Key sempat terdiam menatap pintu rooftop yang terbuka. Gadis itu kemudian berjalan ke sana dan melihat seseorang yang berdiri membelakanginya. Ia mengerutkan dahi, mencoba mengenali sosok di depan sana.
Menyadari ada yang datang, lelaki itu kemudian berbalik dan menatap seorang gadis yang berdiri tak jauh darinya dengan kedua alis yang mengerut.
"Lo ... " Key menggantungkan kalimatnya. "Lo yang— tadi pagi ngelempar bola, kan?" lanjutnya, membuat lelaki itu tersenyum tipis.
"Lo ... yang nyimpen ini di meja gue?" Key menunjukkan tangannya yang membawa botol dan juga sticky note.
Lelaki itu kemudian menganggukkan kepalanya.
"Padahal kan— tadi lo ketemu sama gue, kenapa gak sekalian ngobrol aja?"
Pertanyaan Key tak langsung dijawab. Lelaki itu kemudian menaikkan salah satu sudut bibirnya dan berjalan perlahan ke arah Key.
Bersamaan dengan itu, Tristan muncul dan ia menatap seorang murid laki-laki yang tengah bersama dengan Key. Ia mengerutkan dahi begitu merasa familier dengan wajah lelaki itu.
"Dia orang yang tadi pagi, kan?" Tristan membatin.
Tunggu!
Tidak, rasanya Tristan memang pernah bertemu dengan lelaki itu sebelumnya tapi di mana?
Mungkinkah ... lelaki itu adalah lelaki yang kemarin tak sengaja ia tabrak di koridor?
Tristan menatap wajah lelaki itu dengan saksama dan menyadari kalau ternyata mereka memanglah orang yang sama.
"Udah inget, Tristan Arova?" Lelaki itu tiba-tiba bertanya dengan penekanan di bagian akhir kalimatnya.
Key langsung menatap lelaki di depannya saat mendengar nama Tristan keluar dari mulutnya.
"Lo— kenal sama Tristan?" tanya Key. Gadis itu kemudian menoleh ke arah Tristan yang masih belum membuka suara itu perlahan semakin maju.
"Lo siapa?" tanya Tristan tanpa mengalihkan pandangannya dari lelaki itu barang sedetik pun. Salah satu tangannya perlahan bergerak menarik Key agar sedikit ke belakangnya. Entah kenapa kini perasaannya mendadak tak enak saat berhadapan langsung dengan lelaki itu.
Lelaki itu menatap tangan Tristan kemudian menyeringai tipis, "Gue? Haruskah gue perkenalan dulu di sini?"
"Gue inget sekarang. Dia cowok yang kemarin ada di parkiran," batin Key.
"Apa perlu gue memperkenalkan diri sebagai sepupunya Rio, hm?"
Kedua mata milik Tristan menyipit, "Rio?"
Lelaki itu kembali menyeringai tipis saat melihat perubahan ekspresi di wajah Tristan.
Tristan semakin menarik Key ke belakangnya, membuat Key bertanya-tanya apakah kedua lelaki itu memang saling kenal sebelumnya ataukah ada sesuatu di antara mereka. Namun begitu melihat raut ketidaksukaan Tristan, membuat Key berasumsi kalau memang ada yang tidak beres.
"Lo siapanya Rio?" Tristan menatap lelaki itu tajam.
"Lo bener-bener susah diajak ngomong baik-baik ya, kayaknya. Oke, oke. Gue Axcel, dari kelas dua belas. Oh, lo tadi nanya gue siapanya Rio, ya? Gue sepupunya."
"Sepupu?"
"Ternyata bener, ya. Lo pindah ke sini gara-gara cewek, tapi sayangnya lo salah pilih tempat." Lelaki bernama Axcel itu berujar.
Tristan melirik Key selama beberapa saat sebelum akhirnya ia kembali berujar, "Ini semua gak ada urusannya sama lo."
Axcel memasukkan tangannya ke dalam saku. "Yang gue denger sih, katanya cewek ini pernah ikut ngelawan anak-anak Panca, ya?"
"Anak-anak ... Panca? Tris, jangan bilang dia masih ... berkaitan sama murid-murid SMA Panca yang waktu itu," ujar Key seraya menatap Tristan.
"BTW, gue gak pernah ikut tawuran itu kok. Gue cuma mau beresin masalah sepupu gue." Axcel kembali menatap Tristan tajam.
"Oh, jadi dia ngadu sama lo, ya? Anak manja. Kenapa gak sekalian ngadu ke bokapnya? Suruh bokapnya yang turun tangan."
Ucapan Tristan membuat Axcel menatapnya tajam.
"Semuanya udah clear, dan gak ada yang perlu diberesin jadi lo gak perlu mancing-mancing masalah di sini, karena gue udah gak tertarik." Tristan membalas. "Sekarang gue tanya, apa lo beneran orang udah ngelempar botol itu ke Keanna?" tanyanya kemudian.
"Keanna? Ah, cewek lo namanya Keanna, ya. Salam kenal, ya." Axcel menyunggingkan seulas senyuman dan ia menjulurkan tangannya pada Key namun Tristan langsung menepisnya dengan kasar.
Axcel menatap tangannya yang baru saja ditepis, "Sebenernya gue gak ada niatan ngelempar itu ke cewek lo sih, gue cuma— pengen liat reaksi lo." Ia menyeringai seraya beralih menatap Tristan kembali.
"BTW, Keanna. Lo tahu gak kenapa gue ngasih botol itu sama lo?" tanya Axcel. Lelaki itu kemudian mengambil alih botol air di tangan Key lalu membukanya.
Key membulatkan kedua matanya saat Axcel menumpahkan seluruh isi botol itu ke kepala Tristan.
"Gimana? Apa kepala lo udah dingin sekarang?" Axcel menyeringai lebar, "Anggap aja ini sebagai ganti botol yang kemarin. Dan silakan berterimakasih sama cewek lo karena dia bawa ini ke sini."
Key masih terkejut dengan apa yang dilihatnya. Gadis itu benar-benar tak menyangka kalau hal seperti itu akan terjadi.
Kedua kaki milik Axcel sudah hampir bergerak melewati kedua orang itu sebelum akhirnya ia berhenti dan menatap Key, "Oh, iya. Dan untuk lo—" Salah satu sudut bibirnya terangkat.
Di detik berikutnya tubuh Key tersentak saat Axcel memukul kuat kepalanya dengan botol yang masih berada di tangannya hingga botol itu terlempar entah ke mana.
"Anggap itu balasan buat lo yang waktu itu mukul sepupu gue," ujar Axcel. Tubuhnya langsung didorong kuat oleh Tristan. Axcel terkikih pelan, "Kenapa? Lo beruntung, itu cuma botol kosong. Bukan balok kayu seperti yang pernah cewek lo pake buat mukul orang." Ia sedikit menengadahkan kepala bersamaan dengan tangan Tristan yang semakin kuat mencengkeram lehernya.
"Gue sama sekali gak masalah kalo lo emang masih gak terima atas apa yang terjadi sama Rio. Tapi harus lo inget, kalo urusan lo itu sama gue! Jangan pernah ngelibatin Keanna karena dia sama sekali gak tahu apa-apa!!" Tristan berteriak tepat di wajah Axcel dengan wajah yang sudah memerah hingga ke telinga. Namun reaksi Axcel justru di luar dugaan karena lelaki itu malah tertawa puas usai mendengar kalimat yang baru saja ia dengar.
Karena tak ingin keadaannya semakin buruk, Key dengan segera beralih melepaskan cengkeraman tangan Tristan dan berusaha menarik lelaki itu agar menjauh.
Axcel merapikan seragamnya dan menatap Tristan. "Inget, ya. Urusan kita masih belom selesai," ujarnya seraya menepuk pelan bahu Tristan. "Ngomong-ngomong, Tris. Kalo dilihat-lihat lagi, cewek lo cantik juga." Ia berniat menyentuh rambut Key namun gadis itu dengan cepat menggindar, membuat Axcel tersenyum miring. Lelaki itu kemudian berjalan pergi dari sana.
Kedua tangan Tristan kemudian mengepal kuat. Ia berbalik dan berniat mengejar Axcel namun Key segera menahan tangannya.
"Cukup, Tris!"
Tristan menatap ke arah pintu dan tubuh Axcel menghilang dari pandangannya.
—tbc