Cowok Tak Bertanggungjawab

1021 Words
Beberapa saat lamanya Sora melongo. Tidak bisa dipungkiri, pemuda itu benar-benar menarik. Sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. Tapi lamunan Sora seketika buyar. Saat pemuda itu tiba-tiba menarik tangannya, sehingga Sora kehilangan keseimbangan, dan akhirnya terjatuh ke air. Memang bukan air dalam. Tapi Sora jatuh dalam posisi terduduk, sehingga sebagian besar bajunya basah. Hanya bagian atas hijabnya saja yang masih aman. Seandainya saja Sora bukan pemicu jatuhnya cowok itu ke dalam air tadi, pasti Sora sudah marah-marah. Tega sekali cowok itu melakukan hal ini padanya. Memang apa sih motivasinya? Dia ingin balas dendam, begitu? Astaga ... pendendam sekali orang ini. Sora pun berdiri, dan segera menepi dengan susah payah. Karena badannya terasa lebih berat, akibat pakaian yang basah. Belum lagi tanah dan pasir yang ia pihak, sangat lah licin. Sora takut terjerembap, dan berakhir terjatuh lagi ke air. "Mbak apa-apaan, sih? Saya kaget kan dibilang ada buaya. Malah jadi jatuh kan!" Ia berbicara dengan nada kesal. Sora yang merasa bersalah, tidak berani balik nge-gas. Meskipun ia kesal juga karena sudah ditarik ke air. Jadi basa semua. Mana dingin pula. "Maaf ya, Mas. Saya tadi panik lihat Mas berdiri di atas situ." "Tapi kan nggak harus bilang ada buaya mbak. Untung bohongan. Coba kalau beneran. Udah pindah alam saya. Kuburan saya nggak menentu, jadi satu sama tai buaya." Pemuda itu meneruskan mengomel. Sementara Sora sibuk menahan tertawa karena menganggap ucapan pemuda itu sangat lucu. "Apa mbak nya malah nahan ketawa begitu. Nggak sopan banget! Padahal saya beneran hampir mati tadi. Arus di bawah kenceng banget. Kalau saya nggak bagi renang, udah hanyut tadi pasti saya." Sora langsung menunduk dalam kali ini. Tentu saja karena ia makin menyesal atas perbuatannya. Ia benar-benar merasa bersalah. "Maaf ya mas sekali lagi. Saya benar-benar nggak ada maksud nyelakain Mas. Saya pikir Mas mau bunuh diri. Mau lompat ke air. Makanya saya bilang ada buaya, biar Mas turun. Nggak jadi terjun. Eh, malah kaget, terus tetep jatuh ke air." sora berusaha menjelaskan situasinya, supaya cowok ini tidak terus salah paham. Cowok itu ... sepertinya bukan orang asli sini. Terdengar jelas dari logat bicaranya. Seperti cowok di televisi, orang asli Jakarta. Tidak medok sama sekali, seperti orang yang bahasa ibunya adalah bahasa Jawa, kemudian mencoba untuk berbicara bahasa Indonesia. "Apa? Bunuh diri? Astaga ... siapa yang mau bunuh diri sih mbak? Meskipun saya sebatang kara, saya nggak pendek akal seperti itu!" Cowok itu kemudian menjelaskan bahwa dirinya sedang tidak akan bunuh diri. "Terus Mas ngapain dong berdiri di sana, kayak orang putus asa. Kalau mau mancing caranya nggak gitu Mas." "Saya juga nggak lagi mau mancing kok tadi." Nada bicara cowok itu masih menyiratkan kekesalan. Meski sudah tidak sekentara tadi. "Ya kan saya nggak tahu mas. Saya cuman berusaha yang terbaik yang saya mampu. Lagian mas ngapain di atas sana kalau memang nggak mau bunuh diri, atau karena mancing? Jadi bikin saya mikir macam-macam." Sora benar-benar penasaran dengan keanehan orang di hadapannya ini. "Mau ngapain saya di atas sana ... bukan urusan mbak." Bukannya menjawab dengan baik-baik, cowok itu malah menjawab dengan ketus. Sudah begitu dia kemudian berlalu begitu saja, melewati Sora. Astaga ... tidak asa itikat baik sama sekali. Karena biar bagaimana pun, cowok itu lah yang sudah membuat Sora basah kuyup seperti sekarang ini. "Astaga ... aneh banget itu cowok ya. Udah naik ke atas pagar jembatan dengan tujuan yang nggak jelas, pendendam banget main narik tangan anak orang sampai jatuh ke air, nggak minta maaf, ditanyain baik-baik malah nyolot. Amit-amit jabang bayi deh." Sora akhirnya hanya bisa ngomel-ngomel sendiri. Sambil menggigil menahan dingin. Aduh ... bagaimana ini? Enaknya ia langsung pulang saja, atau mampir toko dulu untuk beli baju. Eh, tapi Sora lupa. Ia tidak bawa uang sebanyak itu sampai harus beli baju segala. Kartu ATM juga lupa tak ia bawa. Karena ia pikir hanya akan pergi kelompok membuat laporan. Mana ia menyangka akan mengalami hal seperti ini. Tahu begitu, tadi ia bawa juga kartu ATM itu. Lagi pula nanti kalau ia pergi ke toko baju dalam keadaan basa kuyup begini, pasti ia akan diusir karena akan membasahi toko, dan merusak pemandangan. Belum lagi kalau ia disangka sebagai orang dalam gangguan jiwa, lalu ujung-ujungnya akan diusir juga. "Mbak ngomong apa tadi?" Sora seketika menoleh. Astaga ... jadi orang itu masih ada di sana tadi? Sora pikir dia sudah pergi jauh. "Lho, Mas belum pergi ternyata?" "Saya tadi padahal udah ada niat baik. Saya masih mau ambil motor, mau ambil baju ke kost. Buat ganti mbak-nya. Tapi Mbak Suudzon aja sama saya. Tadi udah dikira bunuh diri, sekarang dikira mau kabur." Sora mulai terpancing lah emosinya. Memang dia dasarnya cukup emosional. "Ya saya mana tahu. Aturan Mas-nya bilang kalau mau pergi ambil motor dulu. Bukannya langsung nyelonong pergi kayak orang mau kabur begitu." "Ya saya kan masih emosi karena Mbak udah bikin saya kecebur sungai. Harusnya peka dikit lah." "Astagfirullah ... ya udah lah terserah mas aja. Mana sih tempat kost-nya Mas. Saya naik motor aja buat pinjam baju ke sana. Saya juga nggak bawa duit buat beli baju baru." "Mending Mbak pulang aja deh. Saya batal mau pinjamin baju. Baju saya cuman dikit. Jadi pusing nanti harus lebih sering cuci baju. Nanti airnya cepat habis. Ibu kost suka ngomel kalau airnya cepat habis." "Jadi Mas malah curhat sama saya? Gimana sih? Tadi katanya mau minjamin baju. Tapi sekarang batal. Kasihan tuh malaikat pencatat amal bingung. Mau catat di amal baik, apa amal buruk." "Terserah lah, saya nggak peduli!" "Enak aja. Mas nggak bisa lepas tanggung jawab begitu dong. Biar bagaimana pun, Mas udah bikin saya basah begini. Enak aja disuruh pulang dalam keadaan basah. Rumah saya lumayan jauh dari sini. Yang ada saya masuk angin. Lebih enak Mas dong, pasti tempat kost-nya deket kan?" "Mau dekat kek, jauh kek. Itu bukan urusan saya!" Cowok itu melanjutkan Langkahnya berjalan. Meninggalkan Sora begitu saja. Sora yang tak mau ketinggalan, akhirnya tancap gas juga mengikuti laki-laki itu. Ternyata salah satu dari 3 motor yang terparkir di sini tadi, adalah milik cowok itu. Sora juga segera mengambil motornya. Ia melakukan semuanya diam-diam, supaya tidak ketahuan cowok itu tentu saja. Dan Sora juga mengikuti cowok itu, menuju ke tempat kost-nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD