LIMA

1146 Words
QUEEN MADISON POV Pria sialan yang sedang memompa kejantanannya di lubang nikmat milikku ini, sungguh membuatku terbang dan lupa daratan. Aku terengah-engah dengan kaki jenjang yang kubuka selebar mungkin, tapi miliknya benar-benar berdiameter besar hingga aku harus terus mendesah dan berteriak tanpa bisa tertahan lagi. "Oughhh... Shittt...! Aku akan membunuhmu jika kau membuat aku tak bisa berjalan, Mikeee...! Achhh... Aku akan melenyapkan kau ke segitiga bermudaaa... Erggg...!" teriakku mengigit lengan kekarnya. "Ssttt... Gigit saja di manapun yang kau suka, Honey. Milikku sudah sangat mengembang dan sebentar lagi akan sampai. Ughhh..." ujar Mike terus memacu pinggulnya keluar masuk, "Achhh... Queennn... Kau sangat nikmattt...! Ayo gerakkan pinggulmu juga, Sayanggg..." bahkan ia menyuruhku untuk ikut bergerak. Alhasil dengan sekuat tenaga aku mengumpulkan sisa-sisa energi yang aku punya, lalu sepersekian detik kemudian kulakukan apa yang menurutku lebih seru dari pada sekedar percintaan monoton seperti ini. BRAKKK... "s**t! Arghhh... Apa yang kau lakukan, Queen? Apa sudah gila? Aku sudah membuat kau mencapai pelepasanmu tadi!" amuk Mike, membuatku ingin menertawakannya. "Aku yang akan memegang kendali saat ini, Sayang. Kau cukup tidur dan menggerakkan pinggulmu, jika kau mau. Karena ini lebih nikmat dari yang sebelumnya kau buat tadi," lirihku dengan suara yang sengaja kubuat sedikit mendesah. Kulihat Mike masih dengan kerutan di kening datarnya, sebagai pertanda jika ia masih belum mengerti dengan apa yang akan aku lakukan. Secepat kilat aku bangkit dari posisi berjongkok, namun itu kulakukan dengan gerakan meliuk-liuk. Aku adalah seorang Strippers senior di club tempatku bekerja, jadi jangan ragukan lagi seperti apa caraku menggoda kejantanan Mike untuk tetap tegak berdiri. "Shittt...! Cepat berikan milikmu, Queennn... Jangan permainkan aku lagi!" amuk Mike terlihat sangat frustasi. Tangan kiri Mike tak berhenti memompa b***********t yang kurasa semakin mengeras di pangkal pahanya, dan aku semakin keras menahan diriku untuk tidak tertawa. Tiga detik kemudian, kuturunkan tubuh indahku tak ubahnya seekor buaya betina yang sedang merayap dan mendekati seekor kelinci, lalu juluran lidahku di ibu jari Mike membuat dia mendesah. "Ough, Honeyyy... Come on! Kembalikan mainankuuu... Aku sudah tidak tahan, Baby. Kapan lidahmu akan sampai di sini?" rengeknya menunjuk ke arah kejantanan keras itu. Sayangnya aku tak mau memedulikan permohonan Mike dan terus saja menjulurkan lidahku, yang kini sudah sampai di lututnya. Karena kesal akibat aku tak segera datang padanya, Mike dengan cepat menarik tubuhku, "Mikeee...!" hingga aku memekik sebagai tanda jika apa siasatku sudah gagal. Mike mencengkeram rahangku dengan sebelah tangannya, lalu melumat habis bibirku tanpa ampun. "Apa yang ada di dalam otak cantikmu ini, hem? Cepat masukkan milikku ke dalam sini dan bayar hutangmu, Queen! Aku sudah hampir sampai tadi! Ughhh..." tanya Mike, bersamaan dengan senjata rudalnya yang masuk ke dalam milikku. "Oughhh...! Achhh...!" Hanya desahan yang dapat aku keluarkan dari pita suaraku, karena memang milikku terasa penuh seketika dan tanpa kuduga. Bip bip bip bip bip bip bip bip Akan tetapi suara ponsel yang berbunyi serta bergetar dari atas meja makan, membuat Mike tak jadi menggoyangkan pinggulnya. Sebab ia lebih dulu mengangkat tubuhku untuk naik ke atas, namun penyatuan kami masih terus terjadi. "Ada apa, Bodoh?!" kesal Mike pada seseorang di ujung telepon, setelah ia membawaku untuk duduk kembali diatas kursi kayu. Kudengar suara seperti berbisik dari ponsel yang menempel di telinga Mike, namun aku sama sekali tak bisa mendengar perkataan tersebut. "Terserah kau saja, Filemon. Intinya kau harus mencari di bagian luar kota Texas. Aku tidak ingin wanitaku menjadi liar dan sibuk keluar mansion, saat kutinggal bekerja nanti," ucap Mike lagi, lalu berhasil membuatku terperangah. "What? Mike menyebut aku adalah wanitanya?" batinku berteriak, "Apa benar dia serius dengan hubungan kami? Tapi ini baru saja terjadi, bukan? Apa ada cinta pada pandangan pertama yang akan abadi sampai maut memisahkan?" lanjutku bertanya dalam hati. Namun aku tak mau menanyakan hal itu, sebab aku lebih memilih untuk menikmati pergerakan kecil yang ia ciptakan di pinggulnya. Tak lama kemudian sambungan telepon pun terhenti dan kami melanjutkan ribuan gejolak yang sempat tertahan, dengan tetap berada di atas kursi sampai Mike mendapatkan pelepasannya. "Kau suka dengan mansion ini, Honey?" tanya Mike saat aku masih terperangah dengan mewahnya bangunan di depan mataku. Aku tak segera menjawab pertanyaan dari Mike saat itu, dan memutuskan untuk mengabaikannya. Mengapa demikian? Ya, karena kurasa Mike bukan pria bodoh. Jadi dia bisa mendapatkan jawaban dari sikap super antusias dalam diriku saat ini. Ku ayunkan langkah kaki semakin cepat, bahkan sedikit berlari ketika menemukan undakan anak tangga. Sebab sepanjang dua puluh dua tahun hidup di dunia, aku begitu memimpikan rumah yang memiliki tangga seperti ini. "Queennn... Kau bisa jatuh nanti!" teriak Mike, masih saja kuabaikan, "Queennn... Tungguuu...!" hingga membuatnya berteriak kembali. "Oh, my God! Apa ini istana? Kenapa di lantai atas juga terdapat kolam renang yang besarnya hampir sama seperti di bawah tadi?" ujarku sedikit memekik, dan kudapati dua lengan kokoh Mike sudah melingkar sempurna di pinggang kecilku. "Itu karena sesekali kita harus mencoba bagaimana sensasi bercinta di dalam kolam renang yang berada di lantai atas, Baby. Cup," bisik Mike, mendaratkan satu kecupan singkat di pipi kananku, " Akan ada beberapa maid untuk membantumu membersihkan mansion ini. Tapi aku tidak mau mereka berkeliaran di lantai atas, saat aku berada di sini," lanjutnya menjelaskan, membuatku kebingungan. "Apa karena setiap kau berada di mansion ini, kita akan terus bercinta tanpa jeda seperti kemarin dan tadi? Lalu ketika aku sedang kedatangan tamu bulananku, apa kau tak memedulikan itu dan terus membabi buta menyerangku?" tanyaku yang mungkin terdengar lucu, hingga Mike tertawa keras. Oh, ayolah. Itu adalah hal yang memang harus dipertanyakan saat membangun sebuah hubungan, terlebih lagi dengan pria hyper s*x seperti Mike, bukan? Jadi jangan bilang aku bodoh tentang hal yang satu ini. Aku harus tahu apa jawaban Mike, untuk mengantisipasi hal itu nantinya. "Kau bisa memuaskanku dengan hand job atau blow job, Sayang. Jangan berpura-pura lupa hal nikmat yang satu itu, oke?" bisik Mike menjilati daun telingaku, "Atau kita lakukan saja anal s*x jika aku tak puas dengan tangan dan lidahmu. Bukankah itu lebih asyik, karena lubang duburmu masih sangat sempit. Kau setuju, kan?" lalu melanjutkan perkataan yang berisi hal menjijikan dalam hidupku itu. "Aku tidak suka anal s*x, b******k! Lepaskan tangan sialanmu ini! Ughhh...!" kesalku menyikut perutnya, hingga membuatnya meringis kesakitan. "Queennn... Tunggu! Kau mau kemanaaa...?!" teriak Mike mengejarku yang sudah menuruni anak tangga. Sejujurnya aku tidak ingin terlihat seperti anak kecil, dengan bersikap seperti ini. Namun kejadian saat Suami Madam Marimar memperkosa tubuhku dengan cara anal s*x, sudah lebih dulu berputar di kepalaku. "Queennn... Kau mau kemana, Sayanggg...? Tunggu akuuu...!" sekali lagi Mike berteriak, namun tetap ku abaikan. Aku nampak bodoh dan kusadari itu, tapi tetap saja aku membiarkan dua kakiku berlari untuk menemukan pintu pagar mansion yang tadi kami lewati, "Taksiii...!" dan menyetop sebuah taksi adalah sikap kekanakan lain yang aku lakukan berikutnya. "Queennn...! Tungguuu...! Queennn...!" "Jalankan mobilmu ini, Pak! Tolong jangan biarkan dia berhasil mengejarku," kemudian aku benar-benar berlalu dengan isi kepala yang terlihat gelap, karena berisi beberapa potongan kejadian paling laknat di dalam hidupku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD