Tidak Ada Tanda

1238 Words
Dan muncul lah pesan-pesan dari Samran itu. Pesan pertama dikirimkan jam 9 pagi. Saat ia sampai di sungai Brantas sekitar jam segitu. 'Assalamualaikum, Sora. Udah makan?' Pesan ke dua dikirimkan dua jam kemudian. 'Sora lagi sibuk, ya. Jangan lupa makan, ya.' Pesan ke tiga dikirimkan tiga jam kemudian. 'Jam makan siang. Hehe. Maaf dari tadi yang dibahas makan terus. Semangat ya aktivitas-nya." Dan pesan yang terakhir dikirim satu jam yang lalu. 'Sora nanti kalau sudah sempat, tolong pilih warna dari gambar-gambar yang aku kirim ini, ya. Makasih sebelumnya.' Sora melihat ada beberapa gambar dikirim. Didominasi warna pastel. Sesuai dengan warna yang disukai oleh Sora. Sora sebenarnya penasaran sekali kenapa Samran memintanya untuk memilih. Untuk apa? Sora jad banyak berekspektasi. Tapi di saat bersamaan juga harus menahan diri. Karena ia memang tidak boleh terlalu percaya diri dulu dalam hubungannya dengan Samran ini. Takutnya seperti kemarin, suda terlalu percaya diri bahwa perjodohan itu berjalan dengan lancar, tahu-tahu ada tragedi Bude Pangestutik yang tiba-tiba membahas masalah pembatalan perjodohan. Kan bikin hati sakit dan sesak napas 'Maaf aku baru balas, ya, Mas. Seharian ini aku cukup sibuk, harus bikin laporan hasil KKN, kuliah, dll. Sebenernya pegang hp kok. Tapi emang belum sempat balas aja. Alhamdulillah aku udah makan kok. Mas Samran sudah makan? Dari warna yang mas kirim, aku paling suka warna seasalt mas.' Sora hanya membalas seperti itu. Balasan yang cukup umum Dan Sora masih saja berbohong, mengatakan ia kuliah, padahal sebenarnya bolos. Tapi kan juga tidak mungkin berkata jujur. Yang ada pasti perjodohan dengan Samran sudah benar-benar diakhiri, karena Sora sudah berani main ke kost cowok asing, bahkan sampai pinjam baju segala. Tak lama kemudian Samran langsung membalas. 'syukur deh kalau udah makan. Aku juga udah makan kok. Oke, aku juga suka warna seasalt. Kalau cape, istirahat dulu aja. Jangan terlalu paksain diri, nanti bisa sakit. Semangat, Sora.' Samran tak lupa memberi stiker semangat pada Sora. Tanpa sadar, Sora pun langsung tersenyum membacanya. Sora gatal ingin bertanya kenapa Samran memintanya memilih warna. Tapi ia tahan dir sebisa mungkin. Bukannya kenapa-kenapa. Sora hanya takut hatinya kebablasan berharap sesuatu yang belum pasti. 'oke mas. Ini juga lagi istirahat kok goler-goler di kasur. Mas Samran juga semangat ya. Semoga jualan hari ini laris manis.' Sora mengirimkan pesan balasan itu, dan memberi stiker semangat juga. Sora jadi berpikir. Samran masih sebaik ini padanya. Seperhatian ini padanya. Jadi apakah itu berarti bahwa perjodohan mereka dilanjutkan? Berarti perjodohan mereka tidak batal seperti yang dikatakan oleh Bude Pangestutik? Sora menggeleng. Sebelum akhirnya ia menekan tombol kembali. Kemudian membuka grup Mehrong. Yang berisi teman-teman satu geng Sora di kelas. Mehrong diambil dari bahasa Korea, yang berarti menjulurkan lidah alias melet. Berisi 14 gadis-gadis. Eh, sebenarnya salah satu diantaranya sudah tidak gadis, karena sudah menikah dan punya anak. Tapi kalau dilihat dari bodi, tidak akan ada yang tahu bahwa ia sudah menikah. Karena bahkan bodi Sora saja kalah bohay. Ramai sekali di sana membicarakan Sora. Riji: Woy, mba Sora kenapa ngga masuk, woy Pangestu: Mba Sora belum jawab. Napa mbak? Sakit ta? Puspita: Mbak Sora udah izin dosen belum? Dan pertanyaan lain semacam itu. Diucapkan oleh lebih dari separuh penghuni grup. Mereka semua memanggil mbak pada Sora. Ya memang karena Sora lebih tua dari mereka. Sora lulus SMA 3 tahun lebih dulu dari mereka, bukan? Kemudian bagian bawah, seperti biasa. Grup chat ini juga merupakan penyelundupan jawaban bersama atas soal-soal yang diberikan oleh dosen. Sora bersyukur karena ia bisa tinggal salin saja jawaban-jawaban itu, kemudian dikumpulkan besok langsung ke kantor program studi, diberikan pada dosen yang bersangkutan, sehingga ia tidak perlu kehilangan nilai tugas meskipun hari ini tidak masuk. Tidak apa nilai tida semaksimal yang masuk, tapi yang penting kan tetap dapat nilai to. Sora pun langsung membalas pesan mereka. Sora: Woy, gengs. Sorry ga kabar-kabar, ya. Aku lagi nggak enak badan. Alhamdulillah udah kasih tahu dosen dua-duanya. Makasih udah care ya. Makasih juga atas share jawabannya. I love you full semuanya.' Sora tersenyum sendiri membaca pesa yang ia ketik sendiri juga. Sora menekan tombol kembali. Dan masih belum ada niatan untuk membuka grup KKN. Ia skip lagi grup KKN. Dan membuka grup kepenulisan. Yang ternyata membahas gaji ditahan. Dari pada makin spaneng, Sora akhirnya memutuskan untuk terjun payung saja ke bawah. Tidak mau mengetahui apa bahasan mereka. Grup sudah habis semua ia buka. Tinggal menunaikan niatnya untuk mengirimkan chat pribadi pada Alshad. Tapi urung ia lakukan, karena ia masih sangat bingung harus bagaimana. Dan apakah ia benar-benar harus mengirimkan chat pribadi pada Alshad? Sora memutuskan untuk membuka nama Alshad terlebih dahulu. Dan ia mulai mengetik pesan. 'Alshad, sekali lagi aku minta maaf atas apa yang terjadi hari ini. Sumpah, aku nggak ada niat untuk nyakitin hati kamu. Aku hanya berniat bikin anggota kelompok kita lebih rajin ngerjain tugas kelompok bersama. Bukan karena aku nggak suka berdua aja sama kamu. Aku harap kamu ngerti maksud aku.' Sora membaca ulang pesan itu. Ia kemudian menghapus pada bagian 'buka karena aku nggak suka berdua aja sama kamu', karena Sora sadar, itu akan menimbulkan persepsi yang berbeda. Sora membaca sekali lagi, dan ia akhir benar-benar mengirim pesan itu. Tidak langsung dibuka dan dibaca. Sora juga tak berani terlalu berharap jika Alshad akan membalas pesan itu. Yang penting ia sudah niat tulus bersungguh-sungguh ingin minta maaf. Semoga Alshad mengerti itu. Terakhir ... Sora akhirnya membuka juga grup KKN mereka. Ia membaca cepat dari atas ke bawah, sama sekali tidak ada balasan dari Alshad. Hanya Kiki, Dana, Wenda, Fajar, Safi'i, Albert, dan juga Yuniar yang berbalas pesan di sana. Sibuk menyalahkan satu sama lain. Sibuk membujuk supaya Sora dan Alshad bicara. Intinya seperti itu lah. Dan mereka meminta untuk kerja kelompok ulang besok hari, di jam yang sama seperti hari ini. Sora masih menimbang apakah ia akan setuju atau tidak. Ia juga penasaran apakah Alshad akan setuju dengan hal itu? Terdengar suara pintu yang diketuk. Tatapan Sora langsung tertuju ke sumber suara. "Mbak ... ini ibuk. Ibuk mau bicara sebentar." Sora pun langsung membereskan diri. Melepas selimut, dan juga tisu basah yang masih menempel di jidatnya. "Iya, masuk aja, Buk." Pintu pun terbuka, kemudian Sora melihat ibunya langsung nyelonong masuk saja e kamarnya, lalu duduk di pinggiran ranjangnya. Sora pun seketika langsung duduk juga. "Kenapa, Buk?" tanya Sora. "Gimana Samran? Dia chat apa nggak hari ini?" Sora langsung mengangguk. "Dia chat seperti biasa buk. Sama sekali nggak ada tanda-tanda kalau dia mau ninggalin aku." "Syukur deh kalau begitu. Jadi kemungkinan besar, yang kemarin itu cuman kerjaan budenya Mbak. Kok aneh ya. Dia yang maksa ngenalin, dia juga yang ma batalin." Sora pun terkikik. "Iya, Buk. Aturan dari awal dicek dulu weton cocok apa nggak. Maka cocok lanjut, kalau nggak cocok, batal juga terserah." "Nah, itu, baru betul. Bukannya dua sejoli udah sama-smaa cocok, terus tahu-tahu disuruh putus." Sora hanya tersenyum saja mendengarnya. "Gini lho mbak, jadi besok Bapak rencana mau ke Jombang." Sora mengernyit. "Ngapain ke Jombang?" "Mau sowan ke rumah sala satu kiai di sana. Katanya beliau termasyhur namanya di bidang pengobatan ataupun memberi solusi atas keputusan yang kita buat. Termasuk hitungan weton juga. Ya percaya nggak percaya. Namanya juga usaha. Kan nggak ada salahnya. Kamu setuju apa nggak?' Sora tertegun. Ia sebenarnya tidak terlalu percaya dengan hal-hal seperti itu. Meskipun itu dikatakan sebaga kiai, tapi Kaka sudah masuk ke area penerawangan, rasa-rasanya justru meragukan. "Ya ... kalau bapak memang mau ke sana, ya silakan saja. Siapa tahu memang bakal ketemu solusi yang terbaik." Hanya begitu jawaba Sora, tanpa menunjukkan minat sama sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD