Imelda
Hangatnya sinaran mentari pagi mulai menyelimuti wajah manis nan lucu seorang gadis kecil. Gadis kecil yang masih tertidur lelap di atas ranjangnya itu, terlihat tidak terusik sama sekali dengan kehangatan sinaran mentari yang menembus di celah-celah gorden kamarnya. Gadis kecil berusia 7 tahun bernama Imelda.
Gadis itu semakin merapatkan diri memeluk boneka kelincinya yang berwarna putih bersih, dengan warna merah muda di beberapa tempat bagian tubuhnya sebagai corak manis, dan berukuran 30 cm. Boneka kelinci hadiah dari bunda dan ayahnya dua tahun yang lalu. Dan sejak itu, boneka kelinci bernama Marvel itu telah menjadi teman tidurnya hingga saat ini.
Suara pintu telah dibuka dengan pelan, berusaha menjaga sang pemilik kamar agar tidak terjaga dari tidur lelapnya. Sepasang suami istri kini muncul dari balik pintu itu dengan senyuman lebar di wajah masing-masing dari mereka.
Mereka sedikit lega ketika melihat gadis kecilnya masih tertidur lelap pagi ini, sehingga kejutan yang tengah mereka siapkan ini akan menjadi terasa lebih spesial. Seorang pria paruh baya berdiri di belakang wanitanya dengan membawa sebuah kotak putih berisi kue ulang tahun.
Kue putih berbentuk bulat dengan hiasan kelinci di atasnya dan beberapa hiasan kecil yang membuatnya terlihat semakin manis. Jangan lupakan ucapan selamat ulang tahun yang tertulis di atasnya, dan satu angka 7 dengan tambahan nama putri kecil mereka, Imelda telah terhias dengan manis menambah kecantikan kue berukuran sedang itu. Sebuah persiapan kejutan yang sempurna di pagi hari bukan.
Wanita itu merundukkan tubuhnya ke arah gadis kecilnya dan memberi usapan lembut di atas kepalanya. Diciumnya penuh kasih putri kecil mereka yang masih memejamkan kedua mata bulat nan jernihnya dengan rapat.
"Imelda sayang, bangunlah. Mom ada kejutan kecil untukmu, Dear." ucap sang bunda.
Suara lembut itu begitu mengalun merdu di telinga si gadis kecil. Namun tetap tidak cukup untuk membangunkan anak manis mereka. Imelda hanya mengerutkan kedua alisnya merasa sedikit terusik dengan suara tersebut, lalu memonyongkan bibir kecilnya sambil menggerutu lucu.
Bukannya merasa marah, justru hal itu menimbulkan kekeh gemas dari ayah dan bundanya itu. Putri mereka benar-benar menggemaskan. Terbukti benar dengan adanya segala pujian dan kebaikan dari penduduk desa yang bertemu dengan Imelda. Mereka akan langsung jatuh hati pada putri kecilnya itu. Imelda memang seakan terlahir untuk dicintai, dan mereka berdua sangat yakin akan hal itu.
"Sayang, yuk bangun. Mom sama Daddy punya hadiah kecil untuk Imelda. Imel tidak mau melihat hadiahnya?" bujuk sang bunda mash dengan sabar dan lembut. Terlihat kelopak mata gadis kecil itu mulai bergerak dan berkedip pelan. Tidak lama, gadis itu mulai membuka mata dengan perlahan. Berusaha menyesuaikan pandangan matanya pada sinar cahaya yang langsung menembus masuk ke dalam retinanya.
"Mom, Dad." gumam gadis kecil itu. Suaranya terdengar serak dan pelan khas orang bangun tidur. Satu tangannya beralih menggosok matanya pelan. Bibir kecilnya masih terlihat manyun dengan lucunya.
"Hihihi happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to Imelda hahaaha yeii!"
suara ayah dan bundanya mengalun dengan riang di telinga gadis itu, memenuhi seisi ruang kamar Imelda. Terdengar suara tepukan tangan dari ayah dan bundanya setelah selesai menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepda gadis kecil mereka. Mata bulat gadis itu semakin melebar dengan wajah terkejut sekaligus antusias. Bibir merahnya merekah, menampilkan senyum manis yang melebar kemudian.
"Haahaha selamat ulang tahun Imelda sayang!" ucap keduanya bersama-sama. Ayah dan bundanya memberi kecupan sayang bergantian kepada gadis itu.
"Mom, Dad, Imel ulang tahun sekarang? Apa kue itu juga untuk Imel? Wahh ada gambar Marvel di atasnya!" seru gadis itu dengan mata berbinar senang. Ayah dan bundanya juga ikut melempar senyum lebar kepada gadis itu. Lihatlah, betapa antusiasnya anak mereka ketika melihat kue berhiaskan kelinci kesayangannya itu.
"Tentu, Sayang. Ini adalah hari yang spesial untukmu. Ayo tiup lilin dulu." ujar sang ayah. Pria paruh baya itu menempatkan kotak kue dengan isinya di depan gadis itu. Imelda segera menarik napas dalam-dalam untuk meniup lilin di atasnya. Dan sebelum hembusan napasnya mengenai lilin tersebut, sang ayah menahan kuenya, menjauh.
"Eit, sudah ucap doa belum? Make a wish dulu, Sayang." ujar sang ayah. Gadis kecil itu melempar cengiran kudanya dengan lebar, terlihat gigi-gigi putih kecilnya yang lucu. Membuat orang yang melihatnya akan menjadi semakin gemas.
"Hehehe yes, Dad." jawab gadis itu. Kemudian kedua mata dengan bulu lentik panjangnya menutup diikuti kedua tangan yang menangkup di depan dadanya. "Semoga Imelda, Mom dan Daddy akan hidup bahagia selamanya. Dan semoga, Daddy akan membelikanku es krim yang banyak hari ini. Sudah!" seru gadis itu dengan riang.
Baik ayah dan bundanya tersenyum bahagia mendengar doa yang dipanjatkan putri semata wayang mereka yang semakin tumbuh dewasa. Rasanya waktu berlalu begitu cepat. Sepertinya baru kemarin sang bunda melahirkan seorang bayi kecil yang cantik, dan sekarang gadis itu telah tumbuh dewasa dan menggemaskan.
“Semoga kau selalu dilimpahi kebahagiaan, nak,” batin sang ayah dan bundanya dengan tulus sepenuh hati. Diusapnya dengan lembut puncak kepala berhiaskan mahkota rambut berwarna cokelat gelap panjang yang lurus sebahu gadis itu. Dan sang ayah meletakkan kembali kotak kue di hadapan gadis kecilnya lagi. Gadis itu melempar senyum lebar ke arah ayah dan bundanya.
"Satu, dua, tiga! Fuuhh!" mereka sama-sama meniup api lilin itu hingga padam bertiga.
Imelda semakin tertawa lebar setelah meniup lilin ulang tahunnya. Begitu juga dengan ayah dan bundanya.
"Nah sekarang kita potong kuenya, yuk!" ucap sang bunda. Wanita itu menyiapkan pisau kue dan menyerahkan pisau itu kepada Imelda, sementara sang ayah tetap membantu membawa kue itu di tangannya. Imelda terlihat antusias memegang pisau kuenya dengan tangan kecil gadis itu. Lalu kemudian tangan sang bunda menyelimuti tangan kecil Imelda dan mengarahkan pisau itu untuk memotong kuenya.
Ssk! Ssk! Satu potong kue berbentuk segitiga telah terpotong.
"Potongan pertama untuk siapa, Sayang? Hm?"
Gadis itu mengerutkan kedua alisnya merasa bingung. Bibirnya kembali mengerut lucu.
"Eum untuk Imel! Hahaha,"
"Wah bukan untuk Mom atau Dad?" tanya ayah sembari berpura-pura menampilkan raut wajah sedih.
"Tidak. Potongan pertama untuk Imel saja. Imel bingung harus memilih Daddy atau Mommy, karena Imel sangat sayang kalian berdua. Jadi potongan pertama untuk Imel saja, biar Daddy dan Mommy makin sayang sama Imel hihihi!" tawa gadis itu terdengar begitu renyah.
"Hahahaha tentu saja mom dan dad akan semakin menyayangimu Dear. Kalau begitu biar bunda yang nyuapin potongan pertama untuk gadis kecil mom ini."
"Dan gadis kecil dad juga tentunya."
"Hahaahahaha!" tawa mereka menghangatkan seisi ruang kamar Imelda di pagi hari itu. Mereka sama-sama menghabiskan kue ulang tahun bersama.