"mih, lusa ini kami mau berangkat sekitar seminguan lah di Bali" ucap Rey kepada mertua ku
mami yang sedang mengupas buah untu Sera, hanya berdeham seolah tidak suka keberangkatan kami.
"Untuk apa kau pergi mas, honey moon segala lagi toh selama setahun ini menikah Cia beluk juga hamil! "
sakit sekali mendengar ucapan Sera, aku tenangkan diri mendengarkan ucapannya, hanya sabar yang bisa ku pertahankan saat ini, akan ku buktikan kepadanya kalau aku bisa hamil.
"daripada buang uang kamu, mending kamu cek ke dokter wanita itu subur atau tidak, daripada tau nya nanti belakangan!" seru mami dengan nada yang sinis sambil menunjuk ku dengan pisah yang di pegangannya. Aku pun sontak menjawab pertanyaan nya.
"baiklah kita ke dokter kandungan saja sekarang, lebih cepat lebih baik kan" timbal ku pada mereka, "ok, dokter dan rumah sakit keluarga saja, mami takut kalau wanita itu yang pilih dokter bisa bisa hasilnya dia rubah" mami beucap pada sambil berdiri dan menantang ku, aku tidak takut akan ucapannya, sekalipun sesuatu yang terjadi pada aku, aku siap dan ikhlas merelakan Rey, daripada harus terus terusan hidup di rumah yang penuh dengan siksaan ini.
kami pun berempat segera menuju RS. Harapan, banyak teman teman ku yang menjadi dokter disini walaupun saham terbesar si miliki keluarga suami ku, tapi aku yakin hasil yang keluar pasti akan aku dapatkan. Ku buka website RS. Harapan untuk mengetahui jadwal dokter kandungan dan dokter siapa yang bertugas, setelah ku buka benar saja sahabat masa sekolah ku dr. irene dia sahabatku di bangku SMA dulu, dia beruntung bisa masuk jurusan kedokteran karena orang tuanya yang kaya, sedangkan aku hanya bisa menunda kuliah dan mencari kerja dahulu. aku segera chat iren dan memberitahunya aku mau kesana untuk cek, iren juga tau tentang kondisi keluarga suami ku, jadi kupastikan dia menolong ku.
[ren, gw otw Rs. harapan, mertua gw nyuruh gw cek gw jadi takut juga nih, nanti anggep aja kita ga saling kenal ya]
iren
[siap gw praktek jam 3an ya beb, laki u juga dong suruh cek masa lo doang]
oh ya benar juga perkataan iren, ga adil kalo hanya aku doang, aku segera menghapus pesan iren, aga rey tidak curiga.
*di rumah sakit*
setelah melakukan pendaftaran dan menunggu agak lama dikarenakan iren sedang ada jadwal operasi SC, akhirnya kami pun masuk, aku dan iren seperti tidak kenal saja, mami mertua yang mewakilkan kami bicara aku dan suami hanya mendengarkan, Sera sendiri menunggu di cafe Rumah sakit, jadi aku bebas konsultasi dan berduaan dengan Rey.
" selamat sore bu, maaf menunggu lama, ada yang bisa saya bantu? " tanya iren kepada kami, mami pun langsung menyambar menjawab pertanyaan iren.
" begini dok, anak saya sudah mau satu tahun menikah tapi belum di beri keturunan dengan wanita ini, saya curiga dia mandul, jadi saya mau cek dulu!"
ucap mami kepada iren, iren pun hanya tersenyum sambil menatap ku yang menahan tangis karena ucapannya
"oh begitu, maaf sebelumnya faktor lama memiliki keturunan bisa juga di sebabkan tekanan batin yang terjadi, selain memang belum waktunya dan belum mendapat izin dari yang maha kuasa nah untuk kedokteran sendiri hanya ilmu yang mendeteksi, sedangkan yang maha pemberi hanya yang maha di atas. baiklah kita periksa keduanya ya bu, dan memakan waktu aga lama. untuk sang istri bisa di jadwalkan hari ini, untuk suami hanya bisa dilakukan esok hari karena kami harus mengambil sampel spr**a nya terlebih dahulu, silahkan untuk ibu dan suami bisa menunggu di luar" ucap iren dengan sopan
rey dan mami pun keluar dan hanya iren dan suster yang ready di dalam ruangan, suster pun di minta menyiapkan ruangan untuk pemeriksaan ku di ruang sebelah, di ruangan ini hanya cek USG saja, setelah suster keluar, iren pun mengunci ruangan dari dalam,
"gila mertua u nyebelin banget ci" ucap iren kepadaku, " gw aja ampe si booked beres SC ga boleh pegang pasien lain selain lu"
"nah sekarang loe tau kan" jawab ku
iren pun menyuruh ku berbaring di bed, sambil memasukan alat transvaginal kedalam kemaluanku, dan dia mengecek dari layar monitor
"rahim lo ok ko, bersih gada miom juga belum dikasih aja kali ini mah, atau jangan jangan laki loe!" ucap iren sambil terus menatap layar "nanti kita cek di lab sebelah ya untuk pembersihan sekalian papsmear deh"
"iya gw nurut aja, ren gw boleh minta tolong?, apapun hasilnya walaupun gw sehat ataupun gw bermasalah tolong hasilnya lo bikin bagus ya!" pinta ku pada iren dengan wajah memelas, iren pun merapihkan alat nya dan memalingkan pandangannya dari layar, iren menatapku dengan serius
"kalau hasilnya laki lo yang bermasalah gw harus apa? melakukan hal yang sama?" tanya iren
"iya kalau bisa,gw ga mau laki gw sedih gw mau nemenin dia, walaupun dia kekurangan, amit amit ah jangan sampai kek gitu" gumam ku padanya, iren pun tersenyum. "intinya sebelum gw cetak hasilnya, gw bakalan hubungin lo kok" kami pun segera pindah ruangan untuk melakukan pemeriksaan yang lain
setelah beberapa jam kemudian iren pun menyuruh mertua dan suamiku masuk.
"nyonya, menantu anda pemeriksaan awalnya baik hasilnya, untuk pemeriksaan kedua baru besok keluar hasilnya, dan ini tabung untuk menaruh sper*! jadi malam ini tuan menaruh nya di sini ya" pinta iren kepada rey.
mami pun serasa menolak jika hasil lab ku baik baik saja, dasar mertua licik.
***
setelah sampai di rumah jam 7 malam aku dan suami makan malam, aku pun pergi ke kamar duluan karena rey kedatangan temannya untuk membicarakan bisnisnya di ruang kerjanya, mami dan sera sehabis pulang dari rumah sakit mereka pergi ke mall, ku lihat papi juga belum pulang. rumah ini pasti bakalan sepi ketika rumah kami bakalan selesai di renov. aku pun membuka baju ku dan pergi ke kamar mandi untuk berendam di bathup dan ku oleskan masker wajah dan menutup mata ini dengan masker mata, ku nikmati air hangat yang sedang merendam badan ini.
beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka, dan kubiarkan saja siapa lagi kalau bukan suami ku yang masuk ke kamarnya, aku pun tak bisa bicara karena takut masker ku retak, dan mata ku pun masih tertutup, dan suara langkahan kaki pun berjalan menuju kamar mandi gorden pun dibuka olehnya, dia mengecup bibir ini tanpa bicara satu patah pun, ketika tangan ku ingin membuka masker mata, dia menahan ku agar tidak melepas nya, aku pun kaku, dia meraba gunung kembar ini sambil memasukan tangannnya kedalam rendaman air hangat di bathtup dan memainkan kelirto*sku dengan jemarinya, aku pun menggeliat dan rasanya sudah tak tahan.
sosok itu, mengangkatku dari bathup dan mengajak ku berdiri masker ini masih menempel di wajahku, dia mengisa*p gunung kembar ini sambil meremasnya, aku pun tak kuasa menahan desahan, dia menyuruh ku membungkuk dan melakukan nya dengan gaya yang sangat ku sukai, ku rasakan cairan hangat yang terisi dalam rahim ku, kami pun ereksi bersama.
"ah nikmat sekali suamiku, kamu terasa berbeda sekali semakin membesar ucapku" iya tongkat ajaibnya membuatku cepat sekali mengeluarkan kenikmatan, aku pun masih menggunakan masker mata ku, setelah membuka masker mata yabg dua lapis inj aki pun tersadar Rey tidak ada dikamar ku, lah kemana dia aku pun bertanya. ku selsaikan mandi ku sambil membersihkan masker, mungkin dia kebelet kali ada temannnya dan tak tahan ingin melakukan pikirku.
setelah selsai mandi aku baru sadar tabung yang harus diisi oleh spre*a rey untuk lab besok, wah harus melakukan lagi pikir ku, aku pun berdandan dan memakai lingerie merah dan rambut yang ku kuncir kuda, ku pakaikan wewangian agar dia bangkit kembali gairahnya, aku pun masih belum move on atas sentuhan nya tadi di kamar mandi, dia berbeda sekali mentreat tubuhku.
"sayang, aku baru selsai meeting nya, loh kamu tumben pintu kamar ga di kunci?" ucap suamiku, dan dia langsung melirik ke arah tempat tidur, dan menatap ku yang sedang berbaring. dia langsung membuka bajunya dan langsung mencium ku dengan nafsu dia melumat leher ku dan mencium belakang kuping ku sambil berbisik " maaf dua hari ini aku sibuk, jadi tidak menyentuh mu selama dua hari" ucap Rey, aku pun kaget mendengar perkataan rey, sedangkan tadi dia baru saja menggauli ku, aku pun dengan refleks mendorong tubuhnya.
"kenapa sayang, kenapa kamu kaya yang heran gitu sih, kamu marah ya?" ucap rey sambil membelai rambutku, aku pun gelagapan dan tidak berkata apa apa "hm ta.. ta.. tadi aku mandi mas" ucap ku dengan gelagapaan " ya terus" jawab rey
"ka.kamu?" ucap ku "ya aku dibawah ama sandy ama doni, kenapa sih kamu nunggu aku? kamu mau pas kamu mandi ngelakuinnya" jawab rey, aku pun ingin menangis tapi tak bisa rey terus mencium ku dengan nafsu, aku pun lemas serasa kaku, aku bertanya tanya siapa yang tadi menyentuh ku, aku hanya bisa menahan nangis agar rey tidak tau, aku pun berkata kepada rey " sper*a mu masukan dalam tabung!"
"ah shi*t lagi enak gini jadi nanggung" rey pun mengeluarkannya di dalam tabung. rey bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Rey pun tertidur setelah itu, aku pun menangis tanpa suara di balkon. pasti papi yang tadi masuk, tapi sentuhan papi membuat ku candu, tapi aku ah ku buang pikiran kotor itu tapi wajah nya malah semakin jelas di pikiranku
***