ENAM

1124 Words
Michael Jonas POV Entah apa yang salah dengan ucapanku, tapi nyatanya aku kini tengah berada kembali dalam mobil sport milikku dan mengejar kemana taksi sialan itu akan membawa tubuh cantik Queen Madison. Dia benar-benar membuatku gila, sampai beberapa kali aku harus menyalib mobil yang berada di depan agar tidak kehilangan jejaknya. "Ya, Tuhannn... Aku baru saja ingin memulai sesuatu yang serius dengan seseorang, seperti halnya dulu saat masih bersama si wanita iblis itu. Semua karena aku sangat yakin, Queen tidak akan sama dengannya. Apa hal tersebut juga tidak boleh terjadi padaku?" batinku berteriak, namun secepat kilat aku menyeka wajah agar kembali fokus menyetir. Akan tetapi apa yang aku lakukan sama sekali tak berhasil. Sekali lagi rasa cemas akan kehilangan kesempatan untuk bisa selalu bersama Queen selalu saja membayang-bayangi pikiranku, sehingga aku memutuskan untuk mengambil ponsel dari saku celana dan menelpon Greg saat ini juga. Tuttt... Tuttt... Tuttt... Tuttt... "Hal-- Achhh... Ssttt..." sahut Greg di ujung telepon, dan aku jijik mendengar suara desahannya. "b******k! Kau di mana, hah? Aku butuh informasi penting darimu!" kesalku berteriak keras di dalam mobil. "Ak..ku... Achhh... Aku sedang bersama kekas-- Oughhh... Yeachhh... Achhh...!" Klik Braghhh...! Dan ponsel pun kulemparkan ke atas dash board mobil dengan keras, karena Greg tidak mungkin bisa menolong di saat dia sedang menikmati surga dunianya seperti sekarang. "Fokus, Mikeee...! Fokusss...!" umpatku terus mengejar mobil yang ada di depan. Aku menyesal tidak segera menyimpan nomor ponsel Queen ketika kami masih berada di dalam mobil tadi, melainkan asyik b******u panas dengannya. "Oh, ya Tuhannn...! Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Kenapa Queen terlihat sebegitu marah denganku tadi? Apa ada yang salah dengan ucapanku? Atau terjadi hal aneh di masa lalunya yang tidak aku ketahui, sehingga berujung seperti ini?" batinku mulai menebak-nebak. Tak ada pikiran lain yang ada di dalam isi kepalaku selain Queen, Queen dan hanya Queennn... Cittt... Sampai membuatku tiba-tiba saja kehilangan konsentrasi mengemudi, dan hampir menabrak seorang yang hendak menyebrang jalan di atas zebra cross. "s**t! Arghhh...!" ujarku berteriak dan memukul stir mobil, setelah kakiku lebih dulu menginjak pedal rem sekeras mungkin. Tok tok tok tok tok Dari sisi kananku, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan yang cukup keras. Kemudian saat kepalaku menoleh, terlihat seseorang dengan seragam polisi sudah berada di sana. "Oh, Goddd...! Aku jelas akan kehilangan jejak Queen saat ini! Arghhh...!" teriakku semakin keras. Tok tok tok tok tok tok Ketukan pintu kaca mobil bahkan terdengar semakin keras, dan aku yakin polisi itu sudah tak sabar lagi menunggu penjelasan dariku. Alhasil aku pun memilih menyerah dan menekan tombol hitam yang ada di sisi kananku, lalu memasang wajah tak berdosa di sana. "Maaf, Mr. Boleh kulihat surat-surat mobil dan juga id mengemudimu?" tanya sang polisi, tak membalas senyumanku. Maka pemeriksaan pun terjadi, hingga membuatku merasa down seketika. Aku tak dapat mengejar Queen lagi untuk saat ini. Bahkan yang lebih sial aku harus ikut ke kantor kepolisian kota Texas, untuk menyelesaikan beberapa masalah karena plat nomor mobilku tidak sama dengan dokumen yang kuperlihatkan. "Aku bisa menyuruh Mommyku datang ke sini sekarang dan membawa serta mobil sport miliknya yang sama seperti kepunyaanku ini, Pak Polisi. Aku tidak berbohong!" kesalku, karena memang dokumen mobilku tertukar dengan dokumen mobil ibuku. Brakkk... "Saya naik ke mobil Anda saja! Saya tidak bisa membantu di tengah jalan seperti ini, sementara kemacetan mulai terjadi di belakang sana!" tegas Pak polisi yang seenaknya masuk ke dalam mobilku, lalu menunjuk antrian mobil di arah belakang. Mau tidak mau, aku pun menyalakan mesin mobilku dan berlalu dari sana menuju ke kantor polisi dengan hati yang begitu kesal. Sepanjang perjalanan aku hanya diam guna mengatur nafas, agar tidak meledak dan membuat satu kasus baru ketika tanganku memukuli polisi jelek di sebelahku ini. Sehingga dengan sangat terpaksa bayangan percintaan nikmat yang sudah kulakukan bersama Queen kembali aku hadirkan di sana, karena aku ingin segera menyelesaikan segala sesuatunya. Aku juga terus meyakinkan diri jika wanitaku sedang berada di kondominium miliknya dan berjanji akan segera pergi ke sana, setelah mengganti baju dengan membawakannya sesuatu yang berharga. Wanita akan luluh saat sang pria memberikan sejumlah kejutan menarik yang mahal dan sangat mengiurkan, bukan? Jadi akan kulakukan apa pun, demi bisa kembali merengkuh tubuh cantik Queen Madison dan membawanya ke dalam pelukanku. Aku janji! "Halo, Greg? Ada apa?" ujarku mengangkat panggilan telepon dari Greg sembari mengancing kemejaku. "Kenapa kau menghubungiku tadi? Aku sedang bercinta dengan--" "Ck! Aku sudah tidak membutuhkan pertolonganmu lagi. Tadi aku hanya ingin kau mencari informasi tentang tau tentang seorang wanita," ucapku memotong perkataannya. "Siapa? Elisabeth Mayer?" tanya Greg dan aku membuang napas kasarku. "Bukan! Namanya Queen Madison dan dia adalah--" "Penari telanjang yang waktu itu kau tiduri ruang VVIP the Paredez night club, saat menunggu aku dan Filemon mengeksekusi asisten pribadi mendiang Ayahmu?" tanya Greg yang kali ini gantian memotong ucapanku. Sejujurnya aku sempat terkejut karena ia mengetahui tentang Queen Madison, namun aku memahami hal itu ketika mengingat bagaimana reputasi Gregory Sebastian yang merupakan salah satu playboy kelas kakap di kota Texas. "Iya. Aku ingin kau mencari tahu tentang masa lalunya, Greg," ujarku setelah beberapa detik berpikir, "Aku akan melepaskan Elis setelah kalian berhasil membantuku menjatuhkan Jhonson Mayer, dan menjalin hubungan serius dengan Queen," dan memperjelas maksudku lagi. Akan tetapi Greg tertawa keras dan membuatku terkejut, "Dia seorang penari telanjang yang sudah senior di club itu, Mike. Semua p****************g di kota Texas pasti mengenal Queen Madison, karena dia juga memasang tarif untuk bisa menikmati tubuhnya. Jadi apa kau yakin dia akan berubah setelah menjalin hubungan denganmu, sedangkan sekarang wanita yang kau sebutkan mungkin sudah sampai di teras mansionku?" "b******k! Siapa yang menyuruh kau menghubungi Queen, hah? Dia adalah calon istriku, Greggg...!" teriakku menendang sepatu yang akan kupakai. Kudengar Greg membalas amarahku dengan satu kekehan yang lebih keras dari sebelumnya, "Aku tidak tahu, Mike. Kulihat dia memasang wajahnya yang sedang menangis di akun i********: pribadinya, sehingga aku mencoba untuk menghiburnya dan... Kau tau sendiri jawaban selanjutnya," lalu membuatku geram. Namun kali ini aku tidak mengumpat seperti tadi, melainkan mencoba untuk menetralisir hawa panas di dalam diriku. "Tolong tahan dia di mansionmu dulu, Greg. Aku akan segera menjemputnya di sana," ujarku membalas ocehan Greg. "Oke. Aku akan lakukan itu untukmu, Mike. Tapi ini tidak gratis, karena kau harus mengganti Queen dengan seseorang yang dapat menurunkan libidoku," dan pria b******k itu kembali mengoceh tentang hasratnya yang membara. "s**t! Apa kau tidak puas dengan percintaanmu tadi?" gerutuku, menghela nafas berat, "Oke. Aku akan menghubungi beberapa jalang untuk membuat batang kerasmu itu kembali lentur, Gregory Sebastian! Duduk dan tunggulah dengan tenang! Klik." lalu membuangnya dengan kasar, sebelum panggilan telepon itu kusudahi. Secepat kilat aku kembali memunguti sepatu yang tadi kutendang tadi dan memakainya, kemudian berlalu masih dengan cara yang sangat tergesa dari dalam kamar tidurku sembari terus mengumpat kesal. "Aku akan memberimu hukuman karena kau sudah berani pergi ke mansion Greg sialan itu, Queen! Tunggu saja apa yang akan kulakukan nanti!" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD