Part 11

1163 Words
Naya mendelik ke cowok yang duduk disebelahnya karena lagi-lagi pulpennya menghilang. Atan. Cowok itu sudah kembali jahil dan Naya gak mau ambil pusing soal hubungan Atan dan Fray. Biarlah itu menjadi urusan mereka, Naya hanya akan menjaga cowok itu dari jauh. Seperti biasanya. Kadang Atan akan makan bersama Naya, Aryo dan Bagas. Kadang cowok itu makan bersama Fray di taman. Naya gak masalah selagi Atan masih inget dengan sahabatnya. " Pulpen gue mana setan!" " Khanaya! Jangan berisik!" Sahut bu Alma yang merasa terganggu. " Pulpen saya dicolong setan bu!" Sahut Naya, mengadu. Atan langsung mengembalikan pulpen milik Naya sambil memonyongkan bibirnya. " Mana ada setan nyolong pulpen. Ada juga nyolong duit." Bu Alma malah menanggapi. " Tuyul bu yang nyolong duit mah." Sahut Bagas mengoreksi pendapat gurunya itu. Bu Alma hanya membenarkan letak kacamatanya tanpa membalas ucapan Bagas lagi. Muridnya kalo diladenin bakal makin jadi. Sementara murid-muridnya yang lain menahan tawa. Begitu jam istirahat bunyi. Atan langsung bangkit dari kursinya dan bersiap keluar kelas. " Sama Fray?" Tanya Naya yang sebenernya udah tau jawabannya. Atan mengangguk sambil tersenyum. Akhir-akhir ini cowok itu tersenyum lebih manis dari biasanya. Karena Fray kah? Didepan kelas Atan bertemu dengan Dirga yang kebetulan mau masuk ke kelasnya. " Ngapain lo disini?" Sungut Atan karena Dirga gak biasanya main ke kelasnya. " Mulai deh." Naya mengusap wajahnya melihat dua orang didepan kelas itu mulai beradu mulut. " Mau ketemu Naya lah. Yakali mau ketemu lo. Minggir!!" Dirga mendorong dengan mudah bahu Atan yang menghalangi jalannnya kemudian nyamperin tempat duduk Naya. Atan malah mengekori Dirga. " Ngapain ketemu Nayanya gue?" Tanyanya yang jelas bikin Pipi Naya mendadak panas karena sebutan "Naya-nya" Atan. " Sejak kapan? Lo kan sama Fray. Naya juga gak masalah tuh sama gue." Ucap Dirga yang acuh. " Naya. Bilang ke dia kalo lo gak suka deket - deket sama nih kutu busuk!" Ucap Atan sambil menatap Naya sementara cewek itu malah nyengir. " Ah! Rese!" Menyadari dirinya telah kalah, Atan langsung keluar dari kelasnya. " Kak Atan." Ucap Fray yang berpapasan dengan Atan didepan kelas. " kenapa?" Tanyanya menyadari wajah kesal Atan, kemudian mengintip ke dalam kelas Atan dan melihat Dirga dan Naya yang sedang mengobrol di dalam kelas mereka. " Jangan diliat. Udah yok makan." Atan menutupi mata Fray dengan kedua tangannya lalu mengajak cewek itu pergi ke kantin. Sementara Naya menghela napas lega, begitu juga dengan Aryo dan Bagas. Mereka sampe capek kalo ngadepin Atan yang akhir-akhir ini tempramental banget. Apa-apa selalu ujungnya berantem. " Kenapa nyariin gue Ga?" Tanya Naya menyadari kalo kehadiran Dirga disini katanya untuk mencarinya. " Mau ngajak makan aja. Boleh kan?" Tanya Dirga dengan wajah dinginnya. Ini sih bukan ngajak, tapi kesannya kayak maksa kalo tampangnya dingin begitu. Batin Naya. Tapi kemudian cewek itu mengangguk setuju. " Yuk! Ditraktir kan!" Ia menarik tangan Dirga untuk cepat keluar dari kelasnya. Dirga menatap cewek yang menggandengnya ini dengan aneh. Naya pinter nyembunyiin perasaannya. Itu yang Dirga tau. Bagas dan Aryo saling menatap. " Induknya ilang lagi. Udah pada punya keluarga baru. " ucap Bagas dengan nada sedih . Aryo jadi ikutan sedih juga. ..... Dirga menatap Naya yang lagi melahap somaynya dengan lahap sambil sesekali menyedot es teh manisnya. Walaupun cewek ini terkesan galak dan sangat diluar, kenyataannya hati cewek ini jauh lebih rapuh. Semua itu gara-gara Nathan Airlangga. Tadinya Dirga pikir ia akan merebut Fray dari Atan buat bales dendam ke cowok itu. Tapi entah kenapa Dirga sama sekali gak tertarik dengan cewek yang katanya manis dan imut kayak boneka itu. Katanya. Tapi menurut Dirga masih cakepan Naya kemana-mana. Bahkan cewek ini lagi latihan silat pun tetep cantik. Eh! Kenapa juga gue muji Naya terus. Dirga membatin. Mungkin karena mereka sama-sama tersakiti jadi Dirga bisa ngerasain apa yang Naya rasain. Walaupun jauh dalam hatinya ia ingin membahagiakan Naya. Menurutnya jarang ada cewek yang tahan memendam perasaan selama itu dengan kedok persahabatan. Atan aja yang bodoh nyia-nyiain cewek kayak Naya. Kalo aja ada kesempatan dan cara buat ngebahagiain Naya, pasti akan Dirga lakuin. Demi mengembalikan senyum asli cewek ini. Sebelum kehadiran Fray. " Kenapa ngeliatin gue mulu?" Tanya Naya yang merasa diperhatikan oleh Dirga. " Uhuk!" Dirga tersedak somaynya dan langsung meminum es tehnya tanpa sedotan. Naya malah ketawa . " Sialan!" Umpatnya. " Lagian bengong aja. Keselek kan." Ucap Naya, cuek. " Abis ini latihan silat kan. Lo udah daftar masuk ke kelas mana?" Dirga mengingatkan. Naya mengangguk." Udah kok tinggal fokus latihan dan pertahanin berat badan aja." " Bagus. Nanti balik latihan gue anter pulang." Ucap Dirga sambil bangkit dari kursinya dan membayar makanan mereka. " Kok jadi lo yang bossy?" Tanya Naya namun gak menyembunyikan senyum di wajahnya. " Tapi lo seneng." Ucap Dirga yang seakan menggodanya. " Tuh senyum-senyum." " Suka-suka gue dong!" Naya langsung berjalan mendahului Dirga. Dari taman, sikap Naya dan Dirga membuat siapapun yang melihatnya akan envy dan iri. Mereka seperti pasangan baru. Fray beranjak dari tempat duduknya, Atan menatapnya bingung. " Gue mau ke toilet." Cewek itu nyengir. " Yaudah sono. Jangan lama-lama. Udah mau bel." Ucap Atan sambil menyantap nasi gorengnya kembali. Fray membuntuti Naya yang sedang berjalan di koridor lantai satu menuju tangga ke kelasnya. " Kak Naya!" Sapanya sambil tersenyum lebar, membuat yang disapa langsung berbalik. " Hay Fray. Kenapa?" Balas Naya dengan senyum yang gak kalah lebar. Seakan berusaha menyaingi senyum dari cewek dihadapannya ini. Sejak Kejadian Naya menolong Fray dari bullyan Rissa dkk, Naya gak pernah sekalipun ngobrol secara langsung dengan Fray seperti sekarang ini. " Lo sama Dirga deket ya? " tanya Fray dengan nada mengintimidasi membuat Naya mau gak mau menaikan sebelah alisnya. Fray buru-buru merubah nada suaranya sebiasa mungkin. Lalu berdehem. " Iya lo pacasan sama Kak Dirga ya ? Kalian unyu banget abisan . Kak Dirga dingin banget tapi lonya galak kak. Jadi lucu liatnya." Naya terkekeh. " Gak kok. Cuma temen." Jawabnya dengan wajah bersemu. Fray menyadari. " Ohh iya gue sama Atan baru jadian loh! Lo gak mau kasih selamat ke gue kak?" Biasanya hati Naya akan langsung mencelos atau ia bahkan akan menangis saat ini juga kalo tau lagi-lagi Atan jadian sama cewek. Tapi sekarang rasanya gak sesakit itu. Udah biasa aja. Atau karena Naya udah terbiasa dengan perasaannya yang gak pernah terbalaskan? " Ohh. Selamat ya!" Naya mengucapkan selamat sambil menyalami tangan Fray dengan senang hati. " Langgeng sama sahabat gue. Kalo gilanya kumat, sembur aja pake aer tajin. Ampuh kok!" Fray terkekeh mendengar ucapan selamat Naya yang terdengar tulus ini. Bukan seperti yang ia harapkan . Ia langsung pergi meninggalkan Naya setelah pamit ke cewek itu. Naya berlari ke halaman belakang sekolah dan menangis sejadi-jadinya. Ia tau hatinya gak sesakit biasanya tapi tetep aja sakit. Jika dulu Kanya hanya mempermainkan Atan, apa sekarang Fray bener-bener serius sama Atan? Tapi cewek itu keliatan suka banget sama Atan. Gak mungkin kan Fray bakal nyakitin Atan kayak Kanya dulu . Berarti udah gak ada kesempatan lagi buat Naya? " Ssstt. Aer matanya abisin aja biar gak bisa nangis lagi." Ucap seseorang yang tiba-tiba memeluk Naya. Tanpa Naya cari taupun ia udah tau siapa orang yang bakal ngomong kayak gitu. Orang yang tadinya Naya anggap sebagai sosok reinkarnasi dari Anggara ataupun Mario. Bara. " Kenapa sih lo mirip banget sama Anggara dan Mario? Gue jadi kangen mereka tau." Ucap Naya disela isakannya. Mereka juga pasti kangen sama lo. Bara membatin sambil mengusap lembut puncak kepala Naya untuk menenangkan cewek ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD