.....
Sebaik-baik perkara adalah yang di tengah
...
“Hey! Jangan menghindari saya seperti itu,” seru wanita berhak tinggi, ia berjalan mendekati pria itu. Tampak jelas wajah marah, tergaris di wajahnya, rona merah di wajahnya sangat merah tidak seperti biasanya. Alisnya menaik tajam menatap pria di hadapannya yang sejak tadi tidak mengangkat barang sekali saja wajahnya, membuat gadis itu makin murka.
“Hey!! Angkat kepalamu ! Kau benar-benar menghinaku !”
“Maaf, Mbak. Saya hanya menghindari pintu-pintu zina. Zina mata salah satunya.”
“Hah! Persetan dengan semua itu! Jangan kamu pikir kamu orang spesial karena malam itu! Kamu bukan orang pertama yang saya tawarkan apa yang berharga bagi saya. Semua mantan saya juga saya tawarkan hal itu. Jadi jangan besar kepala! “
“Astagfirullah, Mbak. Kenapa Mbak mengatakan hal itu. Sesungguhnya Allah membenci orang apabila malam hari berbuat dosa, lalu di pagi hari ia membuka aibnya. Kenapa Mbak membuka aib Mbak sendiri? Cukuplah aib itu hanya Mbak dan Allah SWT yang tahu.”
“Hey! Jaga mulutmu! “
“Mbak yang seharusnya menjaga diri, Mbak. Wanita itu ibarat mutiara yang tersimpan, bukan pajangan yang terpajang keindahannya.”
“Kurang aja! Kamu kelewatan! Semalam kamu menolak saya dan sekarang kamu menghina saya!” teriak wanita itu, dengan nafas memburu.
“Saya tidak berniat menghina, Mbak. Saya hanya mengatakan apa yang benar adanya.” Intonasi pria itu terdengar lugas dan berwibawa. Wanita itu makin kebakaran jenggot, ia merasa seperti gila sendiri.
“Kamu akan menyesal karena telah menolak saya! Kecantikan saya diinginkan oleh banyak pria! Dan kamu menyia-nyiakan keberuntungan itu! “ murkanya.
“Saya tidak akan menyesal, Mbak. Bagi saya hubungan saya dengan Rabb lebih penting dari segalanya. Kecantikan hanya semu, akan pudar di telan waktu. Ingat Mbak, kecantikan yang Mbak miliki adalah milik sang pencipta. Semua hanya titipan mbak, suatu saat akan dikembalikan cepat atau lambat.”
“s**l! “ wanita itu menggeram kesal. Nafasnya naik-turun menahan amarah yang sudah memuncak. “Pergi kamu dari sini. Kamu saya pecat.”
“Terima kasih, Mbak. Saya memang hari ini ingin mengundurkan diri. Berkas Pengunduran diri saya sudah ada di meja, Mbak.” Pria itu pergi setelah mengatakan hal itu. Ia bahkan tidak menoleh sedikit pun ke belakang. Kirani merasa semakin terhina, menyukai pria itu bagai godam kesialan bagi Kirani.
Kirani menatap nanar punggung pria yang kini makin menjauh dari dirinya. Mbak, saya salat dulu, saya gak akan ninggalin Mbak. Insyallah.
.
.
Bersambung.
Kata bersambung membuat Sarah dan Zahra serempak menghela nafas yang entah sejak kapan mereka tahan sembari membaca n****+ itu.
“Yah...bersambung,” gumam Sarah, sedih. Beginilah resiko jika membaca n****+ on going. Lagi di fase tegang, eh tiba-tiba bersambung.
“Mas Husen, gila sih, karakternya strong banget. Dominan banget, rasanya tuh kek liat langsung. Gerget banget deh. Gak sabar nunggu kelanjutan nasib Khirani dan mas Husen.”
Zahra mengangguk setuju. Awalnya Zahra tidak tertarik pada n****+ itu sama sekali, tapi Sarah terus memaksa untuk membaca n****+ genre romance-spiritual itu, setelah membaca dan mengenal karakter mas Husen yang tegas tapi penuh kasih sayang, entah kenapa membuat Zahra jadi jatuh hati pada n****+ itu.
“Ada gak ya di dunia nyata manusia sebaik mas Husen...”gumam Sarah, berandai. “Udah baik, , tampan, sholeh lagi... Gak tergoda sama kecantikan Khirani. Padahal diakan model top internasional, kebayangan gak sih cantiknya kaya apa. Tapi mas Husen gak tergoda. Mas Husen lebih milih hubungan dengan Tuhan. Salut banget sama mas Husen. Kayaknya gak ada pria kek mas Husen di dunia ini.”
“Ada,” jawab Zahra. Ia teringat akan seseorang istimewa pilihan Allah, yang memilih hubungan dengan Tuhannya daripada mengikuti hawa nafsunya.
“Serius?” Mata Sarah membulat sempurna.
“Namanya nabi Yusuf AS. Beliau, sangat tampan, sholeh lagi. Sangking tampannya pernah nabi Yusuf lewat di hadapan para wanita yang tengah mengupas kulit mangga, mereka terpesona akan ke tamparan nabi Yusuf AS, bahkan sampai tidak sadar telah melukai tangan mereka sendiri. Nabi Yusuf juga mendapat godaan untuk berzina pada wanita tercantik kala itu, istri raja. Tapi beliau menolaknya, beliau malu jika berzina, sedangkan Allah SWT Maha melihat segalanya.”
“Wow...”
“Bukan Wow tapi ucapkan...
“Subahanallah,” ralat Sarah.
“Ternyata kisah para nabi seru-seru juga ya. Gak kalah seru dari novel.”
“Jelaslah. Lebih lagi itu merupakan kisah nyata yang banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil guna meningkatkan keimanan.”
“Eh, kalian serius banget, bahas apa sih ? Kok nabi tertampan dibawa-bawa,” Kerly menyimpan ponselnya. Gadis itu sejak tadi melakukan siaran di i********: selagi Zahra dan Sarah membaca. Kerly enggan bergabung, dia tidak mau membaca tulisan panjang, itu membuat matanya nyut-nyutan.
“Eh, Lo tahu juga tentang nabi Yusuf?” heran Sarah. Biasanya Kerly juga selevel dengannya mengenai urusan agama.
“Iyalah, masa gak tahu sih. Gini-gini gue rajin ngaji dulu pas SD.”
“Gue baru tahu kisahnya.”
“Makanya, baca juga tuh kisah nabi, jangan n****+ muluk..,” sindir Kerly.
“Iya ih. Julid banget deh Loh.” Sarah cemberut tapi ia tidak marah, ia sudah tahu bagaimana tabiat Kerly yang blak-blakan.
“Aku ada buku kisah nabi punya abi. Nanti aku bawa deh besok, insyallah.”
“Nah, boleh-boleh, Zar. Selain baca n****+, Kayaknya gue juga ikut mau pengajian deh or kek belajar agama gitu, perasaan gue gak tahu apa-apa tentang agama sendiri. Malu ih... “
“Masyallah, ukhti...Nah gini dong. Gue ikut deh, sebagai bentuk dukungan gue ke Lo.” Kerly menimpal.
“Aku dengar ada pondokkan dekat rumah bulek. Katanya buka majelis ilmu buat orang umum. Entar aku pastiin deh... Oke.. “ Zahra tersenyum lebar. Ia sangat antusias mendengar niat baik kedua sahabatnya itu.
“ Good. Kali aja ya kan bisa ketemu ustadz cogan macam mas Husen.” Sarah nyengir lebar, pose menghayal.
Kerly mendengus malas.“Sudah gue duga. Lo mah kalo benar gak pernah seratus persen. Pasti ada aja baut yang ilang.”
“Ini namanya menyelam sambil minum air.”
“Basi. Dasar otak novel.”
“Heheheh.... “ Sarah tersenyum lebar.
Kerly jengah, ia hendak memutar kursinya ke depan tapi tiba-tiba sesuatu tidak masuk akal terjadi. Ada pergerakan yang memutar kursi Kerly berlain arah.
Bruk!
Tubuh Kerly merosot dan jatuh dari kursi karena kehilangan keseimbangan.
“Hahah ...kualat tuh,” cibir Sarah, yang malah ngakak duluan sebelum menolong Kerly yang terduduk cantik di lantai.
Semua seolah terlihat normal, tidak ada yang sadar kecuali Zahra. Zahra menoleh mengedarkan pandang dan benar saja, ia menemukan Stefani di luar jendela kelas menatap kearah mereka. Tatapan mereka bertemu, Stefani tersenyum miring dan memberikan isyarat untuk memerintahkan Zahra keluar.
“Kamu mengingkari janji! “ sengit Stefani.
Dahi Zahra spontan mengerut. “Kenapa kamu menyakiti Kerly? Pertama Maryam dan sekarang Kerly, kalian yang mengingkari janji !”
“s**l! “ Stefani mendengus, kesal.
“Saya tidak ada waktu untuk jin seperti mu! “Zahra berbalik.
Stefani mengeram kesal. “Kenapa kamu memberitahu segalanya pada Ilham?! “
“Ilham?! “Zahra menoleh.
“Tidak usah berpura-pura.”
Zahra tersenyum simpul. “Semakin banyak yang tahu, semakin baik. Kalian akan segera pergi dari sini.”
“Picik! “
“Kamu tidak cocok mengatakan itu, Stefani. Kalianlah yang picik dan licik. Kalian membiarkan saya pulang, karena kalian ingin mengikuti saya ke sini. Kalian penuh tipu daya.”
Zahra mendengus keras dan pergi dari sana. Stefani juga melakukan hal itu, ia langsung melompat ke atas pohon, taman sekolah memang tidak terlalu ramai di kunjungi, Stefani jadi lebih leluasa melakukan hal itu.
Zahra tidak peduli mengenai hal itu. Satu hal yang Zahra tidak mengerti, apa benar Ilham tahu mengenai kebenaran itu? Ia dan Ilham bukanlah teman dekat, Zahra tidak pernah menceritakan apapun pada Ilham. Lalu...apa maksud Stefani tahu segalanya ?
***