Tidak terasa sudah dua Minggu sejak Riana tiba di Singapura. Ia sudah mengikuti perkuliahan aktif selama dua Minggu ini dan sesekali Salma selalu membantunya di kampus ketika ada dosen yang sulit dirinya temui atau memberitahukannya tempat-tempat di kampus yang belum ia ketahui.
Hari ini adalah hari Sabtu, Riana sama sekali tidak memiliki jadwal kuliah di hari ini. Sekarang ia sedang sibuk memasak omlet untuk sarapannya sebelum bertemu dengan Salma hari ini.
Salma mengajak Riana untuk ikut dalam pertemuan Komunitas Mahasiswa Indonesia di kampus mereka, yang Riana tahu Rangga adalah ketua komunitas tersebut.
Pintu kamar Rangga tiba-tiba terbuka dan pria itu keluar dari kamarnya dengan mengenakan celana jeans serta kemeja yang kancingnya terbuka menampilkan kaos putih di balik kemeja tersebut. Di balik punggungnya ada tas ransel berwarna hitam.
"Pagi," sapa Riana begitu melihat Rangga.
Rangga tersenyum tipis sambil mengangguk.
"Aku lagi buat omlet, mau sekalian sarapan?" Tanya Riana menawarkan masakannya pada Rangga.
Pria itu menggeleng pelan. "Nggak perlu. Aku buru-buru, masih ada urusan," jawab Rangga menolak ajakan sarapan oleh Riana.
Ia sudah hendak berjalan menuju pintu apartemen, namun langkahnya terhenti begitu mengingat sesuatu. Rangga kembali menatap ke arah Riana yang berada di area dapur.
"Hari ini ada pertemuan komunitas Mahasiswa Indonesia," info Rangga.
Riana mengangguk. "Aku udah dikasih tahu Salma. Dia ngajak aku buat berangkat bareng ke sana nanti," jawab Riana.
Rangga kemudian meraih tas ranselnya yang berada di punggung. Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam ranselnya dan menyodorkannya pada Riana.
Riana menatap terkejut melihat Rangga memberikan satu bungkus besar permen mint lemon yang sering ia makan.
"Waktu itu kamu bilang kamu juga sering memakan permen ini. Aku lihat sepertinya kamu belum berhasil menemukannya selama ini, jadi aku inisiatif beli satu bungkus buat kamu."
Riana menerima bungkus besar permen tersebut sambil tersenyum senang.
"Berapa ini? Biar aku ganti uangnya," ujar Riana.
Rangga menggeleng. "Nggak perlu, buat kamu aja itu."
"Tap..."
"Aku berangkat," potong Rangga yang langsung berjalan keluar dari apartemen tanpa menunggu kelanjutan perkataan Riana.
Setelah kepergian Rangga, Riana menatap senang pada bungkus permen yang diberikan pria itu. Ia segera mengambil toples kosong untuk meletakkan permen-permen itu biar lebih mudah disimpan.
Selesai meletakkan permen, Riana segera membawa omlet yang dimasaknya tadi menuju meja makan untuk ia nikmati.
Tidak butuh waktu lama bagi Riana untuk menyelesaikan sarapannya. Setelah beres Ia segera mencuci peralatan masak dan makan yang ia gunakan lalu membersihkan dapur.
Merasa semuanya sudah beres, Riana langsung berjalan menuju kamarnya untuk berganti pakaian lalu mengambil tas selempang miliknya. Tidak lupa ia memasukkan power bank ke dalam tasnya untuk mengisi daya ponselnya yang sangat cepat habis daya baterainya.
Begitu keluar dari kamar, Riana tidak lupa mengambil sedikit permen yang tadi diberikan Rangga dan ia masukkan ke dalam tas untuk ia makan selama perjalanan.
Seperti biasa, demi menghemat uang transportasi Riana kembali memilih untuk berjalan kaki menuju kampus.
Ia menelusuri jalanan kota dengan penuh semangat. Setelah dua Minggu ini akhirnya Riana bisa mengingat perjalanan dari apartemen ke kampus tanpa perlu menggunakan google maps lagi.
Sampai di area kampus Riana segera menelpon Salma untuk memberitahukan bahwa dirinya sudah tiba. Ia belum tahu dimana tempat pertemuan Komunitas Mahasiswa Indonesia.
Setelah sudah menghubungi Salma, ia memutuskan menunggu gadis itu di bangku yang ada di area taman kampus.
"Riana."
Mendengar namanya dipanggil, Riana segera mencari sumber suara yang menemukan. Ia melihat Salma yang sedang berlari kecil ke arahnya. Riana segera bangun dari duduknya dan ikut berlari kecil menuju Salma.
"Ayok, kita langsung ke tempat pertemuannya aja," ajak Salma.
Riana mengangguk kemudian berjalan bersama Salma menuju lokasi ya g menjadi tempat pertemuan.
"Komunitas Mahasiswa Indonesia di sini itu namanya Perhimpunan Indonesia NUS atau bisa disebut pinus. Anggotanya lumayan banyak dari berbagai fakultas dan jurusan, yang S2 juga banyak, nanti kamu bisa kenalan sama beberapa senior dari jurusan kamu juga," jelas Salma.
Riana mengangguk antusias karena tidak sabar untuk ikut pertemuan tersebut. Selain bisa mendapatkan banyak teman nantinya, ini juga bisa menjadi tempat ia membangun relasi untuk dunia kerjanya nanti karena sudah pasti orang-orang yang akan Riana temui adalah calon orang-orang hebat.
Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah aula kecil dengan beberapa susunan kursi yang dibuat setengah lingkaran lalu di depan ditata kursi-kursi untuk pengurus inti PINUS.
Sudah cukup banyak orang yang ada dalam ruangan tersebut. Salma langsung saja mengenalkan Riana pada beberapa orang yang mereka temui.
"Kenalin ini namanya Kak Siska, dia juga ngambil Master Of Bussines Administration kaya kamu. Tapi dia sekarang cuma sibuk ngurusin tesis dan jadi asisten dosen sekarang ini."
Seorang wanita bernama Siska terlihat menjabat tangan Riana, " Halo, kamu pasti Riana Alma Reswa kan."
"Kok Kak Siska tahu namaku?" Tanya Riana sambil
"Tentu saja senior-senior di jurusan kita pastinya tahu kamu. Mahasiswa baru yang berhasil mendapatkan beasiswa untuk kuliah di sini. Kamu bahkan memperoleh nilai sempurna dalam tes," ujar Siska memberitahukan
"Tuh kan, beneran si Riana ini ternyata jenius," imbuh Salma dengan takjub.
Siska tersenyum mendengar perkataan Salma dan juga mengangguk setuju.
"Kalau ada sesuatu yang mau kamu tanyain tentang perkuliahan, hubungin aku kapanpun. Kalau ada yang bisa aku bantu pasti bakal aku bantu," ujar Siska lagi.
Riana tentu saja tersenyum senang dan langsung mengangguk antusias. "Makasih banyak Kak," jawabnya.
"Eh udah waktunya kumpul," ujar Salma melihat pengurus PINUS sudah mulai masuk dan duduk di kursi mereka masing-masing.
Salma segera menarik pergelangan tangan Riana untuk mencari kursi bagi mereka. Keduanya memilih kursi paling ujung bagian belakang.
Delapan orang terlihat berjalan memasuki aula dan duduk di kursi yang berada di depan menghadap para mahasiswa lain yang hadir.
Dari delapan orang itu hanya Rangga yang Riana kenal.
"Kalo Rangga kamu pasti udah kenal, dia kan ketua PINUS. selain itu ada Aira cewe yang duduk di samping kanan Rangga, dia wakil ketua PINUS wanita cantik yang juga jenius. Katanya dia juga bakal lanjutin S2 nanti. Selain itu udah jadi rahasia umum kalo dia itu naksir berat sama Rangga" jelas Salma berbisik pada Riana.
Riana memperhatikan di depan dan menyadari memang wanita yang duduk di samping Rangga terlihat selalu melirik dan memperhatikan Rangga beberapa kali.
"Nah cowo yang sebelah kirinya Rangga itu namanya Bobi. Sahabat baik Rangga, dia anak Faculty of Engineering alias anak fakultas teknik sekarang ngambil S2 tapi aku kurang ngerti jurusan apa tepatnya. Nggak kalah populer juga dari Rangga, pinter dan baik banget idola para wanita juga pokoknya. Dia juga asisten dosen sama Kak Siska," jelas Salma. Ia kemudian melirik ke arah wanita bernama Siska itu. "Dia sama Kak Siska katanya sih Mantan dulunya," bisik Salma.
Riana mengangguk sambil terus mendengarkan informasi yang diberikan Salma. Sepanjang pertemuan ini Salma tidak berhenti memperkenalkan orang-orang yang sedang berbicara di depan untuk merencanakan kegiatan organisasi.
"Kita juga hari ini kedatangan anggota baru teman-teman. Untuk anggota baru bisa memperkenalkan diri," ujar seorang wanita yang menjadi moderator dalam pertemuan ini.
Semua orang serentak melihat ke arah Riana yang membuat dirinya langsung merasakan gugup setengah mati.
Salma segera memberi kode pada Riana untuk berdiri dan memperkenalkan diri.
Dengan ragu berusaha menahan malu Riana berdiri perlahan. Ia meremas kedua tangannya sambil menatap khawatir pada semua orang. Ia menarik nafas berusaha mengontrol detak jantungnya sebelum mulai memperkenalkan diri.
"Halo semuanya. Perkenalkan nama aku Riana Alma Reswa, aku lulusan S1 Manajemen Bisnis di Universitas Indonesia lalu melanjutkan studi S2 di sini, ngambil Master Of Bussines Administration," ujar Riana memperkenalkan diri.
Semua orang memberikan tepuk tangan padanya membuat Riana tersenyum canggung pada semuanya. Ia sempat melirik ke arah Rangga, namun pria itu tidak melihat ke arahnya dan sibuk berdiskusi bersama wanita bernama Aira.
"Wah sukses buat kelanjutan pendidikan kamu ya Riana. Di sini juga ada senior yang mengambil program studi seperti kamu. Jangan sungkan untuk bertanya," ucap Moderator yang tadi mempersilahkan Riana memperkenalkan diri.
Riana mengangguk sambil tersenyum formal kemudian kembali duduk di kursinya.
Kegiatan pertemuan terus berlangsung. Riana juga mengambil buku nota kecil dan menulis beberapa hal penting yang disampaikan senior dalam pertemuan ini. Ia cukup bersyukur karena dalam pertemuan ini selain membahas kegiatan, mereka juga berdiskusi dan sharing pengalaman tentang prosedur belajar, informasi magang kerja, rencana karir kedepannya dan lain sebagainya. Hal ini tentu sangat bermanfaat baginya.
Setelah tiga jam kegiatan mereka pun akhirnya berakhir. Beberapa orang terlihat sudah berjalan keluar dari ruangan, sedangkan Riana dan Salma pun sedang membereskan peralatan mereka untuk pergi juga.
Saat sudah akan berdiri untuk keluar dari ruangan tersebut, suara jeritan terdengar di kerumuman para pengurus PINUS dan beberapa anggota yang masih ada.
Riana dan Salma pun ikut melihat apa yang dilihat semua orang.
"Astaga, Aira nembak Kak Rangga," jerit Salma terkejut sambil meremas kecil lengan Riana.
Di tengah- tengah kerumunan orang terlihat Aira yang berdiri berhadapan dengan Rangga sambil memegang sebuah kotak biru dengan pita berwarna merah muda yang disodorkan pria itu.
"Aku yakin kamu udah sadar kalau selama ini aku suka sama kamu. Kalau kamu terima aku jadi pacar, kamu ambil kotak dari tanganku ini," ucap Aira sambil menatap Rangga penuh harap.
Rangga terdiam sambil menatap wanita yang menyatakan perasaan padanya saat ini.
"Terima, terima, terima," teriak semua orang yang menonton pernyataan cinta yang dilakukan Aira pada Rangga.
"Maaf, aku tidak bisa menerima kamu," jawab Rangga dengan nada datar.
Mendengar jawaban Rangga membuat Riana merasa prihatin pada gadis bernama Aira itu. Iya pasti sudah berjuang mengesampingkan rasa gengsinya untuk menyatakan perasaannya pada Rangga, namun pria itu malah menolaknya dengan tegas.
"Aku nggak bisa menerima kamu Aira, karena sebenarnya aku sudah punya pacar," lanjut Rangga.
Semua orang terkejut mendengar jawaban Rangga, bahkan Riana juga ikut terkejut dengan jawaban pria itu. Dua Minggu ia tinggal satu apartemen dengan Rangga, tapi ia sama sekali tidak menyadari pria itu memiliki kekasih.
Rangga terlihat berjalan meninggalkan Aira. Entah kenapa Riana merasa Rangga saat ini menatap ke arahnya.
Jantungnya berdegup kencang berharap apa yang ada di pikirannya tidak benar. Entah kenapa ia merasa Rangga berjalan ke arahnya saat ini.
Hanya butuh beberapa langkah dan benar saja Rangga sudah berdiri di hadapan Riana. Bisikan orang-orang mulai terdengar.
Rangga segera meraih pergelangan tangan Riana, ia kemudian berbalik dan menatap Aira yang saat ini juga melihatnya dengan tatapan terluka. "Dia pacarku," ucap Rangga.
Perkataan Rangga membuat Riana terkejut setengah mati. Dadanya terasa sesak walau sudah mencoba bernafas dari tadi.
Semua mata menatapnya dan Rangga dengan pandangan yang berbeda-beda. Sepertinya pengalaman berkuliah dengan tenang yang diharapkan Riana tidak akan bisa terwujud saat ini.