Part 9

1693 Words
Hari pertama belajar bersama di lakukan di rumah Nando, nampaknya Mama Nando sangat senang mengetahui Nando akan memulai belajar bersama dengan Dara. Wanita itu bahkan sampai membuat cemilan spesial untuk mereka nikmati sambil belajar, atas permintaan Nando ia tak ingin ada yang masuk ke dalam kamarnya selagi ia belajar bersama Dara. Dara sebenarnya tidak ingin belajar di dalam kamar Nando karena tak bisa melihat Haru, namun ia juga berpikir ada baiknya melakukannya di kamar agar lebih efisien. Saat ini Dara mengeluarkan buku dari tasnya, di ikuti Nando yang meletakkan buku-bukunya dengan ekspresi malas. " Lo pinter tapi sengaja bodoh kan. " Lontar Dara tiba-tiba. " Gue nggak bodoh seperti yang lo kira. " " Itu dia, gue udah tau soal itu. " " Maksud lo.?" " Waktu SMP lo masih jadi anak rajin yang suka belajar dan patuh, tapi sekarang sok berandalan, gayanya kaya preman, otaknya cuma ada berantem sama game doang. " " Lo sebenarnya kenapa sih? Jadi Nando yang dulu gih. " Lanjut Dara menatapnya tajam. " Lo sendiri emang jadi Dara yang dulu? Nggak kan. ?" Balas Nando seketika membuat Dara terdiam. " Kita mulai aja belajarnya, nggak usah bahas masa lalu. " Dara langsung membuka bukunya tak ingin berdebat panjang dengan Nando lagi. ** Break sejenak setelah dua jam melakukan belajar bersama, Nando saat ini sedang tidur. Cowok itu memang punya kebiasaan tidur yang sangat cepat, Dara masih sedikit membaca buku pelajarannya sebelum akhirnya melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. " Ini kan album foto.? " Ucap Dara saat mendapati sebuah album foto di rak buku kamar Nando. Dara meraih album tersebut dan kembali duduk di tempatnya, ia membuka halaman pertama album itu yang memperlihatkan foto keluarga Nando. Pandangan Dara tentu saja tertuju pada Haru yang saat itu masih berusia 15 tahun. Haru di usia itu terlihat sangat muda dan jauh lebih tampan, tanpa menunggu waktu lama Dara segera meraih ponselnya dan memotret foto Haru untuk di simpan sebagai koleksinya. " Ganteng banget sih. " Komentar Dara sambil cekikikan. Setelah melihat halaman depan, Dara kembali menemukan kumpulan foto-foto masa kecilnya bersama Nando yang tersimpan begitu banyak di album tersebut. Dara teringat masa lalu yang membuat kehidupan masa kecilnya terasa lebih berwarna saat itu, bagaimana dulu dia selalu menolong Nando saat kesulitan, bagaimana Nando memperlakukannya seperti seorang saudari setelah itu. Semua benar-benar berubah ketika mereka SMA, ucapan Nando tidak salah mengatakan Dara juga telah banyak berubah selama ini. Tiba-tiba saja Dara melihat satu foto yang membuatnya sangat terkejut, di foto itu terlihat dirinya dan Nando yang saling berciuman, usia mereka saat itu memang masih sangat kecil sekitar tiga tahun namun melihatnya membuat Dara malu dan segera membalik halaman berikutnya. Terdapat tulisan Beloved pada halaman berikutnya, saat Dara hendak membukanya tiba-tiba saja Nando bangun dan merebut album tersebut. Dara menatapnya terkejut, sedangkan Nando langsung menyimpan album itu di atas lemari yang cukup tinggi. " Gue ngantuk mau tidur, hari ini cukup sampai di sini aja. " Ucap Nando terkesan dingin. " Oke. " Balas Dara masih penasaran dengan halaman setelah tulisan Beloved tadi. ** Satu minggu telah berlalu, Dara dan Nando selalu belajar bersama setiap harinya dan perubahan sudah mulai muncul di diri Nando. Ia tak lagi bermain game 24 jam sehari, Mamanya pun sudah tidak marah-marah lagi. Melihat perubahan Nando itu membuat Haru merasa berterima kasih kepada Dara, hari ini ia telah mengirimkan pesan berisikan ajakan untuk jalan-jalan sore ini. Tak menunggu waktu lama, Dara membalas pesan dari Haru yang membuat pria itu tersenyum singkat lalu kembali merapihkan rambutnya di depan cermin satu badan. " Mau kemana Lo.? " Tanya Nando yang baru saja masuk ke dalam kamar kakaknya. " Jalan sama Dara. " Balasnya tetap fokus dalam menata rambutnya. " Lo suka sama Dara.?" Tanya Nando sontak membuat Haru menghentikan pergerakan tangannya. Diam sejenak, Nando melirik kakaknya heran karena tak menjawab. Lalu Haru mencari pembahasan lain yang melewatkan pertanyaan Nando barusan. " Gue berangkat dulu. " Ucap Haru pergi melewati Nando dengan cepat. " Jangan mainin perasaan cewek, kasihan anak orang. " Sahut Nando yakin kalau Haru mendengar ucapannya barusan. ** Hari ini Haru mengajak Dara untuk bermain di wahana air yang terletak di Jakarta Utara, hanya butuh dua puluh menit untuk sampai di Danau Sunter 2. Ada wahana air berupa sepeda bebek yang bisa di nikmati di sana, kini Dara dan Haru sudah berada di atas sepeda bebek di bantu oleh petugas tempat. Untuk menjaga tetap seimbang, petugas yang menjajakan sepeda air itu menarik sepeda dengan seutas tali yang disangkutkan ke leher bebek. "Ayo pelan-pelan, hati-hati," ujar dia sambil menjaga sepeda tetap seimbang. Kesusahan saat menaiki sepeda di dermaga pun terbayar oleh sensasi menyenangkan ketika sepeda bebek itu sudah dioperasikan. Caranya juga mudah, cukup dikayuh seirama kaki. Kalau mau belok, kita bisa menarik tuas yang ada di tengah-tengah. Untuk belok kiri, tuas ditarik ke arah kanan. Sebaliknya untuk belok kanan, tuas ditarik ke arah kiri. " Seru banget, aku baru pertama kali naik beginian. " Seru Dara terlihat begitu jelas di wajahnya. " Kayaknya setiap yang kamu lakukan semuanya pertama kali di hidup kamu ya.?" Tanya Haru meliriknya sebentar. " Heheh nggak tau kenapa setiap Kak Haru ngajak aku jalan pasti itu menjadi pertama kalinya untuk aku. " " Kamu senang nggak jalan sama aku.? " Tanya Haru sukses membuat Dara membeku di tempat hingga berhenti mengayuh sepeda bebek itu. " Kok diem Ra.? " " Ah, i-ya aku senang jalan sama Kak Haru. " Jawab Dara kemudian merasa sangat malu. " Bagus deh kalau gitu, aku kira kamu terpaksa jalan bareng aku. " " Mana mungkin, seribu kali pun gue nggak bakal bosen jalan sama kak Haru. " Benak Dara. Setelah naik sepeda bebek, keduanya pun pergi untuk mengisi perut di rumah makan yang tersedia di lokasi tersebut. Saat hendak memesan tiba-tiba saja Haru mendapat panggilan telpon yang membuatnya harus segera menjawab panggilan tersebut, ia meninggalkan Dara untuk memesan makanan terlebih dahulu agar tidak memakan waktu lama. " Kak Haru mana sih, makanannya sudah tersedia tapi dia belum kembali. " Ucap Dara setelah menunggu beberapa saat. Tiba-tiba saja ada pesan masuk di ponsel Dara, ia melirik layar ponselnya yang menampilkan pop up chat miliknya dengan Haru. Kak Haru " Ra, aku minta maaf banget sama kamu, aku mendadak ada urusan jadi buru-buru pergi tanpa ngabarin kamu dulu. Tapi kamu jangan khawatir, aku bakal segera kembali kok. " " Nggak apa-apa. " Itu yang Dara ucapkan sambil ia ketik untuk balasan pesan Haru. Dara termenung setelahnya, ia menatap dua menu ayam lalapan di depannya dengan tatapan kosong. Selera makannya hilang, ia tak tau harus berbuat apa lagi setelah ini. " Woy. " Sahut seseorang berhasil membuat Dara menoleh ke arahnya. " Ngapain lo di sini.? " Tanya Dara heran dengan kehadiran Nando. " Gue mau nobar bareng teman tongkrongan tapi karena lapar makanya gue kemari, lo sendiri ngapain di sini.? " Lempar Nando menatap dua menu makanan di atas meja tempat Dara duduk. " Makan siang sama kak Haru, tapi dia mendadak ada urusan terus cabut deh. " " Ya udah gue aja yang makan jatah dia." Nando langsung duduk di hadapan Dara siap untuk mengeksekusi makanan yang sudah tersedia itu. " Terserah deh, kalau kak Haru nanti datang bisa pesan yang baru. " Balas Dara pasrah. ** Kini Dara dan Nando telah selesai menyantap makanan mereka hingga ludes tak tersisa, sudah tiga puluh menit berlalu dan Haru tak kunjung kembali juga. Dara terlihat sangat frustasi, ia terus mengecek ponselnya berharap ada pesan yang masuk namun sayang tidak ada sama sekali. " Dia nggak bakal balik lagi. " Sahut Nando meliriknya sekilas. " Nggak mungkin, dia udah janji bakal datang. " Balas Dara sangat yakin. " Kalau lo nggak percaya, gue coba telpon. " Nando segera menghubungi Haru karena ia tau Dara tidak akan melakukannya karena merasa tidak enak. " Nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi atau berada di luar jangkauan. " " Udah, lo mendingan pulang aja sana." Lontar Nando setelah gagal menghubungi Haru. " Nggak mau, pokoknya gue tetap nungguin dia di sini. " Ketus Dara. " Ya udah, gue cabut aja kalo gitu. " Nando beranjak dari tempatnya dan meninggalkan Dara yang masih Setia menunggu kembalinya Haru di rumah makan itu. Sambil menunggu Haru kembali, Dara memesan minuman dan cemilan untuk menemaninya sekaligus sebagai alasan agar dirinya masih bisa menunggu di rumah makan itu sedikit lebih lama. Tanpa terasa langit di luar sana sudah mulai berubah gelap, Haru tak kunjung kembali bahkan tak ada pesan yang di kirim olehnya untuk mengabari Dara. Jika sudah begini Dara pun terpaksa harus pulang, ia berjalan meninggalkan rumah makan itu sambil mencari taksi atau pun kendaraan yang bisa membawanya pulang ke rumah. Karena tidak memperhatikan langkahnya, Dara terjatuh hingga membuat lututnya berdarah dan mulai meringis kesakitan. " Gue kayaknya sial banget hari ini. " Seseorang muncul di hadapan Dara, ia melihat sepatu cowok itu yang membuat senyum di wajahnya merekah seketika. Saat mendongak raut wajahnya langsung berubah sebab apa yang di harapkan datang tidak seperti yang terjadi saat ini. " Nando, kok lo masih di sini.? " Tanya Dara heran. " Gue kan udah bilang kalau gue mau mabar bareng teman, gue udah selesai dan mau pulang, nggak taunya lo masih ada di sini." Balasnya sambil menyamankan tingginya dengan Dara kemudian membantunya bangkit. Kali ini Dara membiarkan dirinya di tolong oleh Nando, lagi pula ia sudah lelah untuk hari ini dan tak ada tenaga lagi buat Dara bertengkar dengan cowok itu. Di sebuah bangku panjang, Nando menyuruh Dara untuk duduk selagi dia pergi ke warung untuk membeli plester luka. Tak cukup lama hingga akhirnya cowok itu kembali, ia membuka pembungkus plester dengan hati-hati lalu menempelkannya di lutut Dara yang sudah di bersihkan terlebih dulu. " Kalau jalan itu pake mata, badan doang gede tapi kalah sama batu. " Komentar Nando ketus. " Bawel, gue sumpahin lo kesandung batu tau rasa." " Udah malam, pulang yuk. " Ajak Nando di balas anggukan pelan dari Dara. Di perjalanan pulang, Dara yang memeluk tubuh Nando mengucapkan terima kasih karena sudah menolongnya. Dara tidak tahu bagaimana jadinya jika hari ini tidak bertemu Nando, cowok itu tersenyum tipis sambil menancap gas untuk menjahili Dara yang saat itu semakin memperkuat pelukannya agar tidak jatuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD