Tari menatap Akbar di depannya yang tengah memegang buku menunya. Pemuda itu tersenyum sambil menundukkan kepalanya dan membaca satu per satu yang ada di sana. Tari bersidekap memandang Akbar, ia memutar bola matanya jengah. Akbar sudah hampir sepuluh menit memilah-milih menu itu, namun belum kunjung juga menemukan yang pas. Hal itu membuat Tari geram. Tari menatap jam tangan di tangan kirinya sambil berdecak. "Gak selese-selese sih?!" geramnya sambil mendelik pada Akbar. Pemuda itu tentu saja tidak melihat Tari yang mendelik, ia masih menunduk memilih menu. Namun ia mendengar Tari yang berkata seperti membuatnya tertawa dalam hati. Akbar sengaja melama-lamakan gerakannya memilih menu, agar ia bisa sedikit Tari lebih lama lagi. Selicik itu pikiran Akbar. Seorang waiters berjalan