Sampai di kamar, Sora langsung ambil baju ganti, kemudian dengan cuek keluar kamar, menuju ke belakang untuk mandi. Untung di depan kamar sudah tidak ada Bu Rahma dan juga Zona. Kalau masih ada, bisa-bisa ia langsung kena inspeksi mendadak lagi.
Sora langsung mandi, sekalian mencuci baju milik Elang. Ia harus segera mencucinya supaya ketika dibawa ke kampus esok hari, pakaian Elang sudah kering, siap dibawa dan dikembalikan pada pemiliknya yang super kasihan itu. Sora sampai sempat berpikir untuk membawakan beberapa stel baju Pak Fuad yang sudah jarang dipakai. Dari pada mubazir hanya jadi pajangan di lemari, lebih baik diberikan pada yang lebih membutuhkan, kan?
Tapi Sora belum fix memikirkan masalah itu. Jika ia ambil diam-diam, itu namanya mencuri. Tapi kalau terang-terangan ingin diberikan pada teman, wah, bisa ketahuan cerita yang sudah ia katakan tadi hanya lah karangan saja.
Sora menggeleng sembari mengucek baju Elang. Lebih baik ia memikirkan masalah itu tidak terburu-buru. Butuh dipikirkan secara matang.
Selain pakaian Elang, Sora juga sekalian mencuci bajunya sendiri yang basah tadi.
Keluar dari kamar mandi, Sora langsung menuju ke mesin cuci guna mengeringkan baju-baju yang baru saja ia cuci. Selesai, Sora pun segera menjemurnya.
Sembari menunggu mesin cuci goyang dombret sambil mengeluarkan suara musik cadas yang haseeeek, Sora sambil mengecek ponsel yang suda berjam-jam tak ia sentuh. Pasti sudah banyak sekali chat yang masuk. Uhm, chat di grup maksudnya. Bukan chat pribadi.
Paling chat pribadi hanya berasal dari Samran. Itu pun jika Samran tida terlalu sibuk mengurus restoran.
Benar, kan. Chat pribadi hanya berasal dari Samran. Tapi Sora tidak langsung membukanya, karena ada beberapa chat sekaligus. Sora ingin mengirim chat dulu pada dua dosen untuk dua mata kuliah yang ia sia-siakan hari ini. Ia ingin izin bahwa ia sedang sakit. Uhm, bukan berharap ingin sakit, ya. Tapi alasan ini lah yang paling masuk akal, dan tak mungkin bisa ditolak. Kalau sakit memaksakan masuk kuliah, bisa-bisa akan jadi penyebar virus untuk teman-teman yang lain.
'Assalamualaikum wr. wb. Selamat sore Bapak Zainal Arifin, dosen mata kuliah Kewirausahaan yang saya hormati. Mohon maaf, saya Sora, mahasiswa Pendidikan Ekonomi 4B. Hari ini saya izin tidak ikut mata kuliah karena saya sedang sakit. Sekian pesan ini saya tulis. Mohon maaf bila ada kesalahan kata yang kurang berkenan. Terma kasih.'
Sora langsung mengirim pesan itu pada dosen yang mengajar mata kuliah yang pastinya sedang berlangsung sekarang. Karena ini suda jam 4 lebih lima belas menit.
Sora menyalin pesan itu, lalu menempel pada bagian chat yang ditujukan pada Ibu dosen mata kuliah Bisnis, Ibu Roro Forijati yang terhormat. Yang suda lulus S3 di kampus luar negeri, yaitu Australia. Salah satu dosen kebanggaan program studi pendidikan ekonomi.
Sora meletakkan ponselnya dulu. Sebenarnya tadi benar dugaan Sora. Chat yang banyak memang berasal dari grup. Terutama grup KKN yang sudah jelas membicarakan rencana kelompok har ini, yang ternyata gagal total.
Sora malas membuka grup, karena pasti isinya akan menyakiti hatinya. Lebih baik ia buka nanti saja kalau suasana hatinya sudah membaik.
Sora sebenarnya mengharap satu chat pribadi dari seseorang. Dari siapa lagi kalau bukan Alshad. Siapa tahu Alshad ma mengatakan bahwa ia sudah memaafkan Sora. Meskipun chat seperti itu kemungkinan kecil sih. Tetap harus Sora lah yang mengawali chat. Karena di sini posisinya Sora lah yang hendak meminta maaf atas kesalahannya yang terlambat ia sadari.
Tapi nanti saja lah. Sora akan menjemur baju dulu. Karena ternyata proses pengeringan yang membuat mesin cuci dua tabung itu goyang dombret heboh, sekaligus musik metalnya, sudah berhenti beroperasi. Yang artinya, proses pengeringan sudah selesai.
Sora pun meletakkan ponselnya. Dan ia bersiap mengambil enam hanger untuk menjemur. Dua hanger untuk menggantung satu stel pakaian Elang. Dua hanger untuk satu stel pakaian Sora, satu hanger untuk hijab Sora, dan satu hanger lagi untuk satu stel dalaman Sora.
Selesai menjemur semuanya, Sora langsung kembali ke kamar. Dengan harapan, tidak ada orang yang bertanya lagi padanya. Karena jujur, Sora benar-benar ingin istirahat dulu. Karena hari ini begitu chaos. Sehingga Sora seperti merasa tenaganya terforsir, sehingga ia mengalami kelelahan.
Syukur lah, benar-benar tidak ada orang selama ia berjalan menuju ke kamar. Sehingga ia bisa langsung mengunci pintu kamar, dan mewujudkan impiannya untuk berbaring tepat waktu.
Rasanya nyaman sekali berbaring di atas ranjang mahal yang dibeli dengan hasil jerih payah adiknya yang kerja di Surabaya.
Sora kemudian membuka ponselnya kembali. Ternyata dua dosennya tadi sudah membalas pesan yang ia kirim
Jawaban khas dosen yang kadang memang lebih sering menyebalkan dibandingkan menyejukkan hati.
Dari Pak Zainal Arifin:
'Sakit apa kamu? Kalau cuman flue batuk harusnya masuk. Kasihan orang tua kamu susah payah cari uang, tapi kamu malah nggak masuk cuman karena flue dan batuk.'
Sora langsung menghela napas membaca pesan balasan Pak Zainal.
Ia pun segera mengirim pesan balasan.
'Saya sakit lambung, Pak. Asam lambung saya naik karena keseringan begadang ngerjain tugas. Kalaupun saya sakit batu pilek, saya juga tida masuk, Pak. Karena saya nggak mau jadi penyebar virus. Mohon maaf, Pak. Yang semester kuliah saya bayar sendiri, bukan dengan uang orang tua saya. Sekian terima kasih.'
Sora sudah hafal bagaimana harus menghadapi dosen semacam ini. Harus diberi penjelasan yang tegas dan jelas, supaya Sora tida terus diremehkan. Apa lagi jika dianggap sudah berbohong.
Meskipun sebenarnya ia juga memang berbohong sih. Duh, malah ia bilang sakit asam lambung pula.
Sora pun lanjut membaca pesan balasan dari Bu Fori.
'Maa buktinya kamu sakit? Coba kirim foto selfie. Lima menit dari sekarang. Kalau nggak keburu, berarti kamu bohong.'
Sora langsung mendelik membaca jawaban Bu Fori. Duh, mana ini sudah 4 menit berlalu sejak Bu For mengirim pesan balasan. Harusnya tadi Sora membalas pesan Bu Fori saja dulu. Baru Pak Zainal belakangan.
Sora pun langsung memakai selimut sebatas leher. Meraih tisu basah di atas meja dengan tangannya, lalu meletakkan di kening seperti kompres. Sora juga mengambil air dalam botol, dan memercikkan ke wajah supaya ia terlihat mengeluarkan keringat dingin. Syukur lah Sora belum memakai lipstik atau pewarn bibir apa pun itu. Sehingga ia secara alami terlihat pucat.
Sora pun segera mengambil foto selfie dengan wajah yang dilemas-lemaskan.
Sora pun kemudian segera mengirim hasil foto selfi yang cukup meyakinkan itu pada Bu Fori.
Selamat. Ia mengirimkan tepat lima menit setelah pesan terakhir Bu Fori dikirim.
Ada balasan lagi dari Pak Zainal.
'Jangan sombong, hanya karena bayar uang semester kuliah sendiri.'
Sora merasa makin kesal membaca pesan dari Pak Zainal. Tapi Sora sadar, ia tidak bisa menjadi lebih kurang ajar lagi.
Jadi ia lebih memilih untuk mengalah saja lah.
'iya, Pak. Mohon maaf.'
Hanya itu jawaban dari Sora.
Dan ada pesan lagi dari Bu Fori.
'semoga cepat sembuh.'
Sora tersenyum membaca pesan Bu Fori. Nah, begitu kan adem.
Sora pun memutuskan untuk move on dari wapri para dosen. Menuju ke grup chat yang semuanya ada banyak chat di dalamnya.
Sora bingung harus membuka yang mana dulu. Yang jelas grup chat KKN adalah yang paling akhir.
Ah, Sora tahu. Tentu saja ia harus membaca pesan dari Samran dulu, bukan?
Tentu saja. Itu sudah pasti. Sora pun segera menekan nama Samran yang tertera di layar. Bersiap untuk membaca dan membalas pesannya meskipun terlambat.