Part 4

1590 Words
Dara memalingkan wajahnya saat menoleh ke arah Nando yang sedang asyik molor di kelas, ia masih kesal dengan cowok itu karena perkara kue sus tadi pagi. Rasa kesal itu membuat Dara sengaja menulis jawaban yang salah pada tugas Nando yang hari ini akan di kumpul, Dara benar-benar tertawa puas menulis jawaban yang salah di soal Nando sehingga tak sadar kalau cowok itu sudah bangun dan tengah memperhatikannya. “ Ngapain lo.?” Tanya Nando curiga dan merebut buku catatannya dengan cepat. “ Lo kok jawabnya ngasal? Sengaja ya.” Kata Nando melirik Dara sinis. “ Nggak, kata siapa jawabannya salah.?” “ Soal nomor satu lo jawab 50 Joule padahal jawaban yang benar itu 15 Joule.” Jelas Nando membuat Dara terkejut Nando bisa menjawabnya tanpa memperhitungkan hasil dari soal tersebut. “ Nomor dua dan tiga juga jawabannya salah, gue nggak mau tau yah kalo ada jawaban yang salah.” Nando melempar bukunya kembali di atas meja Dara lalu meninggalkan kelas padahal kelas sebentar lagi di mulai. Dara masih dalam mode terkejut dengan ucapan Nando barusan, hanya dengan membaca soal ia sudah dapat menjawabnya dengan benar dimana untuk Dara sendiri ia masih harus memperhitungkannya dengan benar terlebih dulu. “ Dia lagi nggak pura-pura bodoh kan.?” Ucap Dara dengan wajah pelanga-pelongo. *Skip Satu sekolah di buat heboh setelah mengetahui ada perkelahian yang terjadi di lapangan basket, semua murid yang penasaran langsung berlari ke sana untuk menyaksikan perkelahian antara Nando dan Ersan. Keduanya merupakan musuh bebuyutan sejak kelas 1 SMA dan pemicu perkelahian mereka biasanya karena hal sepele dan berakhir dengan saling memukul satu sama lain. Mereka yang menonton bahkan tak ada yang berusaha untuk menghentikan perkelahian itu, bahkan ada dua kubu yang saling mendukung mereka datang dari kubu Nando dan Ersan. Saat ini Nando unggul karena berhasil menarik kerah Ersan dengan tatapan sinis setelah mendapat pukulan yang cukup kuat di area pelipisnya sehingga meninggalkan bekas yang cukup terlihat jelas. “ Lo tarik ucapan lo sekarang.” Ucap Nando dengan serius. “ Kenapa? Emang benar kan omongan gue barusan.” Balas Ersan terlihat santai meski sedang berhadapan dengan Nando. “ Nando, lo apa-apaan sih, ngapain berantem di tengah lapangan.” Protes seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam lapangan dengan berani dan menghampiri dua cowok itu yang kini sudah menjauh satu sama lain. “ Bubar semua bubar.” Lanjut Dara tak ingin membuat situasi semakin runyam dengan berkumpulnya mereka tanpa melakukan apapun. “ Kalian berdua kaya bocah tau nggak, masalah apa lagi sih yang kalian buat sampai terluka kaya gini.?” “ Lo diam aja, ikut gue.” Nando menarik Dara meninggalkan lapangan tapi tiba-tiba saja Ersan kembali berulah dengan menyebut Dara gadis yang tidak perawan sehingga membuat langkah Nando berhenti dan Dara yang tampak terkejut mendengarnya. Plakk.! Satu tamparan keras berhasil mendarat di wajah Ersan dan yang melakukannya adalah Dara, ia mungkin terlihat tenang namun jauh di balik itu semua Dara sangat marah karena telah di katakan tidak perawan oleh Ersan. “ Jaga mulut lo sebelum ngomong.” Ucap Dara ketus. Nando tak tinggal diam, ia tak ingin sampai Ersan membalas tamparan barusan sehingga dengan cepat Nando menarik Dara meninggalkan lapangan. Saat itu Dara hanya pasrah dan perlahan ekspresi wajahnya berubah sendu. *Skip Nando melepas tangan Dara begitu mereka cukup jauh dari lapangan, Nando terlihat menunduk sementara Dara masih syok dengan kata-kata Ersan beberapa saat yang lalu. Entah apa maksud Ersan menuduhnya tidak perawan di depan banyak pasang mata yang melihat dan mendengar. Tanpa sadar air mata Dara berlinang, hatinya ikut sakit dan perlahan dia merasakan sentuhan lembut di kepalanya yang membuat Dara kembali mendongak. “ Bodoh, jangan menangis, emangnya lo bocah 5 tahun.” Lontar Nando yang mengingatkan Dara ketika mereka masih kanak-kanak. “ Itu kan kata-kata gue,” Balas Dara memalingkan wajahnya sambil menyeka air matanya. “ Ucapan Ersan jangan di dengar, biarin aja ntar juga kapok.” “ Lo sendiri kenapa sampai berantem sama dia.?” Nando terdiam, ia tak ingin Dara tau kalau dirinya emosi sampai memukul Ersan karena ucapan Ersan yang sangat mengganggunya tentang Dara. Salah satunya adalah apa yang di sebutkan Ersan di lapangan tadi, bagaimana pun juga Nando adalah teman masa kecil Dara yang sudah tau soal Dara lebih dari siapapun meskipun terkadang mereka memang sering bertengkar. “ Lupa.” Jawab Nando membuat Dara kesal. “ Btw luka lo nggak mau di obatin.?” Tanya Dara ketika mereka sudah berjalan kembali menuju kelas. “ Nggak usah, nanti juga sembuh sendiri.” Dan mereka pun kembali ke kelas dengan perasaan lebih baik, soal Ersan kali ini Dara tidak ingin berurusan dengannya. *Skip “ Ya ampun kamu ini kerjanya berantem terus, kapan sih kamu bisa belajar dengan baik, lihat Dara dia anaknya pintar dan rajin sedangkan kamu kerjanya main game terus. “ saat ini mama Nando sedang memarahi putranya saat mereka satu keluarga berkumpul di ruang makan. “ Kamu berantem karena apalagi sih Nan.” Sahut Papa yang lebih tenang dari pada Mamanya. “ Biasa pah, anak cowok kan suka berantem biar keren.” Jawab Nando dengan polos. “ Tapi kamu yang menang kan.” Tanya Papa nampak tertarik “ Oh jelas lah.” Jawab Nando bangga. “ Papa ini kok belain si Nando, karena sikap Papa yang terlalu lembut makanya Nando jadi seperti ini.” Komentar Mama sebal. “ Anak laki-laki harus jagoan mah, kalo nggak jagoan bisa gawat.” Tambah papa melucu. Nando malah asyik cekikikan melihat kedua orang tuanya saling adu mulut karena dirinya, sementara itu Haru baru saja turun dari kamarnya dan terus menuju lemari es untuk mengisi air minumnya. Malam ini Haru tidak ikut makan karena harus menyelesaikan tugas kuliahnya, karena Haru jauh lebih rajin dari Nando hal itu membuat Mamanya kembali membanding-bandingkan nya dengan Haru. “ Contohi Haru, dia anak yang rajin nggak kaya kamu.” “ Terus aja belain dia, jurusan forografer aja bangga.” Nando dengan kesal meninggalkan meja makan meskipun ia belum menghabiskan makanannya. “ Nando balik sini, kamu itu nggak sopan banget.” “ Sudah mah, biarin Nando mau ngapain.” Sahut Papa namun mendapat sinisan dari istrinya. *Skip Cowok itu terlihat duduk sendirian di teras rumah sambil menatap langit malam yang di penuhi kemintang, terdengar dengusan sebal dari cowok itu hingga seseorang muncul sambil menyodorkan kopi kaleng kepadanya. “ Jangan kasar sama Mama, bagaimana pun juga dia sayang dan peduli sama kamu makanya dia serig marah-marah.” Ucap Haru ikut menjatuhkan tubuhnya di sebelah Nando. “ Mama emang suka marah-marah Cuma ke gue doang, mau gue nggak ngelakuin apa-apa atau dalam masalah sekalipun dia tetap aja marahin gue.” “ Ya karena dia peduli sama kamu Nan, coba seandainya mama cuek kalau kamu ada masalah kan aneh.” Sebenarnya Nando tidak membenci Haru, dia hanya tidak suka jika Mamanya membanding-bandingkan dirinya dengan Haru saja, hal itu tidak berlaku jika dia di bandingkan dengan Dara atau anak lain asal bukan Haru. “ Kak Haru..Nando.” Seru Dara namun terdengar aneh ketika menyebut nama Nando. Saat ini sepasang adik kakak itu bertemu di depan rumah mereka masing-masing, dimana Dara dan Nada baru saja kembali dari minimarket di depan sedangkan Nando dan Haru yang duduk menikmati kopi di teras rumah. “ Sudah lama kita berempat nggak ngumpul bareng.” Seru Haru ketika Dara dan Nada ikut bergabung bersama mereka. “ Iya juga yah, terakhir kali pas kita masih SMA.” Lanjut Nada kemudian. Dara mengeluarkan martabak yang sempat dia beli di luar untuk mereka nikmati bersama, untuk sementara Dara dan Nando tidak saling mengganggu dan lebih menikmati kebersamaan kumpul saudara malam ini. Jika berkumpul seperti ini rasanya seperti bernostalgia ke masa lalu saat mereka masih remaja. Entah setelah mereka menyelesaikan sekolah dan perguruan tinggi apakah kebersamaan ini masih ada atau sudah menghilang, mereka hanya akan menikmati setiap momen yang terjadi dengan baik. *skip Pagi ini tak tidak secerah biasanya, mentari pun nampak malu-malu memunculkan sinarnya ditambah cuaca yang cukup dingin membuat gadis itu tetap nyaman berada di balik selimutnya. Ia pun tak melakukan rutinitas paginya mengintip Haru karena ia sudah tau kalau haru tidak mungkin berada di beranda kamarnya di cuaca mendung seperti ini. Alarmnya telah berbunyi namun Dara belum beranjak sedikit pun dari posisinya dan baru bergerak saat mendengar suara ketukan pintu dari luar yang tak lain adalah Nada yang kebiasaanya membangunkan Dara dengan cara mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Gadis itu melenguh sambil merenggangkan otot-ototnya hingga mengeluarkan bunyi yang di rasanya lega, lalu setelah itu ia bangkit menuju kamar mandi untuk bergegas ke sekolah. “ Daraaaaaaaaaa.” Teriakan Nando dari kamarnya baru saja membuat gadis itu terkjut dan langsung membuka jendela untuk menegok cowok itu. “ Ada apa? Gue nggak b***k biasa aja manggilnya.” Protes Dara dengan wajah jutek. “ Nanti malam final liga champions Real madrid vs Livervool bakal nobar di warung Mang Dika.” “ Beneran.???” “ Iyaaa bener, nanti malam kita kesana yuk.” “ Hayuuuukkkk.” Seru Dara begitu antusias. Dara dan Nando memang penggemar sepak bola sejak mereka masih SMP, dan club yang paling mereka suka adalah Real Madrid dan malam ini jagoan mereka akan tanding melawan Liverpool. Soal info bola biasanya Nando yang memberitahu karena Dara tidak begitu mengikuti infonya tapi akan sangat antusias jika sudah menontonnya. Karena malam ini dia harus pergi menonton, Dara mengeluarkan seragam wajibnya jika pergi nobar bola dimana ia memiliki jersey Real Madrid dengan nomor punggung 9 yang tak lain adalah Gareth Frank Bale atau akrab di sapa Bale merupakan salah satu pemain pro di Real Madrid dan Dara sangat mengidolakan pria asal Britania Raya itu. “ Sampai ketemu nanti malam, Bro.” Seru Dara dengan gaya tomboi nya yang keluar secara tak sadar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD