SATU
QUEEN MADISON POV
Namaku Queen Madison. Aku seorang strippers yang setiap hari bekerja pada sebuah club malam di kota Texas. Tak banyak yang bisa kulakukan sejak lima tahun lalu. Ibuku sudah meninggal dunia, karena penyakit maag akut terus saja menggerogoti tubuhnya. Sementara aku? Masih menjadi seorang siswi di salah satu junior high school kala itu.
Demi Tuhan aku sangat tidak ingin hidup seperti ini. Mengobral tubuhku untuk dilihat oleh lelaki hidung belang. Namun aku tidak punya pilihan lain, ketika nyatanya aku harus putus sekolah bersamaan dengan kepergian ibuku ke surga. Ingin menertawakan? Silakan saja. Aku sudah cukup kebal dengan itu semua. Apa kau lupa dengan urat malu yang mungkin sudah putus dalam diriku?
Aku bahkan tidak peduli ketika para pelanggan menginginkan lebih dari sekedar memandang tubuhku saja, karena memang aku pun menginginkan hal yang sama. Akan tetapi tiga hari lalu aku benar-benar harus dibuat pusing dan kesal, ketika seorang pria tampan yang tidak ku ketahui menjadi pelanggan baruku.
Oh, my Godness! Dia sangat tampan dengan wajah iblis dan tatapan membunuhnya. Sampai-sampai aku hampir tak dapat menggerakkan kedua kakiku di atas tiang karena sorotan mata elang miliknya. Sayang sekali pria itu benar-benar tak tersentuh, ketika tubuh polosku yang indah ini sudah berulang kali menggoda tangannya untuk menyentuhku.
Siapa sebenarnya dia? Apa dia tidak mengetahui reputasiku di club tempat aku bekerja? Lalu kenapa aku terlihat konyol dengan terus membayangkan pria itu, sementara wajahnya sudah terlewatkan sejak tiga hari yang lalu? Hemmm... Ini sangat t***l dan bodoh!
Apa aku harus bertanya pada madam Marimar tentang dia? Lelucon macam apa ini? Sungguh sangat memalukan! Apa kata wanita gempal itu jika aku bertanya padanya? Sudah pasti dia akan memotong bayaranku hanya demi sebuah informasi sepele, seperti yang sudah-sudah.
Enak saja! Aku tidak mau mendapatkan bayaran sedikit, karena sebentar lagi uangku akan cukup untuk membeli sebuah apartemen mewah di kawasan Saint Louis. Itu adalah impian terbesar sejak aku menjadi seorang strippers dan harus kumiliki.
Jadi aku tidak boleh menunda lagi dan harus segera aku dapatkan dalam dua minggu ke depan, lalu membawa semua pelanggan ke apartemen milikku jika mereka meminta lebih. Untuk apa membayar biaya hotel di club? Tempatnya saja sangat jorok dan tidak terawat. Lebih baik uang sewa kamarnya diberikan padaku. Itu lebih berguna untuk mempercantik tubuhku, bukan?
Hem, okelah. Ada baiknya aku pergi sekarang dan melanjutkan tujuanku. Sudah pukul sembilan lebih dua puluh satu dan kurasa madam Marimar mungkin sudah menunggu lembaran dollar dariku.
"Ayo, Queen Madison, bersemangatnya! Gaun dan bibir merah menyalamu ini akan menjadi senjata utama, untuk membantu. Jadi berikan senyum terbaik, oke?" gumamku berdiri dari depan meja rias.
Aku melangkah cepat dengan high heels lima belas sentimeter di kaki dan juga segera mengunci pintu kondominium kecil yang selama setahun lebih ku sewa. Akan tetapi alangkah terkejutnya aku, saat pria yang tadi kupikirkan, kini sudah berada tepat di belakang tubuhku.
"Astaga! Kau?! Siapa kau sebenarnya, hem? Ma..maksudku da..dari mana kau tahu aku tinggal di sini, hah?!" ujarku setengah berteriak.
"Marimar menyuruhku kemari. Kau terlalu lama! Berikan kuncinya padaku," lalu ia merampas kunci di tanganku.
"Hei! Apa yang mau kau laku- Hemph!" kemudian ia juga melumat bibirku sesuka hatinya, "Oh, God! Apakah ini hanya mimpi? s**t! Tapi bibirnya terus bergerak saat aku mencoba membuka mataku. Apa dia sudah gila? Lalu-" hingga membuat batinku lagi-lagi terhenti akibat terkejut dengan perlakuan kasarnya.
Krekkk...
"Lepaskan gaunmu ini, Queen! Akan kubuat kau tidak bisa berjalan karena sudah berani menggodaku!" umpatnya semakin merobek gaun di tubuhku.
Jangan tanyakan betapa kesalnya aku padanya, karena memang gaun merah menyala ini adalah pakaian paling mahal yang pernah kubeli sepanjang aku bekerja sebagai seorang strippers.
"Siapa kau ini sebenarnya, hah?! Memangnya kapan aku menggodamu? Aku sudah tiga hari tidak melihat kau sejak malam itu! Jadi cepat ganti gaunku yang kau robek ini, pria b******k! Ughhh..." histerisku mendorongnya hingga terhempas ke sofa tidur.
"Jangan bertanya lagi, Queen Madison! Kau ingin aku menyentuh tubuhmu tiga hari lalu, bukan? Jadi cepat layani aku sebelum pikiranku berubah, Jalang! Plak!" dan satu tamparan kudapatkan, setelah ia berhasil bangkit berdiri.
"s**t! Apa yang kau lakukan, b******k! Kenapa kau menam- Hemph! Hemphhh...!"
Lagi-lagi aku tak bisa menghentikan aksi brutal yang ia lakukan di tubuhku dan terjadilah malam panas kami berdua itu di atas sofa tidurku. Dengan tergesa ia melumat habis bibirku hingga terasa sedikit nyeri dan berdenyut serta satu tangannya pun meremas daging di dadaku.
"Oh, s**t! Siapa nama- Oughhh..." desahku ingin bertanya
"Michael Jones! Sebut namaku jika kau merasa semakin nikmat, Queen," lalu dia membisikkan namanya.
Aku mengangguk dan mulai mengikuti ritme dari lumatan bibirnya. Tak sampai satu menit, gejolak panas semakin membara dalam tubuhku, "Oughhh... Mikeee... Give me moreee... Berikan jarimu dulu. Aku ingin ituuu..." desahku tak tahu malu.
Kubawa lima jari di tangan kanannya untuk bermain di pangkal pahaku yang hanya tertutup g-string tipis, namun ia dengan cepat melakukan hal lain yang lebih nikmat dari sekedar finger seks saja.
Krekkk...
"Oh, s**t! Ini yang aku suka sejak kemarin, Queen! Bulunya sangat lebat dan... Slruppp... Kau sudah sangat basah!" lirih pria itu, setelah kembali merobek g-string yang aku kenakan.
"Oughhh... Mikeee...! Sssttt... Slowly, Honey. I'm yours tonight," sahutku sembari menyugar rambutnya yang hitam pekat.
Adegan foreplay pun berlanjut dengan lidah serta bibirnya yang begitu sangat memabukkan, hingga membuatku terus melayang di sana.
"Ya Tuhannn... Sebenarnya ada apa dengannya? Kenapa dia datang dan langsung melakukan hal nikmat seperti ini? Aku bisa gila! Apa ini benar-benar nyata?" batinku memejamkan mata sembari tersenyum puas.
Aku tidak berani bertanya lagi, karena memang tidak ada yang lebih nikmat dari lidah dan mulutnya saat ini. Beberapa menit kemudian kakiku bergetar hebat tanpa bisa kukendalikan lagi, hingga mau tidak mau desahan dari mulutku berubah menjadi rentetan suara memerintah, "Oughhh... Mikeee... Come on! Faster, Mikeee... I wanna cummmm...!"
Sungguh! Ternyata aku sudah salah menilainya. Pria tampan itu melakukan apa yang kuinginkan, dengan semakin cepat ia memuaskan lubang nikmatku yang sudah sangat basah di bawah sana.
"Ough, Mikeee... Faster, Honeyyy...! What the f*****g are you doing, hem? Ssttt... It's so yummy, Baby! Yeachhh..." racauku bersama pinggul yang terus aku gerakkan di mulutnya.
"Let's play with my finger, My Queen! Cepat keluarkan semuanya! Come on, Baby!" tegasnya yang langsung memasukkan dua jari ke dalam kewanitaanku.
Aku berteriak histeris akibat gejolak yang semakin panas dalam tubuhku. Kemudian sepersekian detik saat dua jarinya itu sudah bergerak bebas, satu racauan nikmat yang kuakui cukup keras pun berhasil keluar dari pita suaraku, "Oughhh... Michael Jones! It's my c*m, Honeyyy... Ach ach achhh... Ough, yesss...!"
"Oh, fuckkk...! It's so yummy like sugar, Baby! Cup, arghhh... I wanna f**k you, right now! pelik Mike, setelah seluruh cairanku masuk ke dalam mulutnya.
Selanjutnya pergulatan inti kami berdua pun di mulai. Harus kuakui bahwasanya ini adalah percintaan paling nikmat, sepanjang aku mengizinkan tubuhku disentuh oleh banyak pria. Hatiku begitu berbunga-bunga dan dia memperlakukanku dengan baik. Kuharap kami akan mengulangi hal ini lagi, untuk yang kedua atau kesekian kalinya.