Ternyata benar tante salsa, Ibu tirinya Atan memasak makanan favorit Naya. Ayam kecap pedas. Sementara buat Atan yang gak doyan pedas, khusus ayam kecap aja gak pake cabe.
Dari dulu Atan paling anti sama yang pedes-pedes karena perutnya yang sensitif sama cabe. Pedes dikit aja dia bisa bolak-balik WC. Tadi aja gara-gara sesuap samyang dia udah lebih dari tiga kali bolak balik WC. Untung aja sekarang udah gak lagi.
" Jadi gimana kuliahnya Aldo?" Tanya Om Roby, Ayahnya Atan.
" Lancar om. Cuma banyak tugas presentasi aja." Jawab Aldo sekenanya. Diantara Naya, Aldo dan Atan. Hanya Aldo yang paling normal urusan pendidikan. Gak neko-neko apalagi suka aneh-aneh waktu sekolah.
" Jangan kayak Atan dan Naya. Doyan banget ke ruang BK." Ucap Tante Salsa yang tau banget sifat anak tirinya dan teman dekatnya ini.
Naya dan Atan hanya cengar-cengir. Gimana pun juga orangtua Atan jauh lebih pengertian, walaupun mereka suka bikin ulah. Asal gak obat-obatan terlarang, hubungan seksual bebas atau balapan. Mereka masih memaklumi kebandelannya. Tapi kalo udah kelewatan, palingan uang jajan Atan dipotong. Kalo Naya kan paling hanya dinasehati.
Sebagai sahabat dari orangtua Naya, om Roby merasa bertanggung jawab juga dengan anak dari sahabatnya.
" Au lo Nay! Bikin ulah mulu! Capek gue bolak balik ke sekolahan lo. Mana pada genit lagi yang cewek." Aldo menyenggol lengan adiknya. Mengingat hampir seminggu sekali ia dipanggil ke sekolah untuk mewakili almarhum orangtuanya. Kalo masih ada tante Mirna sih pasti tantenya yang akan kesana.
Apalagi cewek-cewek di SMA Naya pada genit banget kalo Aldo datang kesana. Gak dipungkiri lagi karena wajah Aldo emang ganteng. Dengan alis tebalnya. matanya yang tajam dan rahangnya yang tegas. Untuk rambut pun sama seperti Naya, coklat gelap. Bikin siapapun tergila-gila.
Bahkan Rissa, salah satu geng yang dikenal doyan ngebully pun tunduk sama Naya karena ia adiknya dari Aldo. Rissa suka sama Aldo. Ya walaupun hanya ngefans aja karena sialnya Rissa mencintai Atan. Iya setan. Eh Atan maksudnya.
Sayangnya Atan sama sekali gak suka sama Rissa, tapi cewek itu selalu menjauhkan siapapun yang berani deket sama Atan. Lagi-lagi kecuali Naya.
Pertama karena Naya adiknya Aldo, cowok yang dia kagumi.
Kedua karena Naya jago beladiri terutama pencak silat. Rissa jelas gak mau ambil resiko buat ngelawan cewek itu.
Ketiga karena Naya sahabat Atan dari kecil. Kemungkinan Atan pasti membencinya kalo Rissa berani menyentuh seujung rambut Naya. Ini aja dia udah dibenci sama Atan gara-gara doyan ngebully cewek yang sok ngedeketin tuh cowok.
" Ya gapapa kan lo jadi bisa ketemu Rissa." Ledek Naya yang tiba-tiba inget mak lampir yang doyan ngebully itu.
" Ogah! Buat Atan aja. Kan dia cinta sama Atan." Aldo malah meledek Atan.
Atan bergidik ngeri mengingat cewek yang doyan banget jadi pembully di sekolahnya itu." Amit-amit dah. Mending sama Naya." Ia mengedipkan sebelah matanya kearah Naya dengan genit.
Naya ikutan bergidik ngeri." Guenya yang amit-amit sama lo!" Ucapnya. Walaupun sebenernya efek dari omongan Atan itu membuat jantungnya berdetak jauh lebih cepat. Atan jelas gak tau.
Tante Salsa dan Om Roby hanya tertawa melihat kelakuan anak muda didepan mereka ini. Setidaknya rumah ini tidak terlalu sepi jika ada dua orang tambahan.
Atan mulai bisa menerima kehadiran Salsa sebagai ibu tirinya, walaupun sikap badungnya sama sekali gak bisa dirubah.
Menurut Salsa ini sudah lebih dari cukup, punya keluarga kecil yang utuh. Yang bisa menerimanya dengan senang hati.
Salsa melirik ke Naya sembari tersenyum, karena anak itulah yang akhirnya menyadarkan Atan untuk menerimanya dikeluarga ini. Bagi Salsa, Naya dan Aldo seperti anak kandungnya sendiri. Seperti ia menganggap Atan sebagai anaknya.
………
Pagi ini SMA Kusuma dihebohkan lagi dengan aksi kejar-kejaran Naya dan Atan. Lagi-lagi cowok itu cari masalah sama Naya. Dengan menyembunyikan rok abu-abu cewek itu. Padahal tadinya rok itu ia tinggal di kelas karena hari ini jadwalnya latihan Silat di sekolahnya dan kebetulan Naya mengikuti eskul itu.
Sekembalinya dia ke kelas setelah latihan, rok yang tadinya ia jembreng di kursinya mendadak lenyap. Tanpa harus berpikir lagi, Naya tau pelakunya.
Si pelaku alias Atan lagi cengar cengir liat Naya ngos-ngosan mengejarnya. Karena cewek itu baru kelar latihan makanya rada kecapekan dan energinya sudah berkurang. Di sekolahnya ini emang eskul tidak diadakan hari sabtu aja tapi di hari biasa setelah acara belajar selesai.
Karena Atan setia kawan makanya dia nungguin Naya sampe kelar latihan silat. Tapi gak juga sih, karena ia, Bagas dan Aryo juga ada latihan basket. Jadwalnya kebetulan sama dengan jadwal latihan eskul silat.
" Kalo kena gue bunuh lo nanti!! Awas aja gue patahin tangan lo!!" Teriak Naya dengan susah payah karena napasnya ngos-ngosan. Sekarang ia masih mengenakan seragam silatnya akibat roknya yang disembunyikan si kampret Atan.
" Jadi mau patahin tangan gue apa mau bunuh gue nih Nay?" Ucap Atan dengan santainya sambil bersandar di dinding koridor kelas sepuluh. Ia masih mengenakan seragam tim basketnya dan keringet yang bercucuran di dahi dan tubuhnya yang malah membuat cowok itu makin keliatan cool. Bahkan adik-adik kelas mereka yang cewek sampe nahan buat gak ngeces melihat penampilan kakak kelas mereka.
Atan emang sengaja tebar pesona!!
" Lah itu rok lo Nay!" Bagas menunjuk pohon ceri yang diatasnya ada rok Naya lagi gelantungan.
" b******k Setan!" Maki Naya sambil berjalan menuruni tangga dan menuju pohon ceri yang tumbuh disamping lapangan basket.
" Gue kan baik Nay. Gue taro rok lu disitu biar gak lembap. Dikelas kan lembap nanti rok lu bau!" Sahut Atan dari bawah.
" Bacot lo!!" Maki Naya gak kalah keras sambil berusaha memanjat pohon ceri itu dengan keahliannya. Untung aja ia masih pake celana silat. Jadi manjatnya gampang.
" Wah Nay! Ntar jatoh lo!" Sahut Aryo yang ngeri liat Naya manjat-manjat pohon gitu. Apalagi pohon cerinya lumayan tinggi." Parah lo Tan!" Sahutnya ke Atan yang malah cengar cengir ngeliatin Naya dari koridor kelas sepuluh yang ada dilantai dua.
Naya berhasil mendapatkan roknya dan memasang senyum penuh kemenangan kearah Atan. Kemudian mengucapkan tanpa suara." Gue bunuh lo abis ini."
Walaupun jauh Atan yakin Naya sedang menyumpahinya seperti biasa." Gue bunuh lo abis ini." Atau." Gue bunuh lo nanti." Pasti gak jauh-jauh dari dua kalimat itu.
Tiba-tiba Naya kehilangan keseimbangan karena perkiraannya salah. Rantingnya terlalu rapuh untuk ia pijak sehingga badannya terlempar kebawah. Ia sudah memejamkan matanya, siap jika punggungnya menabrak apa saja dibawah. Untung-untung cuma keseleo dikit. Jangan sampe patah kayak tangannya dulu.
Gak sakit? Naya membatin. Jangan-jangan gue langsung mati?
Perkiraan Naya langsung lenyap begitu mendengar suara rintihan dibawahnya.
Dirga!
Cowok itu meringis kesakitan dengan posisi menopang tubuh Naya dengan kedua tangannya dan posisinya yang jadi jongkok karena beban tubuh Naya yang lumayan berat. Untungnya gak sampe ketindihan sama tubuh Naya.
Tatapan Naya dan Dirga saling bertumbukan, membuat Naya cepet-cepet mengalihkan pandangannya.
" Wah! Ini sih mendingan mati dah." Ucap Naya menyadari bayangan seseorang yang berlari cepat kearahnya dan Dirga sekarang.
" Lepasin Naya!" Ucap Atan yang dengan waktu sepersekian detik sudah ada didekat Naya dan Dirga.
Dirga langsung melepaskan Naya dan berdiri." Masih untung gue nolongin temen lo. Kalo gak dia udah jadi peyek sekarang." Ucapnya dingin. Merasa Atan gak ada rasa berterimakasih sedikit pun padanya.
" Dia mah jatoh dikit gak bakal jadi peyek." Ucap Atan yang tak ayal membuat Naya langsung bangkit dan menjambak rambut cowok itu." Aw!!! Sakit Nay." Ucapnya dengan wajah memelas. Bagas dan Aryo ikutan meringis ngeliat temen mereka dijambak seperti itu.
" Anjir ya omongan lo! Lo kira badan gue dari besi! Jatoh ke tanah gak kenapa-napa!" Ucap Naya yang gak abis pikir dengan omongan Atan barusan. Sekuat-kuatnya Naya, tetep aja jatoh dari pohon ceri ya paling untung juga keseleo. Paling parah mungkin tulang punggungnya patah.
" Iya ampun Nay!!" Mohon Atan dengan wajah melas. Naya langsung melepaskan jambakannya kemudian menatap Dirga.
" Makasih, Ga." Ucap Naya berusaha setulus mungkin walaupun kalimat itu terasa sangat sulit keluar dari tenggorokannya.
Dirga hanya menggangguk dengan wajah angkuh seperti biasa. Kalo aja bukan karena ditolongin Dirga, udah Naya tonjok wajah angkuh kayak gitu. Cowok itu langsung pergi.
Pletak!!!
Satu jitakan lagi mendarat di kepala Atan.
" Awwww!!! Naya kejem amat sih!!" Jerit Atan sambil memegangi kepalanya yang terasa nyut-nyutan." Gimana gue mau pinter coba?"
Naya melotot." Salah lo sendiri ngapain naro rok gue di pohon ceri! " ia langsung pergi untuk mengganti pakaiannya. Meninggalkan Atan yang kesakitan, Bagas yang nyengir seakan merasakan kesakitan Atan dan Aryo yang geleng-geleng kepala liat kelakuan sahabat-sahabatnya ini.
" Cuma Naya yang berani jitak setan ya." Ucap Bagas dengan nada polosnya.
" Iya Naya kan pawangnya setan." Tambah Aryo. Bikin Atan menatap ke mereka berdua dengan tangan terkepal." Ampun bos!"
" Belom pernah ditabok setan ya?" Ucap Atan dengan seringainya. Setidaknya ia butuh balas dendam atau biar teman-temannya merasakan penderitaannya juga.
" Setan mana bisa nabok. Kan makhluk gaib." Ucap Bagas yang lagi-lagi begonya kumat.
Aryo yang udah siap mau lari dari serangan Atan terpaksa balik lagi buat narik temennya yang lemotnya kelewatan jauh ini untuk ikut lari bersamanya." Kalo setannya kayak Atan, ngebunuh lo juga bisa bodoh!" Ucapnya gemas.
Mereka bertiga jadi lari-larian di koridor hingga tiba-tiba muncul satu cewek dari belakang koridor dan gak sengaja Atan menabraknya.
" Awww!!" Cewek itu menjerit dengan posisi jatuh terduduk dilantai.
" Duh!!! Sorry! Elahh lagi ngejar temen gue ngapa yang ketabrak elu sih." Atan langsung membantu cewek itu berdiri." Sorry ya."
Cewek itu hanya mengangguk.
" Gue baru liat lo kayaknya deh. Anak baru ya?" Tanya Atan menyadari wajah baru didepannya ini. Bukan berarti Atan hapal semua wajah di SMA Kusuma ini, tapi seenggaknya dia bakal merasa pernah ngeliat mukanya walaupun gak tau namanya.
Cewek berambut hitam sebahu itu mengangguk." Anak baru kelas sepuluh. Baru mau daftar sih."
" Pindahan ya?" Tanya Atan lagi. Karena gak mungkin ada anak baru kalo bukan pindahan menjelang semester dua gini.
Cewek itu lagi-lagi mengangguk. Kali ini dengan senyumnya yang memunculkan dua lengkungan di kedua pipinya.
Manis.
Itu penilaian Atan langsung.
" Gue Atan. Lo?" Atan mengulurkan tangannya.
" Caroline Fraynie. Panggil Fray aja." Fray menyambut uluran tangan Atan.
" Yaudah moga betah ya. Gue masih ada urusan negara." Ucap Atan yang keinget dengan dua temannya yang berhasil kabur itu.
Fray mengangguk kemudian Atan langsung pergi.
" Dia manis juga." Ucap Fray begitu Atan sudah pergi mengejar kedua temannya yang tadi juga berpapasan dengannya di lapangan parkir.