"Maaf, Saka. Aku–" "Emm ... Mbak Sania kenapa bisa ada di sini?" tanya Saka menyahut ucapan maaf dari Sania. Wanita itu mendadak bingung harus berkata apa. Harusnya ia bisa menjawab dengan cepat karena alasannya datang ke sini memang jelas untuk menjemput Saka. Namun, sepertinya ada yang tidak beres pada otak Sania usai melihat apa yang dilakukan sang adik ipar. Oke, itu bukan urusannya. Namun, tadi ia jelas-jelas bisa melihat bagaimana sang adik ipar memainkan miliknya yang tegang. "Emh ... anu ... itu, tadi Mbak pikir mau jemput kamu. Sekalian nanti bantuin bawa belanjaan bulanan. Tapi ... sepertinya Mbak–" "Hmm. Masuklah, Mbak. Maaf soal apa yang tadi Mbak Sania lihat. Aku memang sedang ... kepalaku pusing," sahut Saka sekenanya. Ia memilih jujur ketimbang menutupi semua kegilaan