Bertemu orang baru dan bisa berteman dengan orang orang hebat seperti mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD