Penjelasan Mengandung Kebohongan

1022 Words
Sebenarnya Sora ada mata kuliah jam 4 sore nanti. Sekarang sudah sekitar jam 3. Bisa saja seharusnya Sora langsung ke kampus dan menunggu di sana. Tapi tidak mungkin. Karena ia sedang mengenakan baju yang tidak biasa. Ya memang sih Sora memuji dirinya sendiri menggemaskan mengenakan pakaian kedodoran milik Elang. Tapi tidak u tuk dipakai kuliah juga kali. Sora akhirnya memutuskan untuk pulang dulu. Jika saja masih ada waktu untuk mengejar waktu, Sora akan berangkat kuliah. Tapi jika ternyata sudah tak ada waktu, Sora mau bolos saja lah. Sekali-sekali bolos tidak apa. Hitung-hitung untuk mendinginkan pikiran Sora atas apa pun yang terjadi hari ini. Hari yang benar-benar penuh dengan kekacauan. Sampai rumah sudah sekitar jam setengah 4 sore. Sisa setengah jam saja sebelum jam mata kuliah berlangsung. Sepertinya tidak akan ada waktu untuk mengejar mata kuliah itu. Fix, Sora memutuskan untuk bolos saja. Sora mengakui, ia memang bisa sangat bodoh ketika dalam posisi panik atau terhimpit. Ia baru kepikiran sekarang. Astaga ... kenapa otaknya lemah sekali. Lama cara berpikirnya. Bisa-bisanya tadi Sora memutuskan untuk mengikuti Elang demi meminjam baju, yang ia katakan sebagai bentuk pertanggung jawaban cowok itu. Padahal, Sora bisa mampir saja ke kost salah satu teman satu grup-nya di Mehrong. Ia bisa numpang mandi, sekalian pinjam baju. Tunggu sebentar di sana, kemudian mereka bisa berangkat kuliah bersama. Dengan begitu Sora tidak perlu mengorbankan mata kuliah hari ini. Eh, si bodoh Sora, malah lebih memilih meminjam baju si Elang. Astaghfirullah. Bisa atau tidak, sih, Sora minta tukar otak dengan yang lebih encer? Eh, maksudnya otak Sora yang sekarang sudah encer. Hanya saja suka tidak berfungsi dengan baik, saat ia sedang panik. Astaga .... Dengan meminjam baju dari Elang, mau tak mau ia harus bertemu lagi dengan Elang untuk mengembalikan. Apa lagi kata Elang harus cepat. Karena ia hanya punya tiga stel baju. Kasihan sekali, sih. Bisa-bisanya ada manusia yang hanya memiliki tiga stel baju? Sora teringat dengan kata-kata Elang di taman Brantas. Katanya ia hidup sebatang kara. Tempat kost-nya berada di gang tikus, ia pilih di sana, pasti karena murah. Ia sering diomeli Ibu kost kalau terlalu sering mencuci baju. Pasti karena kost sangat murah, sehingga harus ada uang tambahan jika mau jatah air lebih. Tapi Elang tidak mau menambah biaya. Ya bagaimana mau menambah biaya, untuk bayar kost saja ia pasti sudah terlunta-lunta. Kamar Elang rapi. Tapi di saat bersamaan juga tidak banyak barang di sana. Dan Elang ternyata juga tidak punya motor. Karena motor tadi ternyata milik Mas Reyhan. Kasihan juga hidupnya ya. Kenapa ia bisa sebatang kara? Mana mungkin ia tidak punya Keluarga? Sora kemudian segera tersadar ke dunia nyata. Bingung ... kenapa bisa-bisanya ia malah kepikiran Elang! Sora memarkir motor di teras rumah. Ia mengucap salam, dan langsung masuk saja. Syukur lah, tidak ada orang. Kalau ada, pasti bertanya kenapa ia pakai baju yang berbeda dengan ketika berangkat tadi. Dan semua juga tahu, ini adalah baju yang asing, baju orang lain. Akan memancing tanya yang lain. Milik siapa baju itu? Duh ... malas sekali Sora kalau sudah membayangkan hal itu. Sora pun langsung berjalan ngudruk ke dalam kamarnya. Sayangnya ternyata tidak semulus itu Ferguso. Karena ternyata, ada seseorang muncul. Siapa lagi kalau bukan adik Sora yang menyenangkan, tapi lebih banyak menyebalkan. "Udah pulang, Mbak? Tumben." Sora langsung menoleh dengan sangat enggan. "Iya, udah. Aku capek banget mau istirahat." "Kenapa? Dosennya rapat, ya?" Pertanyaan polos khas anak SD. Yang kalau pulang lebih awal, adalah karena guru sedang rapat. "Astaga ... kamu pikir anak SD apa? Nggak, lagi kosong aja mata kuliah hari ini." Sora menjawab sekenanya, dan itu jelas adalah berbohong. Karena mata kuliah tidak kosong. Melainkan ia yang sengaja bolos. "Oh, gitu. Mbak Sora pakai baju siapa itu? Kenapa kok ganti baju?' Zona ternyata masih belum mau menghentikan sesi tanya jawabnya. Ia memang begitu, kalau bertanya suka sampai ke akarnya. Mungkin adik Sora itu kelak akan menjadi jurnalis. "Bajunya temanku." sora sudah empet sekali. Masih syukur ia masih mau menjawab pertanyaan Zona, meskipun dengan setengah hati. Eh, seperempat hati malah. "Kenapa kok sampai pinjam baju? Memangnya baju Mbak Sora sendiri kenapa?" tuh, kan. Pertanyaannya be itu mendetail. Dan menyebalkan tentu saja -- bagi Sora, sih. "Astaga ... kamu nggak cape apa tanya terus? Bajuku basah, makanya aku pinjam baju biar nggak masuk angin. Puas!" emosi Sora sudah tidak terkontrol lagi, dan ia pun jadi nge-gas. "Lhah, kok malah sewot sih. Memangnya kenapa kok bisa basah?" Zona belum gentar, masih terus bertanya, sama sekali tak takut meski kakaknya sudah muncul tanduk. "Astaga Zona ... basah masih tanya kenapa. Basah ya pasti kena air!" Sora benar-benar sudah tak bisa sabar lagi. "Ya pasti lah basah kena air. Maksud aku, kenapa Mbak Sora bisa kena air dan basah gitu lho!" Zona tak kalah sewot karena sejak tadi Sora ditanyai tidak menjawab dengan serius, hanya setengah-setengah. Makanya Zona masih penasaran sekali. "Eh ... eh .... Ini ada apa sih kok ribut-ribut!" Muncul lah Bu Rahma dari arah dapur. Duh, makin runyam saja masalah. Sora sudah paling malas. Padahal tadi ia sudah aman. Gara-gara Zona, sekarang ibu mereka juga jadi ikut-ikutan. "Sora, kamu kenapa kok jam segini udah balik? Terus itu kenapa kok bajunya beda sama yang tadi pagi?" Tuh, kan. Sudah Sora duga. Bu Rahma pasti bertanya ulang masalah ini. Sora menarik napas dalam. Bersiap untuk menjawab sekali lagi. Tapi kali ini ia bertekat untuk bicara serius. Supaya tidak mengundang lebih banyak pertanyaan lain. "Jadi begini, pertama-tama, mata kuliah hari ini kosong." Sora berbohong lagi. "Kenapa aku pakai baju ini? Karena baju aku tadi basah. Nih, aku taruh kresek." Sora menunjukkan tas kresek yang ia bawa. "Ini bajunya teman aku. kenapa aku bisa basah? Ya karena kena air. Gimana bisa kena air? Aku tadi kecebur sungai Brantas gara-gada main nggak hati-hati. Kenapa bisa kecebur? Karena tadi aku kerjain laporan kelompok KKN di sana. Lagi santai main, terus kecebur. Sekian terima kasih." Sora berhasil menceritakan detail masalah. Meskipun ia hias dengan kebohongan di sana sini. Karena ... tidak mungkin juga ia sepenuhnya jujur. "Karena nggak ada yang ditanyakan lagi, ya udah, aku masuk kamar dulu. Bye ...." Sora bergerak secepat kilat. Meninggalkan sang ibu dan adik, yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD