Part 8

1406 Words
Hari minggu itu enaknya untuk berleha-leha di rumah, Dara setuju akan hal itu. Tapi itu sebelum ia di jadikan b***k tugas oleh Nando, kemarin ada tiga tugas tambahan yang harus di kerjakan dan besok adalah deadline dari tugas-tugas tersebut. " Gue udah capek begini terus, Kak Haru udah mulai nunjukin perhatiannya ke gue itu artinya dia ada rasa sama gue. Kalau gue ngungkapin perasaan ke dia otomatis perjanjian gue sama Nando bakal berakhir, apa gitu aja yah. " Dara menghentikan tulisannya dan memikirkan apa yang di katakan barusan dengan baik. " Ra, di bawah ada donat kamu ambil aja kalo mau. " Suara Nada barusan membuat Dara bergeming dan segera membuka pintu menahan kakaknya yang hendak masuk ke dalam kamar. " Kakak yang beli.? " Tanya Dara kemudian. " Haru tadi ngasih, katanya buat kamu yang rasa strawberry. " Jawab Nada seketika membuat Dara segera turun untuk menyantap donat tersebut. Di atas meja makan memang ada sekotak donat yang sudah hilang dua, mungkin Nada yang makan. Selebihnya adalah rasa favorit Dara yang membuatnya semakin salah tingkah dengan pemberian Haru meskipun ia tidak secara langsung memberikannya. " Kayaknya gue harus ngungkapin perasaan ini segera. " Ucap Dara menatap donat di tangannya dengan senyum yang merekah.                   ** " Kamu ini kerjanya main hp terus, nggak pagi, siang, sore, malam, mama nggak pernah lihat kamu pegang buku atau apa? Kamu ini udah kelas tiga SMA Nan, bentar lagi ujian, yang serius dong belajarnya. " Wanita itu sudah muak melihat putra bungsunya yang tiap hari sibuk dengan ponselnya. " Mama berisik banget sih, tenang aja nanti Nando bakal lulus kok di SMA." Balasnya dengan santai. " Iya tapi kamu jangan sesantai ini, waktu SMP kamu rajin banget kenapa masuk SMA jadi nakal dan malas kaya gini sih.? " Nando tetap tak peduli pada apa yang di ucapakan mamanya, ia merasa tidak salah meskipun tidak belajar dan tetap bermain game seperti biasanya. Bagi Nando, lulus SMA saja sudah cukup tanpa harus mendongkrak nilai kemudian membandingkannya dengan anak-anak lain. " Udah mah, jangan di omelin terus, percuma kalau Nando sendiri nggak mau belajar." Sahut Haru berhasil membuat Mama mereka beranjak pergi dari kamar putranya. Kini tinggal Haru dan Nando yang berada di kamar itu, Nando masih asyik dengan ponselnya sementara Haru menatap adik laki-lakinya itu sambil tersenyum kecil. " Lo mau kan belajar sama Dara.? " " Hah? Ngapain belajar sama dia.?" " Bagaimana pun Dara itu lebih pinter dari Lo, nggak apa-apa kan, kalo dia bantu lo belajar." " Dia mana mau belajar bareng gue. " " Pasti mau, nanti gue tanya ke Dara nya langsung yang penting lo mau belajar bareng dia. " Lanjut Haru di balas anggukan pelan dari Nando.                ** Dara menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah setengah harian mengerjakan tugas Nando, ia lega akhirnya bisa menikmati waktu istirahatnya dengan tenang. Dara kemudian meraih ponselnya dan melirik apakah ada notifikasi dari Haru atau tidak, matanya berbinar setelah melihat ada pesan yang masuk dari Haru. " Aku mau minta tolong sama kamu boleh.? " Kak Haru " Kalau aku sanggup tentu boleh kak. " Dara Dara terlihat menunggu balasan dari Haru yang membuatnya cukup penasaran, tulisan sedang mengetik masih di perhatikan Dara dengan serius hingga akhirnya balasan dari Haru membuatnya langsung memperbaiki posisi tidurnya. " Tolong banget buat bantu Nando belajar, buat dia lulus dengan nilai yang Bagus, mau nggak.? " Kak Haru Dara mengira kalau Haru akan meminta tolong sesuatu yang lebih besar dari ini, hanya membantu Nando belajar bukanlah hal sulit, Dara tau Nando sebenarnya tidak begitu bodoh selama ini hanya saja ia tidak ingin menonjol di kelas dengan berpura-pura malas. " Kalau gue terima itu artinya setiap hari gue bisa ketemu sama Kak Haru, karena kak Haru yang minta gue terima aja kalo gitu. " Dara kembali mengetik balasan untuk permintaan Haru barusan dengan menyetujuinya. " Terima kasih ya Ra, kamu memang baik banget. " kak Haru Dara melongo kaget melihat emoticon yang di kirim Haru barusan, biasanya Haru bukanlah tipe orang yang suka mengirimkan emoticon seperti itu. Lagi-lagi Dara di buat salah tingkah, ia bahkan sengaja meng-capture percakapan dengan emoticon tersebut untuk di simpan menjadi kenang-kenangan.                   ** Hari senin pun tiba, hari dimana Dara akan memulai persentasi kelompoknya bersama Nando, Faisal, dan Doni. Sejujurnya ia tau hari ini akan menjadi hari dimana dia seorang diri yang menjelaskan karena tiga cowok itu tidak ada harapan untuk membuat kelompok mereka kompak. Sudah jam 7:20 dan sepuluh menit lagi kelas di mulai, Nando belum datang seperti biasa sedangkan Faisal hari ini mendadak sakit dan Doni yang mengaku sakit gigi dan terpaksa ke ruang UKS untuk berobat. " Kelompok gue kacau semua. " Ucap Dara sambil menjatuhkan kepalanya di atas meja. " Sabar Ra, kan Lo jago dalam presentasi, urusan nilai mereka biarin aja yang penting nilai lo aman. " Seru Ayu yang duduk di sebelahnya. Dara masih memperhatikan pintu masuk berharap Nando segera datang, setidaknya harapan terakhir dari Nando masih ada. Bel tanda masuk sudah berdering di susul langkah seseorang yang masuk ke dalam kelas, dan ketua kelas yang mulai berdiri memimpin kelas segera di mulai. " Nando awas aja lo ya. " Benak Dara sangat sebal. Presentasi sudah di mulai dari kelompok yang di pilih secara random oleh Pak Wira, di bawah sana Dara sudah keringat dingin membayangkan nasibnya nanti, Pak Wira sangat tegas dan terkadang ia tidak terima jika presentasi di bawakan hanya satu orang. Kelompok yang barusan naik sudah selesai dan di perbolehkan kembali ke kursi masing-masing, kelompok berikutnya akan di pilih pak Wira secara random dan membuat semua orang di kelas gugup menantikannya. " Kelompok sepuluh. " Ucap Pak Wira dan tamatlah riwayat Dara di buatnya. " Kelompok sepuluh ada.? " Lanjut Pak Wira menatap ke arah murid semuanya menunggu kelompok tersebut menyahut. Dara mulai mengangkat tangannya sebelah sambil beranjak dari kursinya, perlahan tapi pasti ia mulai menatap guru yang ada di depannya dengan tatapan takut. CEKREKKK.. Semua mata tertuju ke arah pintu dimana seseorang baru saja masuk, kedua bola mata Dara membulat sempurna ia tak menyangka kalau Nando akan datang di waktu yang tepat. Tapi masalahnya saat ini ia ragu apakah pak Wira akan membiarkan nya masuk atau keluar, semua itu ada di tangan pak Wira. " Kamu lagi Nando, kenapa baru datang jam begini.? " Tanya Pak Wira dengan nada yang tegas. " Maaf pak, di jalan ada nenek-nenek yang kecelakaan dan saya bantu bawa ke rumah sakit dulu, kalau bapak nggak percaya nih liat seragam saya masih ada bercak darahnya. " Jelas Nando sambil memperlihatkan seragamnya yang memang terlihat ada noda darah. " Please pak biarin Nando masuk, soalnya dia satu-satunya teman kelompok saya yang hadir hari ini. " Sahut Dara yang kini menjadi pusat perhatian. " Ya sudah masuk kalau begitu. " Balas Pak Wira akhirnya membuat Dara sedikit bernafas dengan lega. ** Akhirnya kelas pak Wira selesai dengan cepat, masih ada lima kelompok lagi yang belum tampil dan akan di di lanjut minggu depan. Dara merasa lega karena kelompoknya berhasil menyampaikan presentasi dengan baik, ia juga salut kepada Nando yang tidak di sangka akan berperan penting hari ini. " Huaaaa Nando Lo emang penyelamat gue, makasih loh udah datang di waktu yang tepat, gue juga nggak nyangka lo bisa jelasin materi lo dengan jelas. " Dara tak sadar kalau saat ini sedang memeluk Nando dengan erat. " Lo berutang traktiran ke gue." Ucap Nando seketika membuat Dara sadar dan melepas pelukannya. " Baru di puji dikit langsung ngelunjak." Lontar Dara kembali duduk di tempatnya. " Emang beneran lo telat karena bantuin nenek-nenek yang kecelakaannya.? " Tanya Dara cukup penasaran dengan alasan Nando yang satu itu. " Gue bohong, sebenarnya ini bukan darah tapi ke tumpahan tinta. " " Dasar Lo, padahal udah salut gue sama lo yang baik banget nolongin nenek-nenek. " Lontar Dara di balas tawa renyah dari Nando. " Haru udah ngomong belum soal belajar bareng.? " Tanya Nando tiba-tiba. " Udah, sebenarnya gue males yah belajar bareng lo, tapi karena Kak Haru yang minta makanya gue terima. " Nando terlihat diam, tidak biasanya ia seperti itu dan memilih untuk pergi meninggalkan kelas. Dara mengangkat bahunya heran, kemudian lanjut menulis tugasnya yang sedikit lagi selesai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD