Perempuan itu pun seketika mengerjapkan matanya dengan kaget. “Pak, itu ada orang saya mau keluar.” Anissa berusaha mendorong tubuh lelaki itu, akan tetapi dicegah oleh Refal. Lelaki itu tanpa melihat ke belakang pun memencet tombol lift itu kembali untuk menuju ke ruangannya. “Pak, saya mau keluar kenapa dipencet lagi lift-nya?” Anissa menatap kedua mata Refal dengan intens. “Saya mau ditemani sama kamu, sampai ke ruangan saya,” ucap Refal dengan entengnya. “Pak, tidak seharusnya ya, Anda bersikap aneh seperti tadi. Saya gak enak dengan karyawan lainnya seakan mendapatkan perhatian lebih dari Pak Refal!” tekan Anissa. Tangan satunya yang tidak bertengger di dinding lift pun membuka kacamata hitamnya. “Aneh? Aneh yang seperti apa maksud kamu? Kamu akan menjadi istri saya, jadi perhati