setelah menunggu beberapa lama, tiba tiba ponsel ku pun berbunyi,
Suamiku Rey
[sayang, papi yang jemput kamu ya. tadi aku sampai rumah ternyata mobil di pakai papi daripada nunggu mobil sampai, jadi sekalian papi yang jemput daripada bolak balik dan kamu nunggu lama]
Aku
[yaudah iya, aku tunggu kamu dirumah ya]
aku pun menunggu papi di salon, duh jantung ku pun berdegup kencang begitu mengetahui papi yang menjemput, terasa malu menggunakan pakaian dan riasan seperti ini. tak lama papi pun menelepon dia mengabarkan sudah berada di parkiran, aku pun keluar dari salon, ku lihat papi sedang merokok di pinggir jalan, aku pun menghampirinya.
"pih, yuk pulang ciq sudah selesai" ucap ku sambil menepuk lengannya, papi pun menoleh ke arah ku, dia menatap ku dengan tatapan yang tajam, jantung ini pun semakin berdegup, ada rasa takut melihat sorot matanya. spontan aku pun mengalihkan pandangan ku, dan segera berjalan ke arah mobil. papi pun membuka kunci mobil, aku segera masuk dan duduk di belakang.
papi pun menyusul masuk setelah itu papi membalikan badannya dan menoleh ke belakang, "kamu dibelakang, saya di depan? kamu pikir mertua mu ini supir?" ucap papi dengan nada bergurau, "iya, cia pindah" jawab ku, aku pun pindah duduk di depan bersebelahan dengan papi, kami pun segera meninggalkan salon.
"kita gak langsung pulang ya tuan putri, supir pribadi mu akan mengantarkan mu ke istana yang lain" sontak ucapan papi membuatku takut,
"ke ke mana pih? aku telepon rey dulu ya" ucap ku sambil mengeluarkan ponsel, aku takut terjadi hal yang diluar kontrol ku, baru saja aku membuka ponsel baterei ku sudah 1% dan tetiba mati, ya hari yang malang, aku hanya bisa berdoa semoga papi tidak mengajak ku yang macam macam.
"ternyata alam menakdirkan aku menculik mu haha" papi pun mulai menakuti ku, "kamu cantik, tapi aku lebih suka ke natural wajah mu, ya sesekali gak apa apa sih, tapi jangan terlalu sering makeup seperti itu" ucap papi sambil menoleh sebentar ke arah ku
semakin papi melirik ke arah ku, semakin kencang pula jantung ini berdetak, aku pun hanya bisa diam mengikuti arah mobil melaju, tiba lah di sebuah hotel yang mewah tepat pukul 7 malam, aku pun semakin takut dan tak mau turun dari mobil.
"kamu kenapa gak mau turun, cepat lah gerimis dingin nanti kalau di mobil terus" papi terus merayu ku untuk masuk,
"aku nunggu Rey di mobil saja pih" jawab ku dengan nada yang sedikit ketakutan "Rey sebentar lagi sampai kok, dia sudah jalan tadi dari villa ke sini, kita dinner disini kan kamu gak masak seharian di luar" ucap.papi dengan nada yang semakin meninggi, hujan pun tiba tiba deras, dan aku segera keluar dari mobil, bersama papi menuju mobil.
aku menunggu di lobby, papi melakukan reservasi untuk dinner di restauran hotel ini, berhubung hujan deras, kami pun tidak jadi dinner di pesisir pantai, dan memutuskan dinner di restauran hotel.
"yuk cia, kita tunggu di restauran" papi pun datang dan langsung menyuruh ke restauran. aku pun duduk dan pelayan menyodorkan minuman selamat datang, papi pun memesan berapa makanan untuk kami dinner, tak berselang lama Rey, Sera dan Mami pun datang.
"Cia, kamu cantik banget" Rey pun langsung menghampiriku dan mencium pipiku, betapa bahagianya hati ini disanjung suami yang ku cintai, ku lihat sera dan mami hanya melirik dan langsung duduk tanpa menyapa ku. pelayan pun akhirnya menyajikan makan malam, aku pun tak memperdulikan lagi mereka, perut ku sudah terasa perih, dan aku langsung melahap makanan yang tersaji.
"cia manner nya dong" ucap Sera. aku yang makan pun terhenti, aku mengambil udang dengan sendok dan menaruhnya di piring ku, "manner? memangnya kamu pejabat harus memakai manner di acara makan malam bersama keluarga?" gumam ku dengan kesal " oh ya sera, harusnya kamu yang jaga manner, lagi makan jangan terlalu banyak bicara apalagi berkomentar" ucap ku dengan kesal, aku pun kembali menyuapkan nasi kemulut ku dengan lahap. papi yang terlihat kesal dengan sera mengambil lobster yang ada dihadapan sera, "sudahlah, biar papi yang makan jatah lobster sera" papi pun melanjutkan makannya, sera pun terlihat kesal, Rey hanya bisa tertawa, sedangkan mami membela sera dengan memangil pelayan memesankan lobster baru untuk sera.
tepat pukul 22.00 kami semua selsai makan, kami pun menuju kamar yang sudah di reservasi oleh papi sebelumnya, papi memesan kamar sendiri, sera dengan mami, aku dengan Rey. Rencananya tengah malam kami semua akan ke club, tapi aku malas sekali, aku sudah terlalu capek seharian, aku pun menuju kamar bersama Rey, kamar kami menghadap ke pantai, begitu tenang mendengar suara ombak, aku pun terbuai oleh nyanyiannya dan menyebabkan ngantuk yang sangat kronis.
"kamu mau tidur cantik" ucap rey, "aku tidur dulu sebentar ya sayang, badan ku pegal rasanya. "ya sudah kamu tidur ya kalau capek kamu ga usah ke club" ucap rey, aku pun berbaring disamping rey, dia mengelus rambutku sambil menciumi keningku.
***
malam pun tiba, aku tetiba terbangun dan Rey sudah tak ada disampingku, yah mungkin dia sudah pergi ke club. aku pun mengambil ponsel ku waktu menunjukan pukul 1 malam, "males banget hapus makeup" gumam ku sambil mencoba beranjak dari tempat tidur, seperti ada magnet yang menarik.
"tok tok" kamar ku pun di ketuk, aku panik mendengar suara ketukan, tetapi ketukan semakin kencang
"buka cepat" terdengar suara pria samar samar dari balik pintu, dan ponsel ku berbunyi, telepon dari papi, kebetulan aku sudah takut "cia cepat buka pintu" papi berteriak sampai terdengar tanpa melalui ponsel, aku pun bangun dan menaruh ponsel ku di kasur.
"maaf papi, cia kirain hantu yang ketuk ketuk" jawab ku yang masih berantakan, "cepat ambil tas pakai sandal mu" ucap papi, papi pun menarik ku kedalam, pintu kamar pun tertutup dia mencari sendal "pih ini udah ku pakai, aku cuci muka dulu ya" ucap ku sambil berjalan ke wastafel tetiba papi menarik lengan ku, aku pun membalik badan ku berhadapan dengan wajah papi, ya Tuhan sorot mata papi begitu menusuk jantung "kamu terlihat cantik, sudah kita berangkat saja" papi langsung menggiring ku keluar kamar dan mengunci pintu kamar.
"baiklah ini pertama kali kamu ke dunia gemerlap menantu ku" ucap papi seolah meledek ku, jarak club dari hotel tidak terlalu jauh, aku pun masuk dan betapa kagetnya di ruangan yang pengat gelap dan bau alkohol serta asap rokok, baru saja masuk beberapa langkah batuk ini tak berhenti, sesak sekali d**a.
papi mengajak ke meja yang sudah di pesan, ku lihat sera mami dan rey sedang bercanda riang, sera memeluk Rey dengan sangat jelas terlihat oleh mata ku.
"hai cantik, sini minum bersama ku" ucap sera sambil tertawa, ternyata dia mabuk, aku pun di sodorkan segelas minuman oleh Rey, dan aku pun menolak "kemana mami Rey" tanya ku. "entahlah" ucap rey sambil asik mendengarkan musik rey terus memaksa ku meminum minuman yang ia berikan aku pun menolak, papi pun melarang aku meminumnya, papi pun pindah ke meja lain, ada beberapa rekannya pula yang hadir disana. tinggal aku bertiga di meja ini, rey sera dan aku.
"minum sayang" rey memaksakan botol masuk ke mulut ku, aku pun berontak tapi sera memegangi pipi ku agar aku mau menenggak " jangan jadi cupu sayang" ucap sera, minuman terasa pait dan panas itu pun akhirnya masuk kedalam tenggorokan ku, terasa panas di d**a, hampir setengah botol rey menenggakannya, aku pun merasa pusing aku hanya bisa bersandar ke Rey, dia memaksakan 2 gelas lagi yang sangat pait lebih pait daripada minuman yang di botol. kepala ku semakin berat, terlihat samar papi menghampiri ku. Suara alunan musik yang semakin kencang membuat kepala ku semakin pusing, sampai aku tak sanggup membuka mata.
***