Akbar masih berdiri menatap Radit yang duduk di kursi kerjanya. Radit belum mempersilahkan ia untuk duduk, jadi Akbar belum berani duduk tanpa dipersilahkan. Pantang baginya melakukan sesuatu tanpa dipersilahkan terlebih dahulu. Akbar memilih tetap berdiri, meskipun kakinya kini mendadak pegal. Radit mendongak sembari menyangga dagunya menatap Akbar. Sejak tadi ia hanya diam dan pura-pura sibuk sendiri, namun akhirnya ia tidak tega membiarkan Akbar kebingungan menatapnya. Bahkan Akbar masih berdiri. "Silakan duduk." Akhirnya ia mempersilakan Akbar untuk duduk. Tentu saja. Radit masih punya hati. Akbar segera duduk setelah ditawarkan oleh Radit. Pemuda itu langsung selonjor tanpa sepengetahuan Radit. "Ada apa Mas Radit ingin bicara berdua di sini?" tanyanya. Akbar tersenyum dan me