Loyalty

1043 Words
Tanya duduk di meja komputernya semalam penuh, tanpa tidur karena ia sama sekali tak bisa memejamkan kedua matanya setelah apa yang barusan dilihatnya. Kedua matanya selalu beralih ke jam dinding sesekali, memastikan waktu telah pagi dan pria itu tak lama akan pulang. Itulah yang Tanya tunggu, dan benar saja pintu utama diketuk dengan cukup keras pertanda Don telah pulang. Wajah Tanya nampak datar seolah menyembunyikan kekhawatirannya, membuka pintu dan mempersilakan pria itu masuk. Saat Don kembali pulang ke apartemen Tanya melihat wanita itu telah kembali seperti sedia kala, membuat Don berharap hal ini akan terus seperti itu. Karena ia sendiri khawatir jika Tanya berubah dan berakhir membuangnya. "Bagaimana pekerjaanmu?" Wanita itu terdengar basa-basi, walaupun sebenarnya Tanya sungguh-sungguh dengan pertanyaanmya. Tentu ia masih perduli kepada Don, karena pria itu sekarang adalah miliknya dan sudah menjadi tanggung jawabnya. "Seperti biasa, menyenangkan!" Ujar Don seraya membuka seluruh pakaiannya seperti yang biasa ia lakukan. "Bersihkan dirimu, aku tunggu di ruang makan! Ada yang ingin aku bicarakan." Ujar Tanya lalu meninggalkan Don sendiri, sementara pria itu terlihat pucat saat Tanya ingin berbicara serius padanya. Don segera membersihkan diri di kamar mandi, ingin memperlambat pekerjaannya namun ia takut Tanya berteriak karena menunggu terlalu lama. Karena Don sendiri khawatir dengan apa yang akan dikatakan Tanya. "Duduk!" Titah wanita itu, jarang sekali Tanya menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya sendiri dan kini ia juga membuatkan sarapan pagi untuk Don. Sekali saja, ia ingin memberi tahu Don bahwa ia perduli atas kehidupan pria itu. Tak hanya untuk bersenang-senang saja. "Makan sarapanmu!" "Yes Miss.." Don menyuap makanan pertama ke dalam mulutnya, rasanya tidak terlalu enak tapi setidaknya ia berterimakasih kepada Tanya karena sudah repot-repot menyiapkan sepiring sarapan untuknya. Tanya melihat rambut itu masih basah, sehingga rintikan air sedikit membasahi d**a bidangnya dan sial hal itu terlihat sangat seksi. Di saat seperti ini Tanya tetap tidak bisa menghilangkan sifat dasarnya.. Baru saja suapan terakhir masuk ke dalam mulut Don, Tanya merebut piring dan sendok pria itu lalu meletakannya ke westafel. Begitupun dengan gelas yang berisi jus segar, Don baru menegaknya satu kali tegakan. Namun Tanya dengan seenaknya mengambil gelas tersebut lalu membuang isinya. Brak! Ia meletakan gelas tersebut dengan kasar berhasil membuat Don terkejut dan takut setengah mati, entah mengapa pria itu sangat takut jika sesuatu terjadi kepada Tanya dan berimbas kepada dirinya. Don tertunduk saat Tanya hanya mendiamkan dirinya, beberapa detik yang canggung namun Don masih setia menunggu. "Kau akan memberitahuku tentang riwayat hidupmu?!" Tanya mulai membuka suara, dan baru Don sadari hal itulah yang membuat wanita itu sedikit berubah kepadanya. Don ingin mengatakannya, sungguh! Tapi ia butuh waktu sampai keadaan benar-benar aman karena khawatir Tanya tidak akan bisa menerima masa lalu Don. "Aku ingin memberitahumu." Ujar Don. "Hmm, lalu?" Tanya berkacak pinggang bersandar di pingiran westafel. "Aku hanya butuh waktu agar kau tak menjauhiku." Kata Don dengan penjelasan singkatnya, tak berani banyak berkata karena Tanya pasti tidak menyukai pria yang terlalu banyak berbicara jika tidak disuruh untuk membuka mulut. Tanya menghembuskan nafas panjang, mendengar hal itu Don hanya berharap Tanya tak mengakhiri hubungan mereka hanya karena sebuah kesalahan fatal. "Kau menakutiku, Don!" Ujar Tanya membuat Don gelisah, ia melirik ke arah wanita itu. "Maafkan aku, Miss. Itu tidak akan terjadi lagi, itu salahku!" Ujar Don seolah bertanggung jawab akan kesalahannya. "Kau tahu sebuah hubungan dibangun dengan apa?" "Kepercayaan." Jawab Don. "Bagus! Lalu mengapa kau tak menyerahkan kepercayaanmu padaku?" "Maafkan aku, Misstres..." sekali lagi Don hanya bisa mengeluarkan kata maafnya, seharusnya Tanya bisa saja mendepak Don keluar dari apartemennya dan tidak melanjutkan hubungan mereka. Seperti yang sudah-sudah Tanya lakukan kepada submissivenya yang lalu, karena Tanya tidak menyukai kebohongan. Ia menyukai keterbukaan betapa buruknya hal itu. "Aku ingin mendengarnya dari bibirmu!" Titah Tanya, Don menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia tak ingin mengungkit kembali masa lalu, tapi Mistress-nya itu bersikeras. Sehingga Don harus membuka kenangan lama ketika ia harus bekerja dengan cara yang tidak benar. Tanya mendengarkan dengan baik, ia mendengar ada rasa keterpaksaan saat Don melakukan semua tindakan kriminal itu. Dia bilang hanya karena dirinya tidak mendapatkan pekerjaan, dan berakhir memilih merampok bersama teman-temannya. "Dimana sekarang teman-temanmu?" Tanya memotong penjelasan Don. "Entahlah! Mungkin di suatu tempat di luar sana, aku tidak pernah bertemu dengannya lagi." Ucap Don. "Jika aku memintamu untuk tidak menemui mereka lagi apapun yang terjadi, maukah kau melakukannya untukku?" "Tentu saja iya, Miss!" Seru Don tanpa berpikir dua kali, itu hanyalah masa lalu. Dan masa depan Don adalah selalu bersama Tanya dan mengabulkan semua keinginan wanita itu, Don sampai harus mengakui di hadapan Tanya bahwa ia telah berubah. "Aku butuh bukti, Don. Bukan sekedar ucapan!" Kata Tanya yang masih ragu jika Don tidak akan kembali ke masa lalunya yang mengerikan itu. "Kau mau aku melakukan apa agar percaya?" Terdengar seperti sebuah tawaran bagi Tanya, dan Tanya tidak suka jika seseorang memberi tawaran kepadanya, seperti sebuah tantangan. "Berdiri!" "Apa?" "Kau mau membuktikannya? Kalau begitu berdiri!" Ujar Tanya, pria itu lalu berdiri sesuai perintah Tanya. Mengikuti arahan selanjutnya untuk duduk di atas lantai sementara Tanya sibuk memakaikan borgol di setiap pergelangan tangan dan kaki Don, dan tak lupa memasangkan collar di leher pria itu. "Tetap di sini sampai aku bilang selesai!" Ujar Tanya lalu meninggalkan Don dalam posisi terduduk layaknya binatang peliharaan. Don bahkan tidak tidur semalaman karena bekerja, kini wanita itu menginginkan dirinya dalam posisi seperti ini tanpa tertidur. Tapi Don tetap berusaha menunjukan kesetiaannya kepada Tanya agar meyakinkan wanita itu bahwa ia telah berubah, apalagi semenjak mengenal Tanya. Don tipe pria yang urak-urakan kini mengerti arti disiplin setelah Tanya mendidiknya dengan baik, membuat sarapan dan makan malam. Tidur tepat waktu bahkan bangun pagi, semua hal itu terasa sangat berharga bagi Don. Yang tak pernah ia temui bahkan ketika bersama mantan kekasihnya. Beberapa kali Tanya keluar dari kamar hanya untuk ke kamar mandi, ia masih melihat Don dalam posisi seperti itu. Seketika membuat d**a Tanya terasa nyeri, Don memang benar-benar setia kepadanya. Harusnya Tanya tidak meragukan hal itu, ia hanya terlalu terpedaya dengan segala kalimat John dan hubungannya bersama Don yang terbilang terlalu cepat. Bahkan, setelah Tanya siap untuk bekerja Don masih terduduk di sudut ruangan dan mulai terkena sinar matahari yang masuk melalui kaca jendela. Namun Tanya berusaha untuk tidak perduli saat ia melewati Don, walau di dalam hatinya ada rasa perih ketika pria itu tetap di sana menunjukan kesetiaannya kepada Tanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD