Part 10

1169 Words
"Nanay. Gue sama Mario sebenernya suka sama lo," ucap Anggara sambil menunduk didepan Naya yang baru selesai latigan silat. Mario mengangguk setuju. Dua orang paling konyol dan kocak dikelas mereka tiba-tiba menyatakan perasaan ke seorang Naya yang dikenal paling galak dan jago beladiri. Patut diacungi jempol untuk keberaniannya. " Tapi kita sadar kita gak bakal bisa Nanay terima. Soalnya kita tau Nanay suka sama Atan." Naya menatap gak percaya. Dua orang ini adalah yang pertama kali mengetahui perasaannya ke Atan. Perasaan lebih dari sahabat tepatnya. " Tapi tenang kita gak bakal bocor kok kalo itu yang Nanay takutin." Anggara menyadari raut kekhawatiran di wajah Naya. " Tapi kalo nanti Naya gak suka sama Atan lagi. Kasih tau kita ya. Kali aja kita ada kesempatan," ucap Mario yang akhirnya buka suara juga." biar gue sama Gara saingannya sportif nanti." Gara adalah panggilan Mario ke sahabatnya itu. Mereka adalah dua murid baru yang masuk bareng waktu kelas satu di semester dua. Langsung sekelas sama Naya. Karena Naya cewek galak tapi manis, makanya mereka langsung deketin Naya. Hingga dateng satu lagi anak baru di semester dua waktu kelas delapan. Namanya Dilan. Dia juga suka sama Naya dan lebih over malah. Karena suka ngirimin Naya surat di mejanya hingga menbuat sampah berserakan di meja Naya. Tapi Naya memaklumi karena Dilan menyukainya. Ia gak mau melukai orang yang punya perasaan padanya karena ia tau itu pasti sakit. Tapi kadang Dilan lepas kontrol kalo liat Mario dan Anggara lagi ngobrol sama Naya. Dilan suka tiba-tiba nimbrung atau membuang coklat yang akan Mario dan Anggara berikan ke Naya. Hingga entah kenapa puncaknya mereka bertiga berkelahi di halaman belakang sekolah sampe Dilan bercucuran Darah dan badan penuh lebam. Cowok itu pun dibawa kerumah sakit. Dan akhirnya koma selama dua hari sebelum meninggal. Sementara kabar mengejutkan lagi datang saat tiga bulan setelah kepergian Dilan, Mario dan Anggara kecelakaan di jalan. Mobil mereka menabrak trotoar hingga membuat keduanya koma bahkan sampe dua bulan gak sadar. " Arghhh!!" Naya terbangun dari tidurnya. Ia mengusap keningnya yang penuh keringat. Mimpi soal masa lalunya benar-benar jelas. Ia masih ingat gimana wajah Mario dan Anggara waktu mereka koma dan siuman sebentar. Tapi Naya hanya ngobrol sebentar sama mereka saat mereka siuman. Namun Besoknya saat Naya mau jenguk mereka lagi ternyata pada malamnya Mario dan Anggara sudah pergi. Bahkan persahabatan mereka dibawa sampai mati, mati pun bersama. Naya mengusap air mata yang mengalir tiba-tiba melewati pipinya. Ia rindu dengan kedua orang i***t itu. Bahkan ia rindu dipanggil Nanay ataupun dikipasin waktu AC kelas mereka mati dan Naya yang saat itu abis latihan silat kegerahan. Dengan bodohnya juga Mario malah meniupnya, yang ada malah bikin Naya kegelian. Jelas Naya langsung menghadiahi cowok itu dengan pukulan kecil tentunya, tapi Mario malah ketawa ngakak. " Lo kenapa?" Kepala Aldo malah nongol dari pintu kamar Naya, bikin cewek itu hampir aja menjerit ketakutan. " Lo bikin gue jantungan tau gak!!" Tapi tetep aja Naya teriak seperti biasa. Aldo malah cengengesan dan masuk kekamarnya Naya. Tadi ia lagi nerusin tugasnya diruang keluarga tapi denger suara Naya teriak dari kamarnya. Karena khawatir makanya Aldo langsung lari kesini. " Mimpi buruk?" Ia menyingkirkan poni yang menutupi wajah adik semata wayangnya ini. Naya menggeleng. " Gue mimpiin Mario sama Anggara." Aldo mengerti. Ia juga kenal dengan dua orang yang suka main ke rumah mereka ini waktu Naya masih SMP kelas tiga. Bahkan mereka gak tanggung-tanggung bawa makanan dan coklat kalo kesini demi bisa main atau sekedar nonton film bareng sama Naya. Kehilangan dua orang itu cukup bikin Naya shock. Mungkin ia gak percaya dengan kejadian-kejadian yang menimpanya saat itu. Kematian Dilan, lalu dilanjut Mario dan Anggara. Semuanya orang yang menyukai Naya. " Mungkin gak sih kak ada reinkarnasi seseorang yang udah mati?" Aldo menaikkan sebelah alisnya." Maksud lo kayak di film-film gitu? " Naya mengangguk takut. Bukan ia takut Mario ataupun Anggara muncul kembali dengan sosok lain, tapi ia cuma ngerasa aneh aja. Atau sebenernya emang takut? " Disekolah ada anak baru kelas sepuluh namanya Bara. Sikap dia mirip banget sama Anggara dan Mario. Manggil gue nanay juga lagi dan ngasih coklat dengan kotak persis kayak yang Mario sama Anggara kasih dulu." Ia menunjukan kotak yang tadi pagi Bara berikan. Aldo mengangguk mengerti jika adiknya masih teringat dengan dua orang yang sama sekali gak ia sangka akan pergi duluan itu. " Hilangin rasa bersalah lo karena lo nyesel gak pernah bales perasaan mereka. Biar mereka tenang disana. Reinkarnasi sih menurut gue gak ada. Mungkin kebetulan aja mirip. Lumayan kan ngilangin kangen sama mereka?" " Iya sih. Jadi gue harus bersikap gimana ke Bara?" Ucap Naya sambil menyender ke d**a kak Aldo yang bidang ini. Gak sia-sia kakanya ini rajin nge-gym setiap minggu. " Ya bersikap biasa aja. Kayak temen biasa, "ucap Aldo sambil mengusap punggung tangan adiknya. " Iya deh kak. Gue coba. Gak mungkin juga ya Anggara atau Mario balik lagi buat bales dendam ke gue." Naya terkekeh. " Ya gak lah. Mereka berdua tulus sayang sama lo tau." Aldo menjitak pelan kepala adiknya itu, Naya malah ketawa. " Yaudah tidur lagi gih. Besok joging yuk mumpung weekend." " Oke deh." Naya mengacungkan jempolnya. ..... Paginya Pas lagi lari bareng Aldo keliling komplek, Naya ngeliat Atan lagi bantuin tante Salsa bersihin rumput di halaman depan rumah mereka. " Tukang kebun baru ya Nte!!" Teriak Naya yang langsung dibalas tatapan tajam Atan. Sementara tante Salsa malah tertawa. " Yang rajin ya nanti dipecat loh!" ucapnya lagi sebelum melanjutkan lari paginya. " Berisik lo!!" " Udah baikan?" tanya Salsa dengan suara lembutnya. " Orang gak marahan kok mah." Atan mengelak. Salsa hanya tersenyum mengerti. Gak jauh dari rumah Atan, ada rumah Aryo dan Bagas. Kedua cowok itu lagi main bulu tangkis di jalanan depan rumah mereka. Naya sengaja menabrak Bagas hingga membuat cowok itu menjatuhkan raketnya dan "kok"nya terjatuh ke aspal. " Naya mahhh!" Teriak Bagas dengan nada manjanya bikin Aryo dan Naya enek sendiri sementara Aldo geleng-geleng kepala. " Udah ayok, Nay! Gangguin anak orang mulu." Aldo langsung menyeret Naya untuk melanjutkan lari pagi mereka. " Dadahhhhh!!" Naya melambaikan tangannya ke Aryo dan Bagas. Mereka cuma nyengir kemudian melanjutkan permainan bulu tangkisnya. " Ketoprak dua, pak," ucap Aldo begitu mereka menyelesaikan beberapa putaran di komplek dan taman ini. Naya langsung duduk disamping Aldo, di tepi trotoar taman yang hari ini lumayan rame karena banyak yang olahraga pas weekend. Gak lama pesenan mereka dateng dan Naya langsung melahapnya. Olahraga bener-bener menguras tenaganya. Untung aja ia bukan tipe cewek yang makan dikit langsung gemuk. " Lah itu kan Atan, " ucap Aldo sambil menatap seorang cowok yang baru aja masuk mobil sama cewek diujung komplek. Fray . Gak usah Naya tegesin, rambut sebahu hitam itu jelas milik Fray. " Dia udah punya cewek?" Aldo balik menatap ke adiknya. Naya hanya angkat bahu, sok gak peduli. " Gila ya. Awas aja lo jangan galau lagi kayak dulu. Capek gue buangin tisu bekas ingus dari kamar lo," ucapnya mengingat bagaimana dulu Naya kalo galau didalem kamarnya. Selain samsak dirumah mereka yang selalu jadi sasaran, maka stok tisu pun bakal cepet abis. " Apaan sih! Siapa juga yang galau!" Naya cemberut. Kakanya ini memang menyebalkan. Selain Aldo, Mario, Anggara, Aryo dan Bagas. Hanya mereka yang tau kalo Naya suka sama Atan. Tambah satu lagi, orang yang gak Naya duga bakal tau soal perasaannya ke Atan. Dirga. Cowok itu ternyata juga menyadarinya. Tapi kenapa Atan enggak?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD