TUJUH

1110 Words
Satu panggilan masuk ke ponsel pintar milikku saat aku sedang berada di dalam taksi, adalah hal yang kuduga berasal dari Michael Jones. Maka dengan cepat aku mengambil benda pipih tersebut dari dalam tas tangan, dan dengan bersemangat pula aku ingin menolak panggilan tersebut. Sayangnya nama Gregory Sebastian tertera di sana, sehingga niatku tiba-tiba saja berubah. Greg adalah salah satu pelanggan yang biasanya rela membayar mahal untuk sekali one night stand bersamaku, jadi aku tidak boleh menyia-nyiakan panggilan teleponnya. Meski aku tahu ini tidak boleh lagi kulakukan karena Mike sudah melarang, namun aku berusaha sekuat tenaga menepis hal tersebut. Perkataannya tentang anal s*x membuatku berpikir dua kali untuk tetap melanjutkan hubungan ini, kendati harus merelakan angan-angan untuk memiliki sebuah mansion mewah yang tadi kami kunjungi. "Halo, Mr. Sebastian. Ada yang bisa kubantu?" sahutku dengan suara lirih dan sedikit mendesah. "Oh, Baby. What wrong with you, Darling? Aku melihat kau mengunggah wajah sedih di akun i********: milikmu. Apa ada seseorang yang mencelakaimu? Atau..." tanya Greg menggantungkan ujung kalimatnya, namun sukses membuatku tersenyum hambar. "Tidak, Mr. Sebastian. Aku hanya sedang sedih dan ingin menangis saja," ujarku berpura-pura tersenyum, "Ada sesuatu yang tidak bisa aku katakan padamu secara lebih detail, namun aku siap melakukan hal lain selain bercerita perihal kesedihanku tadi. Bagaimana?" dan menambahkan dengan sedikit merayu. "Baiklah jika begitu. Saat ini aku sedang sendirian di mansion. Jadi datanglah kemari, agar kau akan mendapatkan senyumanmu kembali. Aku dengan senang hati memberikan kenikmatan tiada tara dan menghapus air matamu, Darling. Bagaimana, hem?" lalu kudengar ia juga membalas rayuanku dengan godaan yang mampu membuatku terkekeh. Alhasil aku menyuruh supir taksi untuk berbalik arah dan menuju ke mansion milik Gregory Sebastian. Dengan harapan tabunganku akan kembali terisi dan apartemen mewah di St. Louis dapat segera kumiliki. Namun tak sampai tiga puluh menit kemudian, aku melihat mobil sport yang sama dengan milik Mike berada di pinggir jalan, "Apa dia ada di dalam sana?" sampai batinku menimbulkan pertanyaan itu, "Bodoh! Itu bukan urusanmu lagi, Queen! Lupakan dia dan fokus dengan pelangganmu yang lain, karena bukan mesin uangmu bukan hanya Mike seorang!" namun secepat kilat kualihkan pandangan ke arah supir taksi yang sedang mengemudi, setelah suara dalam hati menertawakan kebodohanku. Ya, anggap saja aku sudah gila. Aku yang meninggalkan Mike di mansion itu dan berjanji tak akan lagi memedulikan, namun aku sendiri pula yang ingin mengetahui bagaimana keadaannya sampai harus kembali menangis. "Oh, ya ampun! Ini bukan dirimu, Queen Madison! Enyahkan wajah Mike dari dalam hatimu sekarang juga!" batinku menghapus lelehan air mata pecundang di kedua pipi dan berusaha tak lagi memikirkan pria itu. Sampai kemudian taksi yang aku tumpangi sudah berada di depan pintu pagar mansion milik Greg, aku segera turun dan berbasa basi sedikit dengan si penjaga pintu. "Hai, Mister. Aku ingin bertemu dengan Tuan Gregory Sebastian. Dia yang menyuruhku kemari, jadi katakan padanya jika aku sudah sampai di depan pagar mansionnya," ujarku mengerlingkan sebelah mataku. "Ba..baiklah, Nona. Tunggu sebentar," sahutnya sedikit terbata. Kulihat orang itu mengambil ponsel dan bercerita tentang keadaanku, lalu tak sampai lima detik ia sudah mempersilahkan aku masuk ke dalam. Segera saja kakiku melangkah, namun aku langsung teringat dengan taksi yang kutumpangi, "Tolong kau bayarkan ongkos taksi ini dulu, Mister. Aku lupa membawa dompet dan akan mengganti uangmu saat Tuan Greg sudah membayarku. Kau paham, kan?" dan apa yang biasa aku lakukan, kini terulang sekali lagi. Aku menyuruh penjaga pintu itu membayar biaya taksi, tanpa memedulikan apa pun lagi. Itu sudah menjadi kebiasaanku sejak lama, terkecuali saat pelanggan meminta aku untuk bertemu di sebuah hotel. Saat berjalan menuju ke pintu utama, sekali lagi aku harus dibuat terpukau oleh taman bunga cantik yang terdalam di tengah mansion dan ini sudah menjadi kali ketiga setelah dua pertemuanku dengan Greg. Bagiku dia adalah sosok pria yang sangat pandai menciptakan hal indah dan menarik dipandang mata, tak ubahnya seperti ketika ia sedang bercinta di atas tempat tidur denganku. Sayangnya bayangan percintaan panas Greg masih berada satu level di bawah gempuran nikmat Mike dan itu adalah balasan jujur dari peri putih, ketika peri hitam sedang membanggakan sosok Gregory Sebastian. "Oh, ya ampun. Kapan aku bisa segera melupakannya? Apa beberapa jam bersama dengan pria itu, susah berhasil membuat aku melupakan siapa dan apa tujuan hidupku saat ini?" lagi-lagi itu adalah suara dari dalam batinku yang menggerutu, sampai aku tak menyadari jika kakiku sudah berada di depan foris besar mansion. Untung saja Greg segera mengeluarkan ocehannya, "Welcome to my world, Queen Madison. Kau semakin cantik dan jugaaa...seksi!" sehingga aku pun segera kembali ke dunia yang sedang kupijak saat ini. "Hai, Greg. Apa kabar?" lalu dengan cepat menerima isyarat yang sudah ia tunjukkan, saat kedua tangannya terbuka lebar. "Aku baik-baik saja, Darling. Kau yang terlihat tidak baik saat ini. Apa ada masalah, hem? Katakan saja. Siapa tahu aku bisa membantumu. Cup," ujarnya bertanya, sebelum mencium pipi kananku dengan lembut. Satu senyuman terbit dari bibirku, untuk seorang Gregory Sebastian, "Aku sedang tidak ingin membahas itu, Greg. Aku hanya butuh uang dan hiburan nikmat darimu. Cup," dan jawaban pun aku lontarkan bersama kecupan singkatku di bibirnya. Senyum berbinar diselingi kabut gairah, jelas terpancar dari wajah pria b******n di depanku ini. Namun aku tak peduli ketika ia menyanggupi permintaanku. Greg lantas membawaku masuk ke dalam mansion mewah miliknya, lalu menyuruhku menunggu di rumah tamu. Sebenarnya aku sangat tidak suka dengan kata menunggu dan kurasa Greg juga tahu akan hal itu, karena ia akan segera menerkam saat aku sudah berada di dalam mansion ini. Tetapi hal itu tetap kulakukan, ketika nyatanya aku dengan betah duduk bermenit-menit memainkan games t***l dari ponselku. Sayangnya setelah hampir dua puluh menit menunggu, telingaku mendengar suara pintu mansion yang sangat keras dibanting. "Siapa yang menyuruh kau datang kemari, Queen?! Cepat kembali ke mansion tadi, karena aku sudah menyuruh orang untuk mengemasi semua barang-barang penting dari kondominium sewaanmu!" Dan duniaku seakan kembali hidup setelah suara menggelegar juga turut melengkapi dentuman pintu tadi. Itu adalah suara Michael Jones, yang entah bagaimana bisa ia mengetahui jika aku sedang berada di mansion milik Gregory Sebastian. Sebenarnya aku ingin bertanya, tapi entah mengapa mulutku terus saja bungkam ketika langkah Mike terus mendekatiku. "Jangan berhubungan dengan Gregory Sebastian lagi, jika kau tidak ingin aku memecatnya dari perusahaanku atau pun membunuhnya, Queen Madison! Kau mengerti?! Hanya aku yang harus memilikimu, jadi cukup kau membuatku pusing hari ini. Oke?" Aku bahkan pasrah ketika Mike membawaku pergi dari sana, setelah sebelumnya aku mengangguk tanpa kata seperti seekor anjing betina peliharaan madam Marimar dan suami bajingannya. Oh, sungguh ini memalukan. Apa yang ia inginkan sebenarnya? Semoga saja anal s*x itu tidak benar terjadi dalam hubungan kami. Mungkin ada baiknya aku lebih dulu menjelaskan tentang masa lalu burukku padanya, agar Mike mengerti jika aku ingin dia memberiku kelembutan seperti pelangganku yang lain. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD