Sesama Manusia

1345 Words
Evalinda melihat kekesalan putranya saat ini, Evalinda tahu betul bagaimana ketidak adilan yang Jello terima, hanya karena sebuah kesalahan, namun sudah seperti itu hidup mereka, selalu menjaga nama baik agar selalu di percayai orang, jangan hanya karena sebuah foto dan caption yang tidak baik, membuat nama mereka tercoreng, selalu saja seperti itu. Terkadang hidup berjalan tidak sesuai dengan keinginan kita. Tapi begitu lah hidup, demi sebuah nama yang terjaga harus melakukan hal yang tidak di inginkan. Evalinda membuang napas halus dan menghampiri putranya, ia melihat punggung yang besar dan kokoh itu, ia tidak menyangka anak kecil yang dulunya cerewet dan ingin tahu segalanya, sudah menjadi pria dewasa yang pendiam. Namun, yang Evalinda sesalkan adalah, cara Jello memperlakukan sesama manusia. Evalinda tidak pernah mengajarkan hal itu kepada Jello, namun Evalinda tidak bisa memaksa Jello melakukan sesuatu hal yang tidak ia inginkan. Dan, Evalinda tahu siapa yang Jello dambakan dan siapa yang selalu ada dihatinya. Evalinda tak tahu, posisinya sebagai Ibu tidak bisa menyelamatkan putranya, karena perintah suami dan Ayah mertuanya. “Sayang, apa yang kamu lakukan di sini? Cuaca dingin sekali dan kamu berdiri didekat kolam renang. Kamu mau berenang?” tanya Evalinda berusaha memberi lelucon kepada putranya. Jello menoleh sesaat dan melihat ibunya yang kini berdiri berdampingan dengannya. “Mommy duduk saja,” kata Jello. “Mommy sedang ingin berdiri,” jawab Evalinda. “Mommy kenapa belum tidur?” tanya Jello. “Mommy tidak bisa tidur karena memikirkanmu,” jawab Evalinda lagi. “Kamu tidak apa-apa, ‘kan? Mommy ingin kamu bahagia, Nak, tapi tidak ada yang bisa kita hindari selain melakukan sesuatu demi nama baik keluarga.” “Apa nama baik keluarga itu penting?” “Sangat penting, Nak, karena kita bukan orang sembarangan.” “Terus kenapa harus menikah dengan orang sembarangan?” “Meskipun kita dari keluarga konglomerat, tapi kita tidak bisa merendahkan seseorang, Nak, karena seseorang yang kita rendahkan itu adalah manusia juga. Mommy tidak pernah mengajarkanmu untuk memperlakukan orang lain seperti itu, meskipun dia dari keluarga yang tak berpunya, atau keluarga yang tidak memiliki apa pun. Karena, Mommy bukan orang kaya dulu, Nak, lalu menikah dengan ayahmu. Mommy sama dengan Raniya, bekerja di keluarga Maxivel dan akhirnya menikah dengan ayahmu. Mommy tidak pernah memaksamu menikahi wanita seperti ibumu ini, tapi yang namanya jodoh, tidak ada yang tahu.” “Mommy kenapa mengatakan itu? Memangnya mommy seperti apa? Mommy adalah Mommy terbaik di dunia ini, tidak ada yang mengalahkan Mommy, karena Mommy adalah ibuku dan ibuku adalah yang terbaik,” kata Jello. “Jadi, jangan menyamakan diri Mommy dengan maid itu. Aku tidak suka.” “Sayang, menikahlah dengan Raniya, Nak, selamatkan nama keluarga ini, pemberitaan semuanya tentang keluarga ini, hanya dengan kamu menikah, nama keluarga ini terselamatkan. Jadi, kamu harus mengorbankan perasaanmu untuk keluarga ini.” Evalinda menatap wajah putranya itu, putranya yang sudah dewasa. Sungguh, cepat sekali pertumbungan Jello, sampai Evalinda tidak bisa lagi memomongnya. “Kenapa harus dengannya, Mom? Kenapa?” “Karena dengan dia kamu diberitakan. Andai dengan Rahela, sudah pasti kamu menikah dengan Rahela,” jawab Evalinda membuat Jello menatap wajah ibunya yang membahas tentang Rahela. Ibunya memang tahu tentang perasaannya pada Rahela, karena mereka dulunya berteman waktu kecil, dan Jello sering jujur ke ibunya jika dia menyukai Rahela. Andai Jello menikah dengan Rahela, itu lah yang akan membuat Jello bahagia, namun tetap saja terkadang tidak ada yang berjalan sesuai keinginan kita. Andai dunia ini berjalan sesuai keinginan kita, sudah pasti semua orang akan merasakan bahagia dalam hidup, tidak akan ada kesusahan, tidak akan ada kekecewaan, namun dunia ini tidak berjalan seperti itu. karena, selalu ada timbal balik, seperti senang dan sedih, seperti bahagia dan kecewa, seperti mencintai dan menyayangi. Jello hanya ingin menikah dengan wanita yang ia cintai, terus kenapa harus menikah dengan orang yang tidak ia suka, kenapa? Karena Tuhan yang telah menentukan jodohnya. Jello tahu memikirkan tentang Rahela percuma saja, karena Rahela sudah memiliki kekasih dan bertunangan dengan pria lain, tapi tidak ada salahnya berharap hingga saat ini, sulit baginya untuk menerima seseorang didalam hatinya, Jello bukan petangguh wanita. Jello membuang napas halus dan menoleh menatap ibunya. “Cinta akan datang seiring berjalannya waktu, Nak,” kata Evalinda. “Mom, aku tidak tahu apa ini benar atau tidak, tapi aku tidak suka menikah dengan cara di jodohkan begini. Karena aku tahu apa yang akan terjadi nantinya, Mom, aku dan maid itu pasti akan sama-sama terluka,” kata Jello. “Sayang, kamu harus mendengarkan apa kata Kakek dan ayahmu,” kata Evalinda membuat Jello membuang napas kasar. Ia hanya tidak habis pikir harus menikah dengan seseorang yang tidak ia sukai, ia tidak pernah menyangka akan semudah itu menikah, lalu alasannya karena hanya sebuah nama. Bahkan ini sudah menjadi keterpaksaan. Benar-benar sesuatu yang tidak bisa Jello terima. Hanya saja, hidupnya sudah di atur oleh keluarganya. “Aku tahu, Mom, aku harus mendengarkan mereka, tapi aku benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana aku bisa menikah dengan seorang maid yang asal usulnya tidak jelas.” Jello mengelus puncak kepalanya. “Jangan panggil dia dengan sebutan ‘maid’, Jello,” kata Evalinda. “Mom, aku—” “Mommy tidak pernah mengajarkanmu untuk mengatakan hal itu, Mommy selalu mengajarkanmu untuk menghargai orang lain, meskipun dia dari keluarga yang tak berpunya. Mommy kecewa sama kamu, Jello, karena kamu tidak pernah mau mendengar apa yang Mommy katakan,” kata Evalinda dengan helaan napas kesal, lalu memalingkan wajahnya. “Mom, bukan itu maksudku,” lirih Jello. “Sudahlah. Kamu memang tidak akan pernah mau mendengarkan Mommy, yang kamu anggap benar adalah dirimu sendiri,” kata Evalinda. “Mommy pergi saja. Percuma Mommy mengatakan hal ini kepadamu, kamu tidak akan pernah mendengarkan.” Evalinda lalu melangkahkan kakinya. Evalinda lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Jello. “Mom, Mommy salah paham,” kata Jello, namun Evalinda terus melangkah pergi meninggalkannya. Jello benar-benar berputus asa, karena tidak ada yang tahu keinginannya dan tidak ada yang tahu perasaannya, selalu saja memaksakan kehendaknya, sementara ia benar-benar tak suka dan tidak akan pernah bisa terima. Jello lalu masuk dan melangkah menuju dapur, ia benar-benar marah saat ini. “Tuan Muda, apa yang Anda lakukan di sini?” tanya Claire yang masih memegang buku agendanya. “Apa yang Anda butuhkan? Biar saya mencatatnya.” “Kemana maid itu?” tanya Jello. “Maid? Maksudnya ….” “Raniya atau siapa lah namanya.” Jello murka. Claire mengangguk dan berkata, “Panggilkan Raniya.” Salah satu maid mengangguk dan melangkah mencari keberadaan Raniya, dan Raniya akhirnya datang setelah menerima panggilan. Raniya membulatkan mata melihat Jello ada di sini, ia pasti akan kena marah lagi, karena itu terlihat di wajah Jello, matanya memerah seperti kilatan yang menghantamnya secara tak langsung dan sudah pasti karena pernikahan mereka yang di atur. “Sini kamu,” panggil Jello menarik Raniya pergi bersamanya. Bukan genggaman lembut, melainkan genggaman kasar. Claire melihat punggung keduanya dan menoleh melihat para maid yang masih melongo. “Apa yang kalian lakukan? Kalian lanjutkan bekerja,” perintah Claire. Semuanya menyebar dan melanjutkan pekerjaan mereka, ada yang membuat kue, ada yang membuat kudapan, semuanya bekerja dengan tangan mereka, meskipun mulut mereka bisa berbicara namun jika Claire di sini, mereka tidak akan bisa berkata apa pun. Claire meninggalkan area dapur dan menuju tempat lain, lalu kesempatan maid untuk bergosip tentang Jello dan Raniya. “Kalian sudah dengar tidak, kalau Tuan Muda akan menikah?” “Saya sudah mendengarnya. Saya dengar sendiri kalau Tuan Muda akan menikah dengan Raniya.” “Raniya? Siapa Raniya?” “Ya gadis yang tadi yang di genggam Tuan Muda.” “Benarkah? Raniya? Ah tidak mungkin.” “Kita semuanya di suruh diam oleh keluarga ini. Jadi, jangan ada yang mengatakannya kepada siapa pun.” “Maksudnya kenapa Raniya? Kenapa dia yang mau menikah dengan Tuan Muda? Apa Raniya keluarga orang kaya? Pasti kan ya. Karena dilihat dari tampangnya sepertinya begitu.” “Aku juga merasa seperti itu, jangan sampai dia hanya menyamar saja.” “Iya. Dia hanya menyamar sepertinya. Kalau dia seperti kita, tidak mungkin dia menikah dengan Tuan Muda.” “Ah aku iri kepadanya. Kapan juga aku menikah dengan Tuan Muda dari keluarga bangsawan?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD