Own Her II

1037 Words
Tapi warning dari John berhasil membuatnya sedikit demi sedikit sadar jika ada hal yang salah dalam hubungan ini, Don sama sekali tidak mengetahui apapun tentang D/S. Tapi mengapa pria itu seolah sanggup menjalaninya bersama Tanya dan tidak takut akan apa yang Tanya lakukan terhadap tubuhnya, berbagai pertanyaan di kepala Tanya ingin membuatnya secepat mungkin pulang ke apartemen dan melihat Don. Mengetuk-ngetuk pena ke atas meja seraya menunggu hari berubah menjadi sore ternyata membutuhkan waktu yang lama, Tanya hampir bosan menunggu jam dinding menunjukan waktu pulang. Mungkin ia bisa saja meninggalkan kantor kapanpun ia inginkan mengingat dirinyalah presiden direkturnya, tapi sama saja hal tersebut memberikan contoh tak baik kepada seluruh karyawannya. Dan Tanya tidak ingin dicap jelek oleh semua orang. Tuk.. Tuk.. Tuk.. Jarum jam menunjukan pukul lima sore hari, Tanya segera menyambar tas kerjanya lalu meninggalkan bangunan kantor tersebut. Entah mengapa jalanan terasa sangat ramai hari ini, sehingga Tanya harus berdesak-desakan hanya demi tiba di apartemennya yang berjarak tak jauh dari bangunan kantor. Sesampai di bangunan apartemen, Tanya buru-buru memasuki lift dan menekan tombol paling atas. Membuka pintu apartmennya dan mencari sesuatu, ia membuka pintu kamar tidur hingga kamar mandi. Hampir tak percaya dengan apa yang terjadi kali ini, pria itu menghilang.. "Miss?!" Sontak Tanya membalikan badan mendengar seruan tersebut, dan menghembuskan nafas lega setelah melihat Don yang berada di dapur menyiapkan makan malam untuk Tanya. "Kau baik-baik saja?" Don menaikan alis menunggu jawaban, namun wanita itu malah tertawa sumbang seraya membuang tas kerjanya ke sembarang tempat lalu bergabung di dapur bersama Don. "Tidak ada apa-apa, aku pikir kau pergi." Kata Tanya mendudukan diri di kursi makan melihat berbagai hidangan yang menggugah selera. "Aku akan pergi jika kau berkata demikian." Balas Don, Tanya memerhatikan raut wajah pria itu. Mencari celah kebohongan yang mungkin saja diucapkan oleh Don. Walau sulit mencari hal itu ketika ekspresinya tertutupi oleh wajah tampan tersebut, dan lagi entah mengapa segala kalimat yang diucapkan Don terasa seperti dibuat-buat. Atau mungkin karena pengaruh perkataan John yang membuat Tanya jadi berpikiran seperti itu, hal yang menyenangkan seperti kemarin-kemarin jadi hilang akibat John. Seharusnya ia bersenang-senang dengan Don, Tanya sudah menemukan pengganti Tom dan harusnya hal itu membuatnya bahagia, layaknya kemarin. "Kau pergi bekerja?" Don mengangguk seraya menyuap sepotong steak yang baru saja ia buat. Membuat Tanya mengernyit heran, "aku penasaran bagaimana kau belajar memasak secepat ini?" Tanya berkacak pinggang, kini pengaruh John benar-benar telah masuk ke dalam kepalanya dengan berburuk sangka kepada Don. "Aku belajar untukmu.." jawab Don singkat, namun jawaban tersebut terasa belum puas bagi Tanya. Semudah itukah? "Hmm, baiklah." "Kau boleh memakai bajumu!" Seru Tanya yang berhasil membuat Don mengernyit heran, tak biasanya wanita itu bersikap demikian. Tanya memang biasa bersikap dingin dan ketus, tapi kali ini seperti ada sesuatu yang tidak beres dan mengganjal di hatinya. Terbukti ketika wanita itu pulang dalam keadaan bingung membuka semua pintu yang ada di apartemen, dan sekarang Tanya bersikap seolah ia tak lagi b*******h akan permainan mereka berdua yang Don sukai. Wanita itu masuk ke dalam kamar meninggalkan Don tanpa berbicara sepatah katapun, bahkan ia meninggalkan tas kerjanya di atas sofa. Heels yang dikenakan berserakan di atas lantai, serta ponsel yang ditinggal di atas meja makan. Don menghembuskan nafas panjang, apa mistressnya itu sedang sakit? Setelah membereskan peralatan makan, Don memungut barang-barang Tanya dan meletakannya ke tempat dimana mestinya. Perlahan ia memasuki kamar, melihat wanita itu tertidur tanpa mengganti pakaian kerjanya. Tanpa menimbulkan suara sedikitpun Don meletakan ponsel Tanya di atas nakas samping ranjang, mungkin benda mungil tersebut akan dibutuhkan oleh Tanya sewaktu-waktu. "Kau tidak pergi bekerja?" Ujar Tanya seketika mengejutkan Don, ia pikir wanita itu telah tertidur lelap. Tanya bahkan tak membuka kedua matanya saat berbicara kepada Don. "Baru saja aku mau pergi." Jawab Don. "Hm, baiklah. Jaga dirimu baik-baik!" Ujar Tanya, setidaknya Don masih bisa bernafas dengan lega. Tanya masih perduli kepadanya walaupun hal itu tidak menjelaskan tentang kediamannya hari ini. Don berusaha berpikir positif kepada Tanya, mungkin wanita itu sedang dalam kondisi mood yang buruk atau tekanan di dalam pekerjaannya. Dan berharap esok Tanya kembali seperti mistressnya yang ia kenal dari lantai dansa. Don meninggalkan kamar Tanya, mengambil tasnya lalu pergi bekerja seperti biasa. Sementara pikiran Tanya masih melayang entah kemana, tiba-tiba terbesit sebuah ide di kepalanya untuk mengorek identitas Don lebih dalam lagi. Ia keluar dari kamar mengunci pintu utama agar merasa lebih aman di dalam apartemennya, lalu membongkar barang-barang milik Don yang ada di dalam lemarinya. Tanya menemukan sebuah kartu identitas yang mungkin dapat ia gunakan untuk mengulik masa lalu pria itu. Dan benar saja, saat Tanya membuka laptop mencari tahu asal-usul pria yang ia temui di klub malam itu. Terdapat banyak catatan kriminal milik Don, Tanya mengernyit heran. Don yang selalu menurutinya dan selalu bersikap manis memiliki banyak catatan kejahatan. Perampokan, pemerkosaan bahkan penjarahan... Don pernah dipenjara selama tiga tahun karena melakukan perampokan di sebuah bank bersama lima orang temannya, seketika Tanya memijit kepalanya yang mulai terasa pusing. Ada apa dengannya? Ia telah memasukan seorang mantan narapidana ke rumahnya. "Mengapa Don tidak pernah mengatakan hal ini sebelumnya?" Ujar Tanya kepada dirinya sendiri. Ia segera mengambil ponsel yang Don letakan di atas meja nakas, menekan panggilan kepada John berharap perlindungan dari bosnya itu. Namun tak kunjung ada jawaban, Tanya mengacak rambutnya frustasi. Berjalan kesana-kemari berpikir keras mengapa ia bisa sebodoh ini dalam bertindak hanya karena kesepian dan ingin segera mencari pengganti Tom. Yang ternyata seorang penjahat kelas bawah telah ia bawa masuk ke dalam hidupnya, mengetahui semua rahasia bahkan segala hal tentang fantasi Tanya. Haruskah Tanya menunggu esok pagi hingga Don pulang? Atau mengusir pria itu secara baik-baik dengan alasan yang baik pula? Aarrgghhh.... Tanya hampir putus asa memikirkan hal ini, pria itu bisa saja membunuh Tanya jika dirinya salah langkah sekali saja. Mengingat catatan kriminal Don walau pria itu belum pernah membunuh, namun tak ada alasan baginya untuk tidak melakukan hal itu jika Tanya mengecewakannya. Apa hubungan mereka berdua ada kaitannya dengan kejahatan Don? Ya, tentu saja bodoh! Tapi di sisi lain Don adalah pria yang lembut dan penuh gairah, pria itu bahkan selalu ingin mencoba hal-hal yang belum pernah ia lakukan bersama wanita manapun. Kedua hal itu benar-benar bertolak belakang bagi Tanya, seharunya ia memberikan ketakutan kepada Don. Tapi sebaliknya, pria itu membuatnya ngeri akan kasus kriminal yang pernah dilakukannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD