Adam memilih tempat di dekat jendela yang berada di ujung ruangan. Kini di hadapan mereka sudah terdapat burger dan segala jenis makanan lainnya. Pria itu tersenyum puas melihat makanan di depannya. Ini cukup untuk mengenyangkan isi perutnya siang ini.
Adam mulai meraih sepotong kentang dan melahapnya terlebih dahulu. Merasakan rasa dan tekstur kentang di desa ini. Cukup enak. Adam manggut-manggut kecil merasa puas dengan rasanya. Sekali lagi pria itu meraih beberapa potong kentang sekaligus dan lalu melahapnya. Lalu dilanjut dengan pria itu meraih burger besarnya. Dengan suapan besar Adam melahap gigitan pertamanya.
“Hmm, lumayan.” ucap Adam yang mulai menikmati makanan mereka. Mata hijaunya lalu menoleh ke arah Imelda yang masih duduk diam di depannya sembari memerhatikan makanan yang juga dipesankan Adam untuknya.
Makanan yang sama dengan ukuran yang sama pula. Namun gadis itu masih tidak berniat menikmati makanannya sampai sekarang. Membuat Adam mengerutkan kedua alisnya merasa bingung sembari memerhatikan Imelda. Gadis itu terlihat lesu dengan memajukan bibirnya.
“Hei, kenapa dengan bibirmu itu? Kau tidak suka dengan makanannya hm?”
“Aku pikir kau akan benar membelikanku es krim. Aku ingin es krim.” jawab gadis kecil itu dengan lesu.
“Hahaha jadi itu yang kau pikirkan? Lihatlah, kau memang masih anak kecil saat ini hahaha!” tawa Adam di depan Imelda yang semakin membuat gadis itu merasa kesal karenanya. Sekali lagi, Imelda merasa pria itu tengah mengolok dirinya. Imelda memberikan tatapan tajamnya untuk ke sekian kali terhadap pria itu. Kali ini justru tatapan tajam Imelda membuat Adam merasa lebih lucu.
“Hahaha hei, makananmu belum habis. Mana mungkin aku membelikan es krim itu sekarang? Es krimnya bisa meleleh sebelum kau menghabiskannya nanti.”
“Jadi kau benar-benar akan membelikanku es krim kakak?” seru Imelda seketika. Kini wajahnya terlihat lebih cerah dari sebelumnya.
“Tentu saja. Aku seorang pria yang bisa dipegang janjinya, apa kau tahu itu hm? Gadis kecil?” ucap Adam dengan gemas mengacak poni depan Imelda yang terlihat begitu rapi walau Adam sudah beberapa kali mengacak rambut itu. Membuat gadis itu tertawa kecil dengan menampilkan gigi-gigi putih nan lucunya seketika.
“Sudah. Kalau begitu cepat habiskan makananmu dan lalu kita akan memesan es krim, oke?!” bujuk Adam.
“Eung!” seru Imelda menyetujui ucapan pria itu. Dengan semangat gadis itu lalu meraih burger besar di hadapannya. Imelda membuka mulut kecilnya lebar-lebar untuk melahap burger dalam genggamannya itu.
Tentu saja gigitannya tidak sebesar gigitan Adam ketika melakukannya. Namun hal itu cukup membuat isi mulutnya menjadi penuh, sehingga membuat wajahnya terlihat semakin bulat karena kedua pipinya yang menggembung. Adam tersenyum geli melihat cara makan gadis itu. Terlihat begitu lucu seperti Marmut kecil ketika makan. Pria itu mengulurkan satu tangannya untuk mengusap bekas saos yang menempel di sudut bibir gadis itu.
“Makanlah dengan pelan. Es krimmu tidak akan hilang nanti.” goda Adam kepada gadis itu.
“Hm ini enak sekali. Tapi tetap aku ingin makan es krim, kakak.” celoteh Imelda sembari mengambil gigitan yang selanjutnya. Adam semakin terlihat gemas dibuatnya.
“Hahaha ya ya aku tahu. Kau bisa mendapatkan es krimmu nanti.” balas Adam. Imelda melempar senyum senang untuk pria itu. Mereka kemudian mulai menikmati makanan di depannya dengan santai sembari sesekali berbincang-bincang. Imelda terlihat begitu menikmati makanan di depannya. Begitu juga dengan Adam yang mulai fokus menghabiskan makanan mereka.
Tidak butuh waktu lama bagi Adam untuk menyelesaikan makan siangnya. Pria itu meminum minumannya dengan santai sembari memerhatikan suasana di sekitar. Lebih tepatnya di luar jendela terdekat. Adam memerhatikan bagian luar di seberang jalan yang langsung mengarah pada hutan Terlarang. Pria itu sekali lagi memerhatikan hutan tersebut dengan lebih lekat.
Pandangan matanya tanpa sengaja menangkap sekelebat bayangan hitam dari dalam hutan. Adam memicingkan kedua matanya dengan lebih tajam lagi untuk melihat bayangan apa itu. Bayangan hitam itu terlihat berukuran besar dan melangkah di balik pohon-pohon rindang dan besar.
Semakin lama semakin bayangan itu terlihat melangkah mendekati tepi hutan, sehingga Adam semakin bisa melihat sosok apa bayangan itu sebenarnya. Adam merasa seperti berada dalam dunianya sendiri saat ini. Fokusnya benar-benar tertuju penuh pada satu sosok dalam pandangannya yang tengah melangkah mendekat ke tempat mereka.
Begitu fokus sehingga Adam tidak memedulikan suasana di sekitarnya yang tiba-tiba terasa begitu sunyi. Tidak jauh berbeda dengan suasana sebelum dirinya bertemu kembali dengan Imelda tadi. Bola mata hijau milik Adam rasanya seperti telah terpaku dengan satu sosok di depannya.
Nampaknya sosok tersebut juga menangkap tatapan Adam dari jauh. Membuat pria itu sudah tidak bisa berpaling lagi darinya. Tanpa sadar Adam menahan napas seiring langkah sosok itu mendekati tepi hutan. Detik kemudian sosok tersebut semakin jelas terlihat.
Bola mata Adam semakin membola lebar ketika dirinya mulai bisa melihat dengan jelas wujud dari sosok bayangan hitam di depannya. Tubuhnya begitu besar dengan bentuk seperti manusia. Kedua kakinya seperti kaki sapi, dengan tubuh manusia berkulit hitam yang terlihat begitu kuat dan penuh otot-otot besar, dan jangan lupakan kepala bantengnya.
Surai kepalanya diiringi tanduk besar yang tumbuh di kedua sisi kepalanya dan ditumbuhi rambut hitam memanjang seperti rambut kuda. Adam terpaku di tempat dengan napas yang mulai terasa sesak ketika menatap bola mata yang menyala merah milik sosok itu, seakan tengah memelototi dirinya. Adam merasa lupa cara untuk bernapas secara tiba-tiba.
Hingga kemudian satu tangan kecil menepuk pelan punggung tangannya. Sontak Adam langsung menghela napas lega diikuti dengan tarikan napas cepat. Adam tersengal-sengal. Pria itu menoleh ke arah Imelda yang baru saja menepuk tangannya dengan pelan itu. Gadis itu memandangnya dengan raut wajah heran dan juga penasaran.
“Kak Adam kenapa? Apa kau baru saja melamun?” tanya gadis itu kemudian. Adam masih terlihat seperti orang lingung saat ini menatap gadis itu.
“Hu- huh?!”
“Jangan suka melamun kak. Kata Mom dan Daddyku itu akan jadi berbahaya kalau kau melamun di dekat hutan itu.” pesan Imelda lagi sembari menunjuk hutan di depan mereka.
“A-ah begitu?” jawab Adam yang masih merasa gugup dan bingung. Pria itu melirik kembali ke arah di mana sosok asing tadi berdiri. Dan tentu sosok itu sudah menghilang entah ke mana.
Adam terkejut dan merasa panik sendiri dalam diam. Mata hijaunya langsung berlari ke sekitar untuk mencari sosok mengerikan tadi sekali lagi. Takut-takut jika sosok itu ternyata berada di sekitarnya. Namun Adam tidak menemukan apa pun di sana.
Dirinya merasa tengah berhalusinasi untuk beberapa saat yang lalu. Adam menghela napas dengan berat. Pria itu kembali menoleh ke arah Imelda yang masih memandangnya dengan tatapan mata bulatnya. Pria itu tersenyum kecil ke arah Imelda.
“Ya, kau benar. Tidak seharusnya aku melamun di tempat seperti ini. Terima kasih sudah mengingatkanku Imel. Aku tidak akan melakukannya lagi.” janji Adam sekaligus mengucapkan terima kasih pada gadis itu yang tanpa sadar sudah menyadarkannya kembali. Adam memerhatikan burger gadis itu yang ternyata sudah habis. Tersisa minuman dan kentangnya yang tinggal setengah. Pria itu tersenyum kecil melihatnya.
“Jadi apa kau siap dengan es krimmu hm?”
Sontak saja senyum Imelda kembali merekah dengan antusiasnya. Gadis itu menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat. “Siap!”
“Hahaha baiklah. Aku akan memesannya sekarang. Kau mau rasa apa hm?”
“Bisakah aku memesan semua rasa?” pinta Imelda dengan wajah penuh harap menatap Adam.
“Baiklah-baiklah. Akan kupesankan keinginanmu itu. Kau tunggu saja di sini dan habiskan kentangmu, oke?!”
“Hihihi oke!”
Adam berlalu pergi meninggalkan Imelda sendirian untuk memesankan es krim gadis itu. Imelda terlihat tersenyum senang menatap punggung tegap Adam yang semakin menjauh.
“Hei, apa kau lihat pria itu? Aku dengar dia berbicara sendirian sedari tadi!” terdengar bisik-bisik dari tempat duduk di sekitar tempat mereka. Imelda menoleh ke arah asal suara itu. Dua gadis dewasa tengah sibuk berbincang-bincang membicarakan Adam selepas pria itu pergi.
“Hei iya, kau benar. Aku pikir aku salah dengar tadi. Aku mengira dia sedang berbincang dalam telepon. Tapi waktu aku melihatnya sendiri, pria itu benar-benar berbicara sendirian! Apa kau lihat tadi tangannya juga ikut terulur ke depan. Dia berbicara seolah ada seseorang yang duduk di depan kursinya. Kau lihat sendiri bukan ada 2 makanan yang dia pesan?!”
“Ya ya, aku juga sempat melihatnya. Kau tahu? Aku mulai merasa merinding sedari tadi, tapi aku coba menahannya. Ini terasa seperti pria itu sedang berbicara dengan hantu!”
“Shh jangan keras-keras! Bagaimana kalau itu benar-benar hantu?! Dan hantu itu ternyata masih ada di sekitar kita? Kau lihat sendiri pria itu masih mau memesan makanan di sini bukan?!”
“Hei, kau jangan semakin menakutiku seperti itu! Sungguh rasanya aku seperti tengah diperhatikan oleh sesuatu kau tahu?”
“Kau benar hiii. Bagaimana kalau kita cepat selesaikan makanan kita dan cepat pergi dari tempat ini. Lebih baik kita cari tempat lain saja. Aku sudah merasa tidak nyaman, lihatlah buluku!” salah satu gadis itu menunjukkan lengan telanjangnya untuk memperlihatkan bahwa bulu kuduknya sudah berdiri semua.
“Iya. Aku juga ingin cepat segera pergi dari sini. Tapi sayang sekali bukan? Dia pria yang tampan. Dan aku belum pernah melihatnya di sekitar sini. Mungkin dia pendatang baru di daerah sini. Tadinya aku ingin mengajaknya berkenalan. Tapi melihat situasinya aneh seperti ini, sepertinya aku tidak mau melakukannya saja.”
“Kau ini. Percuma tampan kalau dia aneh. Mungkin saja dia sudah ditemui penunggu hutan Terlarang tanpa sadar. Siapa yang tahu bukan? Aku tidak ingin berurusan dengan pria itu, dari pada nanti aku terkena masalah. Sudah ayo cepat habiskan makananmu dan kita pergi segera dari sini!”
“Uhm aku sudah selesai. Lebih baik kita cepat pergi dari sini saja.”
“Baiklah kalau begitu. Ayo!”
Dan begitulah percakapan mereka pun berakhir. Imelda bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan sedari tadi. Gadis itu masih merasa masa bodoh. Penunggu hutan Terlarang katanya? Kalau iya lalu kenapa?
Dirinya sudah jelas memiliki alam yang berbeda dengan orang-orang di sekitar sini. Tentu saja mereka tidak akan bisa melihat interaksinya bersama pria itu. Namun apa peduli Imelda? Gadis itu mendengus kecil melihat kedua gadis itu buru-buru pergi keluar dari tempat itu.
Imelda menoleh ke arah Adam yang masih terlihat mengantri di tempat untuk mendapatkan es krimnya, tanpa menyadari pandangan orang-orang di sekitarnya yang sepertinya beberapa dari mereka juga ada yang memiliki pemikiran yang sama dengan kedua gadis itu.
Mungkin karena Adam merupakan pria yang mudah menarik perhatian dari segi penampilan maupun tingkah lakunya, sehingga membuat pria itu lebih terbiasa dengan pandangan orang-orang di sekitar mereka. Adam terlihat tidak terganggu sedikit pun. Imelda tersenyum miring melihat itu.
Gadis itu kembali menoleh ke arah luar jendela, dan bola matanya langsung bertatapan dengan sosok makhluk berkepala banteng, yang sempat dilihat oleh Adam sebelumnya. Tanpa Imelda sadari sosok tersebut ternyata sudah berdiri di depan kaca jendelanya sejak beberapa saat yang lalu, dengan wajah marahnya menatap Imelda.
Gadis itu langsung menegang di tempat, membalas tatapan tajam makhluk halus tersebut. Tidak ada yang akan melihat sosok makhluk itu selain Imelda. Kecuali sosok itu memang sengaja ingin menunjukkan diri di depan orang lain, seperti yang dilakukannya pada Adam tadi.
Sejujurnya Imelda sudah mengetahui apa alasan di balik Adam melamun tadi, yang tidak lain dan tidak bukan adalah karena sosok yang dilihat Imelda saat ini. Namun gadis itu sengaja mengabaikannya karena dirinya merasa hal itu tidak penting. Namun lama kelamaan Adam semakin tidak bisa menahan diri untuk tidak mengikuti kemauan makhluk itu, sehingga membuat Imelda harus turun tangan untuk menahannya.
Makhluk itu memang berniat untuk menarik perhatian Adam dan mengajaknya untuk mengikuti sosoknya ke dalam hutan Terlarang. Dan karena ulah Imelda yang telah menggagalkan rencananya tadi, nampaknya sosok itu menjadi marah terhadap dirinya saat ini. Imelda sudah tidak bisa lari lagi selain harus berhadapan dengan makhluk itu.
Imelda menatap lurus ke arah sosok tinggi besar dengan mata merahnya yang melotot tajam ke arah Imelda, sekaligus memandang remeh dirinya.
“Hhnngg hahh hahh hmmrr!” suara geraman dari makhluk itu seakan memang ingin memperingati gadis kecil itu. Satu langkah maju telah sosok itu ambil. Menghampiri kaca jendela di dekat Imelda. Sosok itu mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi seakan juga tengah mengumpulkan tenaga besar di kedua tangannya yang mengepal kuat, dan detik selanjutnya kedua tangan itu dihantamkan ke arah kaca jendela tepat di depan Imelda.
PYAARRR! Semua orang langsung terkejut seketika.