Ice Cream 2

1733 Words
“Apa yang kau lakukan?! Cepat bersihkan itu!” bentak salah satu pria paruh baya berperut sedikit buncit dengan seragam karyawan di sana. Semua mata kini tertuju ke arah mereka berdua, setelah salah satu karyawan tanpa sengaja menjatuhkan pesanan milik salah satu pelanggan. Membuat pesanan itu jatuh berhamburan di atas lantai, dan menjadi tontonan banyak pelanggan di sana. Buru-buru salah satu pekerja itu segera membereskan kekacauan yang telah dibuatnya. Dengan dibantu oleh satu teman kerjanya yang lain, mereka cepat-cepat membersihkan tempat itu.   Untuk sementara fokus mereka tertuju pada mereka. Tidak menyadari bahwa baru saja ada getaran pada dinding kaca di dekat tempat Imelda. Getaran yang diakibatkan oleh makhluk setengah banteng itu membuat kaca jendela di depan Imelda menjadi retak-retak halus seketika. Sampai saat ini belum ada yang menyadari hal itu. Imelda masih berada di tempatnya, terdiam dengan pandangan was-was ke arah makhluk setengah banteng yang masih berdiri di depan kaca jendelanya itu. Nampaknya makhluk itu benar-benar merasa begitu marah pada Imelda saat ini. Dan tanpa diduga, makhluk itu beralih membalikkan tubuhnya, membelakangi Imelda dan lalu melangkah pergi menuju ke arah hutan Terlarang lagi. Mata Imelda masih memerhatikan dengan was-was punggung besar makhluk itu yang melangkah menjauh, hingga kemudian kabut tipis mengelilingi sosok itu. Dan bagai sebuah fatamorgana, sosok tersebut mulai tembus pandang dan lalu menghilang begitu saja setelah kakinya menapaki batas dari hutan Terlarang. Imelda masih terdiam di tempat menatap hilangnya sosok itu. Dan lalu beberapa detik kemudian gadis itu kembali menghembuskan napas lega. Imelda menyadari bahwa sosok itu telah pergi jauh dari tempatnya saat ini. Gadis itu membenarkan posisi duduknya kemudian. Pandangan matanya lurus ke depan menatap tempat duduk Adam dengan pandangan kosong. Lalu bola matanya beralih ke arah kedua tangan kecilnya yang saling bertautan dengan erat. Imelda bisa melihat dengan jelas betapa tangannya bergetar hebat saat ini. Dirinya merasa takut. Sejujurnya dirinya merasa takut hidup di dunia barunya saat ini. Imelda menatap nanar kedua tangannya yang masih saja tidak berhenti bergetar. Gadis itu beralih mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, mencoba menyembunyikan getarannya sekaligus mencoba untuk menenangkan tubuhnya sendiri.   “Dua es krim. Satu semua rasa, satu rasa vanilla.” pesan Adam di saat gilirannya telah tiba.   “Ada lagi Tuan?” tanya petugas yang berjaga.   “Itu saja.” jawab Adam dengan singkat. Adam menunggu sedikit waktu untuk pesanannya, dan tidak lama pesanan itu telah sampai di tangannya. Pria itu membawa pesanan mereka menuju ke tempat Imelda. Adam mengulum senyumnya melihat Imelda yang masih duduk manis di tempat menunggu pesanan mereka. Sesampainya Adam di tempat, pria itu langsung menaruh pesanan Imelda di depan gadis itu.   “Taraa! Pesanan datang, tuan Putri!” seru Adam dengan senyum cerahnya untuk Imelda. Imelda yang sebelumnya tengah menundukkan kepala itu sedikit terkejut karena seruan Adam. Gadis itu sontak mendongak dengan wajah kagetnya menoleh ke arah Adam. Lalu melihat ke arah es krim berukuran besar yang dipesankan Adam untuknya. Gadis itu tertegun sejenak memerhatikan es krim itu. Dirinya tidak pernah melihat es krim sebanyak ini sebelumnya, karena bundanya melarang Imelda untuk makan es krim banyak-banyak. Perlahan senyum Imelda langsung merekah melihat besar dan banyaknya es krim itu.   “Wahhh es krim! Besar sekali kakak hihihi!” seru Imelda yang kini memandang takjub es krim di depannya itu. Hiasannya bahkan terlihat begitu lucu. Di atasnya ada beberapa wafer dan oreo dan juga manisan lain yang berbentuk garisan boneka untuk mempercantik penampilan es krimnya. Sungguh Imelda merasa takjub dan begitu senang melihat es krim itu. Sampai dirinya tanpa sadar melupakan kesedihannya beberapa waktu lalu karena sosok makhluk setengah banteng tadi.   Adam yang melihat betapa senangnya gadis itu saat ini menjadi ikut berbangga diri. “Kau senang? Kalau begitu cepat makan dan habiskan.”   “Tapi aku tidak bisa. Es krimnya terlalu lucu kakak. Bagaimana aku bisa tega memakan mahakarya yang indah ini?!” rengek Imelda sembari memasang wajah sedihnya menatap es krim itu. Membuat Adam yang mendengar itu langsung melongo seketika.   “Kalau kau tidak memakannya, lalu untuk apa aku membeli es krim itu, gadis kecil?”   “Tapi aku tidak bisa!”   “Ya sudah. Kalau begitu kau makan saja es krim milikku. Biar aku yang menghabiskan es krim besar itu.”   “Apa?! Apa kau tega memakan keindahan ini kakak?!” pekik Imelda dengan mata membola lebar menatap tidak percaya Adam. Adam semakin tidak mengerti akal pikiran gadis itu.   “Tentu saja bisa. Memang apa susahnya memakan semangkuk es krim?”   “Hik kau tega sekali! Jangan rusak karya indah ini, kakak!” Imelda semakin terlihat tengah menahan tangisnya.   “Lalu kau akan memelototinya terus menerus seperti itu? Karya indah sekalipun tidak akan selamanya berdiri megah, Imel. Lihat, es krimmu mulai mencair. Jika kau tidak menikmatinya sekarang, kau bisa kehilangan rasa nikmat itu sendiri. Jangan suka menunda hal yang harus kau lakukan. Sudah cepat makan es krimmu itu, dan lalu kita akan pergi dari sini.” terang Adam dengan penuh kesabaran menghadapi rengekan gadis kecil di depannya itu.   “Tapi ...” wajah Imelda masih terlihat sedih menyadari dirinya akan merusak maha karya di depannya ini. Gadis itu masih merasa tidak rela. Adam mendengus geli melihat tingkah berlebihan Imelda. Dengan jahil pria itu mencomot hiasan manisan yang berbentuk boneka beruang dari atas es krim, dan lalu melahapnya dengan santai di depan gadis itu. Membuat Imelda semakin membolakan kedua bola matanya.   “Ahh!!” pekik gadis itu tidak terima.   “Sudah cepat makan es krimmu. Sebelum aku mencomotnya lagi.”   “Tapi kau mengambil beruangku ...!” rengek Imel dengan wajah sendunya. Bahkan kedua matanya mulai berkaca-kaca menatap es krim itu.   “Hihi jangan bersedih. Ayo makan es krimnya. Aku bisa membelikanmu lagi lain waktu, bagaimana?” bujuk Adam dengan tawa kecilnya.   Bola mata bulat milik Imelda sontak menatap Adam dengan berbinar. “Sungguh?! Kau akan membelikanku es krim lagi?”   Adam tersenyum lembut. “Ya. Aku janji akan membelikan es krim itu lagi nanti. Kau bisa mendapatkan beruangmu lain kali.” jawab pria itu.   Tentu saja Imelda merasa senang mendengar janji Itu. Senyumnya kembali merekah cerah. Dengan mengulurkan tangan kecilnya, Imelda akhirnya ikut mencomot oreo di atas es krim itu dan memakannya. Detik kemudian mereka berdua sama-sama tertawa senang. Keduanya mulai menikmati es krim mereka dengan nikmat. Terlebih untuk Imelda. Gadis itu begitu lahap merasakan manis dan nikmatnya es krim yang dipesankan oleh Adam.   “Hmm enak sekali!” seru gadis itu sembari mengulum es krim dalam mulutnya. Merasakan betapa lembut dan dinginnya tekstur es krim itu.   “Kau suka?” tanya Adam dengan senyum yang terlukis di wajahnya melihat betapa gadis kecil itu menikmati es krim yang dibelikannya. Sontak Imelda menganggukkan kepala berkali-kali menjawab pertanyaan Adam.     “Ini sangat enak kakak! Aku ingin memakannya setiap hari hehe,”   “Kalau kau memakannya setiap hari, kau bisa jatuh sakit nanti. Bagaimana aku berani menghadapi kedua orang tuamu suatu saat nanti, kalau aku telah membuat anaknya sakit hm?” balas Adam dengan santai. Imelda mengerjapkan kedua matanya sejenak mendengar pria itu membahas kedua orang tuanya tanpa sadar. Lalu Imelda ikut tersenyum kecil. Gadis itu tahu bahwa Adam hanya bermaksud baik kepadanya. “Hihihi apa itu cukup untuk kakak?” Imelda memerhatikan es krim milik Adam yang berukuran berkali-kali lipat lebih kecil dari miliknya.   Adam baru saja selesai menghabiskan es krim itu. “Sangat cukup. Aku justru merasa takjub dengan perut kecilmu itu. Apa kau yakin bisa menghabiskan es krim itu, Imel?”   “Hahaha aku bisa! Aku sangat yakin bisa! Es krimnya enak sekali, mana mungkin aku tega tidak menghabiskannya!” seru gadis itu dengan riangnya.   “Heh tadi kau bilang kau merasa tidak tega memakannya, dan sekarang kau berubah menjadi tidak tega untuk tidak menghabiskannya? Dasar wanita!” gerutu Adam. Imelda tidak mempedulikan ocehan Adam lagi yang sengaja bermaksud untuk menggodanya. Gadis kecil itu lebih fokus merasakan nikmatnya es krim itu dalam mulutnya saat ini. Dan hal itu justru mengundang kekehan kecil dari Adam yang melihatnya. Untuk sejenak mereka saling menikmati waktu masing-masing. Adam menyandarkan punggungnya di punggung kursi untuk menikmati perutnya yang terasa kenyang saat ini. Jangan lupakan alunan musik R&B yang terdengar mengalun santai di siang itu membuat suasana semakin nyaman. Mata hijaunya memerhatikan beberapa pejalan kaki di luar jendela dengan tenang. Hingga kemudian mata hijau itu baru saja menangkap retakan-retakan halus di kaca dekat mereka. Kening Adam sontak mengerut heran melihat retakan halus itu. Rasa-rasanya tadi dia belum melihat retakan itu di sana. Kenapa sekarang ada? Batin Adam bertanya-tanya sembari memandangi dengan lekat retakan halus itu.   “Setelah ini kita akan ke mana kak?” celetuk Imelda kemudian membuyarkan pikiran Adam seketika.   “Huh? Ah, hum entahlah. Apa kau punya rekomendasi tempat yang menurutmu bagus?” tanya balik pria itu. Imelda melempar tatapan bulatnya yang terlihat begitu polos untuk Adam. Gadis itu mulai terlihat berpikir kemudian.   “Sepertinya ada. Kau mau ke taman bunga?” tawar gadis kecil itu dengan senyum gigi putihnya. Adam memiringkan kepalanya sedikit memikirkan tawaran gadis kecil itu.   “Taman bunga?” beo Adam. Imelda melempar senyum penuh arti ke arah pria itu. Tidak lama setelah Imelda selesai menghabiskan es krimnya, mereka akhirnya meninggalkan tempat itu. Kini Adam dan Imelda sudah berada di dalam mobil, tengah dalam perjalanan mencari taman bunga yang dimaksud gadis itu. Adam terlihat fokus menyetir mobilnya dan menatap ke depan. Sedangkan Imelda asik menatap jalanan di sekitarnya dengan sesekali bersenandung riang layaknya seorang anak kecil yang tengah diajak tamasya oleh kedua orang tuanya. Adam melirik sejenak ke arah gadis itu dan ikut tersenyum kecil melihat gadis itu yang terlihat menikmati perjalanan mereka. Sepeninggal Adam dan Imelda tadi, salah satu gadis petugas karyawan di restaurant KVC mulai datang untuk membersihkan meja yang baru ditinggali oleh mereka berdua. Dengan nampan kosong petugas itu datang, siap membersihkan sampah dan kotoran yang ada di sana. Lalu kemudian langkah itu terhenti sesampainya petugas itu datang di meja bekas Adam dan Imelda. Di matanya, gadis itu melihat pesanan Adam yang kosong, dan pesanan di depannya yang masih utuh. Burger besar dan kentang juga makanan lainnya, minuman dan bahkan es krim yang gadis itu tahu juga dipesan oleh Adam, benar-benar masih utuh tanpa kehilangan bagian sedikit pun. Es krim itu sudah mencair dan tidak berbentuk lagi. Melihat hal itu, membuat gadis petugas itu merasa kesal sendiri. Untuk apa pria itu membeli makanan mahal sebanyak ini kalau tidak dimakan? Sangat disayangkan. Batin petugas itu menggerutu kesal. Sekarang dirinya bingung harus melakukan apa dengan makanan utuh di depannya ini. Dengan perasaan dongkol, gadis petugas itu akhirnya mulai membersihkan meja bekas Adam dan Imelda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD