Keheningan di ruang tamu itu masih terjadi. Semua yang ada di sana serempak menatap gadis yang mendapatkan pertanyaan itu. Tari menatap mata Radit. Ada harapan tersirat dari sorotnya. Tampak menyedihkan bagi siapapun yang melihatnya. Dan Tari akui jika ia pun merasa sedih melihatnya. Namun kini memang ia merasa belum siap jika memberi jawaban sesuai yang Radit harapkan. Tari masih bimbang daan takut, apakah Radit bisa menerimanya apa dayanya, atau justru setelah mengetahui semuanya, pemuda itu mundur. Radit menundukkan kepalanya dan menarik napasnya. Kemudian ia mendongak dan seiring embusan napasnya, pemuda itu mengatakan kalimat lanjutannya. "Mas gak memaksa Tari," ucapnya memecah keheningan. Lalu tersenyum lebar. "Kita sesuai persyaratan awal saja. Tiga-" "Enggak." Tari m