Part 1
Sore itu Dara sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya, bukan karena ia suka pada tanaman itu bukan juga karena ia di susruh untuk menyiramnya, semua itu di lakukan olehnya hanya untuk mencari perhatian seorang pria yang sebentar lagi pulang. Dia adalah Haru tetangga di sebelah rumahnya, teman masa kecilnya sekaligus cinta pertamanya. Suara motor terdengar jelas di pendengaran Dara dan ia hafal betul dengan suara motor Cleveland Ace Deluxe milik Haru, dan ia pun memulai aktingnya dengan berpura-pura asyik menyiram bunga.
“ Rajin banget Ra.” Sahut Haru sesuai harapan Dara kalau pria itu akan menegurnya.
“ Eh kak Haru, abis pulang kuliah yah.?” Seru Dara menyudahi aktingnya dan menghampiri Haru yang saat ini bertengger di pagar rumah Dara.
“ Iya nih, capek banget.” Balas Haru sambil menjatuhkan tubuhnya di atas kursi panjang yang tertera di depan rumahnya.
“ Mau aku bikinin es teh nggak.?”
“ Wah serius, nggak usah deh takutnya ngerepotin.”
“ Nggak kok, bentar yah aku masuk dulu.”
Selang beberapa menit Dara sudah keluar membawa nampan yang berisi es teh dan cemilan yang sengaja ia siapkan spesial untuk Haru, melihat hal itu Haru jelas kebingungan sebab awalnya Dara hanya menawarkannya es teh tapi yang keluar lebih dari apa yang ia kira.
“ Makasih loh Ra, btw kuenya enak, kamu yang bikin.?” Tanya Haru begitu menikmati kue dari Dara.
“ Bukan aku tapi kak Nada.” Jawabnya sambil menggaruk kepala tak gatal.
“ Oh jadi Nada yang bikin.”
Dara sangat menikmati momen di sore ini karena Haru, melihatnya tampak asyik dengan kue yang di makan membuat jantung Dara berdetak tak karuan hingga membuatnya takut jika Haru sampai mendengarnya.
Dara menoleh refleks ke arah pintu rumah Haru dimana seorang pria lain keluar sambil memainkan ponselnya dengan serius, dia adalah Nando adik kandung Haru yang sangat berbeda dari Haru yang tampan, pintar, rajin, baik hati dan mempesona itu. Nando merupakan teman kelas Dara di SMA dan mereka cukup dekat sebelum keduanya beranjak dewasa seperti saat ini.
“ Mau kemana lo.?” Tanya Haru pada Nando yang begitu santainya melewati mereka berdua tanpa basa basi.
“ Minimarket depan mau Top up.” Jawab Nando tanpa menoleh sama sekali.
“ Dia itu selalu saja bermain game, padahal sudah kelas tiga SMA bentar lagi ujian.” Keluh Haru yang sudah angkat tangan menghadapi adik laki-lakinya itu.
“ Kak Haru tenang aja, soal Nando di sekolah biar aku yang tanganin.” Seru Dara kemudian.
“ Kamu serius mau bantu Nando?” Haru tampak berbalik menatap Dara penuh harap dan saat itulah Dara merasa menyesal telah mengatakannya.
“ Iya kak aku serius.” Lanjutnya terpaksa.
“ Bantu Nando belajar yah, buat dia bisa dapat nilai yang bagus biar bisa masuk UI.”
“ Hehe iya kak, serahin sama aku.”
“ Dara emang yang terbaik.”
*Skip
Terlalu pagi untuk bangun namun seorang gadis cantik itu sudah membuka matanya lebar-lebar sambil memperbaiki posisi duduknya, tirai jendela kamar di biarkan terbuka sedikit sehingga ia bisa menyaksikan pemandangan lebih indah menurutnya dari pada senja di sore hari. Jika biasanya sore hari menjadi alasan Dara berada di halaman rumah untuk menyambut Haru, beda hal nya kalau di pagi hari dimana Dara akan menonton Haru yang berolahraga di beranda kamarnya.
“ Otot kak Haru semakin besar dan kuat, bagaimana bisa dia terlihat sangat tampan dan seksi di waktu yang bersamaan.” Decak Dara seakan terhipnotis oleh tubuh pria itu.
Di pagi hari Haru memang selalu berolahraga di beranda kamarnya, letak beranda kamar Haru lebih dekat dengan kamar Nada kakaknya sedangkan jendela kamar Dara lebih dekat dengan kamar Nando yang berada tepat di depan jendela kamarnya.
Posisi rumah antara Dara dan Haru hanya berjarak empat meter antara rumah mereka dan ada halaman untuk dua keluarga di samping yang membuatnya tampak menyatu jika di lihat dari dalam, tapi dari luar terlihat hanya seperti dua rumah yang saling berdekatan.
Dua keluarga mereka memang sudah bertetangga sejak mereka belum punya anak-anak dan sampai sekarang di mana dua keluarga itu memiliki masing-masing dua anak yang berusia sama antara Haru dan Nada yang sudah kuliah Dara dan Nando yang masih SMA kelas tiga.
Meskipun sudah hidup bersebalahan cukup lama, Dara tidak pernah menyatakan perasaanya langsung pada Haru. Perasaanya pertama kali muncul ketika ia masuk SMA di mana Dara mulai tertarik pada Haru dan selalu mencari cara agar bisa dekat dengan pria itu contohnya ketika waktu sore tiba sepulang Haru kuliah. Oleh karena itu Dara tetap menjaga perasaanya agar tidak di ketahui Haru, bagi Dara mencintai Haru secara diam-diam seperti ini merupakan hal yang sudah cukup membahagiakannya.
“ Aku akan mengambil gambarnya kali ini.” Ucap Dara yang sudah menyiapkan kamera DSLR miliknya agar hasil gambarnya jauh lebih bagus.
Dara membuka jendela kamarnya sedikit lebih terbuka agar kameranya bisa menangkap sosok Haru yang sedang olahraga, namun aksi Dara saat ini mengundang perhatian seseorang di mana saat ini ia sedang di perhatikan oleh tetangga kamarnya. Sadar tengah di perhatikan Dara pun melirik ke arah kamar Nando dan mendapati pria itu yang sudah menatapnya dengan senyuman jahil.
“ Ada pengintip pagi-pagi nih.” Seru Nando sontak membuat Dara menarik kameranya masuk dan menutup jendelanya dengan cepat.
“ Gue udah tau loh, ngapain ngumpet Ra.” Sahut Dara semakin membuat Dara mati kutu di dalam kamarnya.
Selama hampir tiga tahun ini Dara tidak pernah sampai melakukan hal yang ceroboh, ketahuan oleh Nando adalah musibah bagi Dara, ia tahu seperti apa Nando itu dan jika sudah ketahuan begini entah apa yang akan di lakukan Nando setelahnya.
*Skip
Dara terlihat melamun ketika menikmati sarapan paginya bersama keluarganya, Mama Dara menatap putrinya dengan heran karena sejak tadi Dara hanya mengoles selai pada rotinya tanpa berhenti melakukan itu. Nada yang melihatnya pun langsung menyenggol lengan adiknya sehingga membuat Dara tersadar.
“ Kamu kenapa Ra, kok pagi-pagi udah melamun.” Tegur Papanya yang kali ini merasa penasaran.
“ Cuma kepikiran tugas sekolah aja.” Balasnya berbohong padahal saat ini kepalanya di penuhi oleh Nando yang kapan pun bisa memberitahu Haru tentang aksinya.
“ Kamu udah menentukan jurusan yang mau kamu pilih nanti kalau sudah lulus.?”
“ Aku mau ngambil jurusan Arsitek.”
“ Berbanding jauh banget sama Nada, kamu jurusan seni sedangkan Nada medis.”
“ Kan sudah ada kak Nada yang nanti jadi dokter buat Papa dan Mama, kalau aku tugasnya yang bikin desain rumah impian kalian di masa tua nanti.” Jawab Dara penuh percaya diri.
“ Apapun keinginanmu kami akan tetap mendukungnya.” Lontar Papa Dara sambil tersenyum simpul.
Kedua orang tua Nada dan Dara merupakan pengusaha yang cukup sukses, di mana mereka memiliki restoran dan hotel mewah. Kedua orang tuanya yang sibuk hanya bisa menemani anak-anak mereka di waktu sarapan seperti ini selebihnya mereka akan pulang cukup larut dan langsung beristirahat tanpa melakukan makan malam bersama.
“ Pah hari ini Dara pergi sekolahnya bareng Nando yah.” Seru Dara tiba-tiba.
“ Tumben, biasanya kamu paling nggak mau bareng Nando.”
“ Lagi pengen aja hehe.” Sebenarnya alasan Dara ingin pergi bersama Nando hanya untuk mengetahui apakah Nando sudah memberitahu Haru apa belum.
“ Aku udah selesai, mau ke sebelah dulu.” Lanjut Dara segera meninggalkan ruang makan.
Setibanya di depan rumah Nando, Dara mencoba untuk mengatur nafasnya perlahan dan menyusun kalimat yang pantas ia ucapkan pada Nando nanti. Bak pucuk di cinta ulam pun tiba, Nando baru saja keluar dari rumahnya lalu setelah itu menarik motornya keluar dari bagasi.
“ Eh ada pengintip, mau ngintipin gue ya.” Seru Nando sambil tertawa renyah.
“ Dih amit-amit, gue kesini tuh mau nebeng ke sekolah barang lo.”
“ Dih amit-amit, cari ojek aja sana.” Tolak Nando mengulangi ucapan Dara di awal.
“ Nggak mau, pokoknya gue mau nebeng ama lo titik.”
Bukan Dara namanya jika dia tidak berhasil pergi sekolah bersama Nando, meskipun mereka terlihat sering beradu mulut dan mengejek bukan berarti apa yang mereka lakukan itu 100 % serius, ada waktu di mana mereka bisa menjadi dekat bahkan kompak dari biasanya. Kini Dara sudah duduk di belakang Nando namun Nando iseng menancap gas hingga membuat dara hampir terjengkang ke belakang.
“ Nando.!!” Teriak Dara sambil mencubitnya kencang namun di balas tawa oleh pria itu.
“ Makanya pegangan.” Sahut Nando dan akhirnya Dara mencengkram tas ransel Nando dengan kuat agar tidak terjatuh saat Nando menancap gas untuk kedua kalinya.
*Skip
Dara baru saja turun dari motor Nando begitu mereka sudah tiba di sekolah, sambil memberikan helmnya kepada Nando, Dara pun mulai bercermin memperbaiki rambutnya yang berantakan akibat terpaan angin. Dengan iseng Nando mengacak-acak rambut itu dan berlalu meninggalkan Dara yang saat ini meneriaki Nando dengan suara yang cukup melengking.
“ Nando tunggu, enak aja lo ngeberantakin rambut gue kaya gini.” Protes Dara berusaha mengacak-acak rambut Nando juga namun gagal karena perbeadaan tinggi mereka.
“ Makanya minum s**u biar cepat tinggi, bukan ngintip orang yang lagi olahraga.”
“ Lo pasti udah ngadu ke Kak Haru kan.”
“ Belum sih, tapi kayaknya bakal gue kasih tau.”
“ Jangan please..please.., gue bakal ngelakuin apa aja buat lo asal jangan kasih tau kak Haru yah.” Pinta Dara dengan sangat dan membuat langkah Nando tiba-tiba berhenti.
“ Apa aja.?”
“ Iya apa aja.”
“ Oke deal, gue mau mikir dulu apa yang bakal gue lakuin sama lo.”
“ Jangan macam-macam ya, gue nggak mau kalau di suruh gituan.”
“ Heh, yang mau sama lo juga siapa? Gue nggak nafsu.” Balas Nando sambil tertawa kecil.
“ Enak aja, ntar lo suka sama gue tau rasa lo.”
“ Nggak mungkin.”
“ Kalo lo yang suka sama gue baru mungkin.” Lanjut Nando namun membuat Dara terlihat ingin muntah mendengarnya.