Hate Him

1008 Words
Pada akhirnya Tania pun hanya mampu menyetujuinya dengan anggukan patuh. Sebab mau membuat alasan seperti apa pun sudah pasti tak akan ada satu pun yang bisa mereka terima. Setelahnya Tania segera memutuskan sambungan teleponnya dan ia harus segera pergi mandi. Pagi ini, Tania akan segera bersandiwara dengan Randy. Dan itu artinya Tania harus mampu menjalankan perannya dengan baik juga menguatkan mentalnya agar tak kembali menitihkan airmatanya nanti. Tak seperti kemarin disaat Randy yang dengan lancang mengambil first kissnya. Tania kembali memilih baju terbaiknya untuk ia kenakan pagi ini. Agar ia mampu tampil paripurna didepan calon Ibu Mertuanya. Sebab bagaimana pun juga ia harus mampu membawa nama baik keluarganya didepan keluarga Randy. Meski bagi Tania tak ada yang penting mau bagaimana pun juga keluarga Randy menilai dirinya. Bahkan Tania akan lebih senang jika ia dibenci dan diminta untuk bercerai dengan seorang Randy yang dimatanya begitu angkuh, b******k, juga tak punya hati. Tania memilih dress selutut bewarna tosca. Dengan aksen lace bunga mawar yang tampak nyata diseluruh permukaan dressnya. Ia juga mengenakan higheels dan tas bewarna putih untuk menyerasikan dengan dress yang ia kenakan. Dengan yakin Tania mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar dengan wajah yang terlihat begitu lesu. Karena bertemu kembali dengan Randy adalah mimpi buruk baginya. Tania berjalan gontai menuruni anak tangga rumahnya. Tanpa ia sadari jika kini kedua orangtuanya yang sedang bersarapan tengah memperhatikan dirinya. "Lho Tania kamu mau kemana? Pagi-pagi begini kok sudah rapih?" Tanya Mama, namun Tania masih saja larut dalam lamunannya. "Taniaa.." panggil Papa cukup lantang. "Eh iya Pa," jawab Tania gelagapan. "Kamu kenapa, masih pagi kok sudah melamun begitu?" tanya Papa. "Oh, enggak kok Pa. Gak ada apa-apa," jawab Tania seraya tersenyum pahit. "Where are you going honey? You're looking so preety," tanya Mama. "Tania ada janji sama Randy dan Mommy nya Ma. Tadi Tania diminta untuk datang ke boutique," ucap Tania yang berusaha untuk menampilkan wajah cerianya. "Oh begitu. Oh iya-iya Tania, kemarin Momny dan Daddynya Randy sudah bilang kepada kami kalau hari ini kalian mau prewed ya?" Tanya Mama. "Iya Ma benar," jawab Tania yang kembali memaksakan senyumnya. "Okkay. But are you have breakfast?" tanya Papa. "Yes Iam. Tadi aku sudah minum s**u Pa," jawab Tania seraya menyalami takzim punggung tangan keduanya, juga bercipika-cipiki. "Okkay honey, becarefull," ucap Mama. "Ya Ma. Assalamu'alaikum, see you.." salam Tania. "Wa'alaikumussalam. See you too Honey," jawab keduanya seraya tersenyum sumringah. Seakan merasa jika putrinya tengah benar-benar bahagia. Baru saja Tania membuka pintu rumahnya, ia sudah dikejutkan dengan seorang Randy yang kini ternyata tengah menunggu Tania dipekarangan rumahnya. Randy tengah bersandar dimobil sport miliknya seraya memandangi Tania dari kejauhan dengan Tatapan yang tajam. Mengetahuinya, membuat Tania kembali merasakan sesak didadanya sekaligus merasa semakin malas untuk melanjutkan langkah kakinya. Karena Tania yang masih saja bergeming, kini Randy yang mulai menghampirinya masih dengan tatapan mata yang tajam juga langkah kaki yang cukup lebar. Lagi-lagi Tania hanya mampu menelan salivanya kasar dan kini ia mulai memberanikan untuk melangkahkan kakinya. Hingga kini mereka saling berhadapan dengan jarak yang cukup dekat. "Gue udah nunggu lo disini hampir setengah jam. Dan lo masih aja diem dan celingak-celinguk gak jelas! Mau lo apa sih?" ucap Randy yang penuh penekanan disetiap katanya. "Gue capek debat sama lo. Ini masih wilayah rumah gue dan gue mau lo bisa bersandiwara didepan para pekerja dirumah ini. So please! Jalankan aja tugas lo sebagai supir gue dan kita segera berangkat!" jelas Tania seraya berlalu begitu saja meninggalkan Randy. Tania membuka sendiri pintu mobil Randy seraya mendudukinya. Sedangkan Randy kini masih saja bergeming sebab tak menyangka jika Tania mampu bersikap begitu angkuh juga bossy kepadanya. Randy yang mulai menyadari jika Tania menyalakan mesin mobilnya, dengan segera ia berlarian menuju mobil sport kesayangannya itu. "Lancang banget lo ya! Main nyalain aja mesin mobil gue!" bentak Randy. "Emangnya kenapa? Dimana salahnya gue? Lo lupa ya kalau gue adalah calon Nyonya besar dari executive muda Randy Chandra yang terhormat dan angkuh ini. Jadi gak ada salahnya kalau gue pakai seenaknya semua aset yang dia miliki. Sesuai di kontrak, ya kan?" bantah Tania dengan nada yang menyebalkan. Randy pun hanya terdiam karena apa yang Tania katakan memang benar adanya. Tania yang sebentar lagi akan menjadi istrinya, juga ia yang membebaskan Tania untuk dapat menggunakan setiap fasilitas yang ada. Karena Randy merasa begitu kesal, kini Randy mulai menginjak pedal gasnya seraya mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi juga begitu arogan. Beruntungnya Tania sudah mengenakan sabuk pengamannya. Sehinga tubuhnya tak terjungkal kedepan. Tania pegangi dadanya yang kini berdegup begitu kencang, sedangkan kini Randy tengah menyeringai penuh kepuasan kearah Tania. Hal itu membuat Tania semakin merasa kesal juga ingin loncat dari mobil itu saat ini juga. "Dasar kasar! Arogan! Lo kurangin kecepatan mobil lo atau gue nekat loncat keluar!" pekik Tania namun Randy tak mengindahkannya. "Randyyyyyy!!! Lo berhenti atau gue loncat sekarang juga!" pekik Tania lagi seraya tengah berusaha untuk membuka sabuk pengaman yang terpasang ditubuhnya. Ciiiiiiiiiiiiiiiit... Dengan segera Randy memberhentikan mobilnya secara tiba-tiba seraya menepi. Terlihat wajah Tania yang terlihat begitu ketakutan. Bahkan kini airmata mulai mengalir dipipi mulusnya. Randy yang baru saja menyadari kesalahannya pun mulai merasa bersalah juga takut jika Tania akan mengadukan kelakuan buruknya kepada kedua orangtuanya nanti. Isakkan Tania kini mulai terdengar nyaring sebab jalanan yang tengah sepi. Randy mulai mendekat kearah Tania seraya menggenggam lembut kedua tangannya. Dengan kasar Tania menepisnya seraya kembali berusaha untuk melepaskan sabuk pengamannya. Buru-buru Randy mencegahnya seraya kembali menggenggam erat kedua tangan Tania. "Lepasin tangan gue!" pekik Tania namun Randy semakin erat menggenggam tangannya. "Tania please jangan pergi," pinta Randy seraya menatap Tania dengan tatapan memohon. "Gak usah lo mohon-mohon lagi sama gue! Lo udah buat gue takut tahu gak! Gue gak peduli Mommy dan Daddy lo mau marah atau apa pun itu! Terserah Ran!" bentak Tania seraya masih mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Randy. "Okkay gue minta maaf Tania. Please maafin gue. Gue khilaf. Stay here please," mohon Randy seraya mengelus jemari Tania. Tania pun hanya melepaskan genggaman tangan Randy seraya menghapus airmatanya sebab memang begitu sulit baginya untuk memaafkan Randy secepat itu. Atas segala kelakuan memuakan Randy yang terus saja bersikap arogan kepadanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD