Letak kost cowok itu memang dekat dengan lokasi taman Brantas. Tapi letaknya sangat terpencil, masuk ke gang-gang tikus. Tempatnya dekat dengan salah satu kampus kesehatan di Kediri, yang letaknya paling dekat dengan sungai Brantas, di area bandar lor.
Cowok itu sudah sampai di pelataran kost. Dan Sora berhenti agak jauh dari sana, supaya cowok itu tetap tidak menyadari kehadirannya.
Ia turun dari motor, tak lupa menguncinya. Ia mengetuk salah satu pintu kamar kost di sana.
Seseorang membukakan pintu, seorang laki-laki yang hanya setinggi telinga bagian bawah cowok itu. Uhm ... sebenarnya laki-laki yang membukakan pintu itu tidak pendek-pendek amat. Tapi memang cowok menyebalkan itu yang terlalu tinggi. Tingginya mungkin sekitar 180 sentian. Satu cetakan dengan Samran dan juga Alshad. Ketiganya sama-aama tinggi menjulang bagaimana menara sutet.
"Ini kunci motor Mas Reyhan. Makasih ya, Mas." Cowok itu memberikan kunci motor itu pada laki-laki yang ia panggil dengan nama Mas Reyhan.
"Iya, Lang. Sama-sama. Kamu kenapa kok basah kuyup begitu?" tanya Mas Reyhan. Tentu saja ia heran melihat sobat satu kost-nya pulang-pulang basah kuyup.
"Hehe, nggak apa-apa kok mas. Lagi nyobain kemampuan renang aku di sungai Brantas."
Sora di kejauhan susah payah menahan tertawa akibat ocehan cowok menyebalkan itu. Sejak tadi sebenarnya ia banyak mengatakan hal-hal lucu yang menggelitik perut. Sayangnya di saat bersamaan dia juga sangat menyebalkan. Yang awalnya dia ada peluang untuk mudah menggaet hati cewek. Eh, tiba-tiba bikin ilfil.
Mas Reyhan tampak terkejut sekali setelah mendengar ucapan cowok itu.
"Kamu renang di sungai Brantas?"
"Ya gitu deh."
"Astaga, Lang. Kamu kalau pengen berenang bilang dong. Nanti aku ajakin ke Pagora, atau ke Tirtayasa. Jangan nekat renang di sungai Brantas. Bahaya tauk!"
Cowok itu hanya cengengesan. "Aku masuk dulu ya, Mas. Dingin banget. Takut masuk angin."
"Iya, deh sana. Lagian aneh-aneh aja. Ngapain berenang di sungai Brantas. Pakai baju pula. Aturan kamu tuh pakai kolor aja waktu nyemplung!"
Dan cowok itu lagi-lagi hanya tertawa.
Kemudian cowok menyebalkan itu masuk ke kamar yang berada tepat di sebelah kamar Mas Reyhan. Saat itu lah, Sora menggunakan kesempatan yang ada.
Ia mengendarai motornya masuk ke pelataran kost. Dan ia memarkir motornya di sebelah motor Mas Reyhan.
Mas Reyhan yang belum masuk ke kamar kostnya, tampak heran dengan kehadiran gadis asing di tempat kostnya. Sehingga ia terus memandangi Setiap pergerakan Sora, setiap detail yang ia lakukan, semua diperhatikan.
Sora turun dari motor, kemudian tak ragu menginjakkan kaki di teras kost. Ia kini berdiri di depan kamar cowok menyebalkan itu
Sora tahu sih, apa yang membuat Mas Reyhan keheranan parah seperti itu. Adalah karena ... tentu saja, sebab Sora juga basah kuyup, sama seperti cowok menyebalkan tadi. Sehingga membuat otak Mas Reyhan Travelling ke mana-mana.
"Mbak ini siapa? Mau nyari siapa?" tanya Mas Reyhan akhirnya.
"Uhm ... saya mau ketemu sama si Lang-lang mas." Sora menjawab apa adanya. Ia menyebutkan cowok tadi sebagai Lang-lang, karen sejak tadi Mas Reyhan memanggilnya Lang. Entah siapa sebenarnya namanya. Entah Bolang, Caplang, atau siapa pun itu. Sora tak terlalu perduli sebenarnya.
"Lang-lang? Elang maksud kamu?"
Oh, ternyata Elang to.
"Iya, Mas. Si Elang. Pokonya cowok jangkung yang kamarnya di sini nih." Sora menunjuk kamar Elang di hadapannya.
"Mbak siapanya Elang? Kok sama basa semua kayak dia. Jangan-jangan ...."
"Jangan-jangan apa?"
"Jangan-jangan tadi Mbak sama Elang berenang bersama di Sungai Brantas, terus melakukan hal yang iya-iya, ya? Hayo ngaku aja. Astaga, di Kediri banyak hotel murah kok. Kenapa harus di tepi sunga Brantas sih? Di sana termasuk keramat lho. Pamali. Bisa kena celaka, ditempeli sama penghuni di sana."
Sora seketika mendelik. Heran sekali dengan pikiran Travelling cowok di hadapannya ini. "Astaghfirullah, Mas. Jangan mikir kejauhan, lah. Mikir yang positif aja kenapa sih?"
Belum sempat Mas Reyhan kembali menjawab ucapan Sora, tiba-tiba terdengar suara dari dalam kamar Elang.
"Woy, cewek. Kalau nyariin aku, buruan ketuk pintu lah. Ngapain ngobrol terus sama Mas Reyhan di situ? Sebenarnya niat apa nggak mau nemuin aku?"
Sora langsung mengernyit. Lho ... Elang kok terdengar biasa saja tahu Sora ada di sini. Sora pikir, ia akan langsung diusir setelah Elang tahu ia dibuntuti. Sehingga Sora sudah menyiapkan mental dan tenaga untuk melakukan jurus ngeyel pada Elang, supaya mau meminjamkan bajunya apa pun yang terjadi.
Sora pun langsung mengetuk pintu kamar Elang.
Tak lama kemudian, Elang langsung membukakan. Ia sudah berganti baju. Dengan kaos warna putih, dan celana pendek warna moka. Tampangnya terlihat jutek, tapi ia tidak mengusir Sora. Dan itu lah yang terpenting.
"Kok kamu nggak terkejut sih tahu aku ada di sini? Aku pikir tadi kamu marah banget sama aku, sehingga kamu akan usir aku begitu tahu aku ada di sini?" Sora menyuarakan keheranannya.
Elang menyeringai. "Astaga ... tadi sebenarnya aku juga males lihat kamu di spion. Ngapain di cewek malah buntuti aku. Tapi thank God aku ini orangnya baik, buka pendendam. Sehingga waktu 10 menit perjalanan dari taman Brantas ke sini, sudah cukup untuk membuat aku memaafkan kamu."
Sora hanya cengengesan canggung sambil mengangguk. "Oh, jadi begitu. Y-ya udah deh. Aku mau sekalian ngomong aja. Sebenarnya aku tadi mau paksa kamu pinjemin aku baju. Tapi karena kamu udah nggak marah lagi. Aku nggak jadi paksa, deh. Aku mau minta baik-baik aja."
"Ya udah, buruan."
"Buruan apa?"
"Lhah, katanya mau ngomong baik-baik."
"Kan udah tadi."
"Kapan?"
"Barusan tadi. Tuh kan kamu udah tahu kalau aku mau pinjam baju."
"Tapi kan kamu belum bilang mau pinjam secara baik-baik seperti yang kamu bilang tadi."
Sora pun. Menarik napas dalam. Sepertinya Elang memang hobi menaikkan tensi darah orang lain.
"Oke, deh. Elang, tolong pinjamin aku baju dong. Please ..." Sora pun akhirnya mengatakan dengan baik-baik sesuai dengan janjinya. Meski ia lakukan dengan setengah hati.
"Oke deh. Tunggu sini bentar, ya." Elang berlalu masuk kembali ke dalam kamar kostnya.
Sora menunggu dengan sabar. Penasaran baju macam apa yang akan dipinjamkan Elang padanya. Sora harap, sih itu adalah baju yang cocok untuk perempuan berhijab seperti dia. Bukan kaos lengan pendek apa lagi celana pendek.
Semoga saja Elang cukup baik dan pintar, untuk tidak mengerjainya dengan meminjamkan baju yang tidak cocok.
Sora masih menunggu dengan sabar. Sampai Elang akhirnya muncul kembali di ambang pintu, sambil membawa satu stel pakaian di tangannya.