Shieldon

1095 Words
Chubby meningkatkan kekuatannya. Ilusinya berhasil membuat petugas keamanan yang agak jauh dari jangkauannya berdiri tegak. Petugas yang tadinya akan mendekati Minami kini diam di tempat dengan pandangan fokus pada satu titik. “Sheeva, bawa Minami kemari!” kata Avalon memberi perintah. “Aku merasakan udara berubah di sekitar permata itu. Ada yang bergerak tak kelihatan wujudnya.” Semua penyihir yang mendengar kata-kata Avalon memperhatikan sekitar permata. Seperti yang dibilang, udara di sekitar permata berubah. Seseorang yang tak kelihatan wujudnya sedang mengelilingi permata dan sepertinya berusaha membuka penutup yang melindungi permata. Tapi tentu saja nggak mudah membuka penutup itu. Butuh kunci dan pasword khusus. Namun yang hendak mencuri permata bukan wanita biasa. Dia seorang yang memiliki kemampuan untuk membuka kunci dengan mantra. Perlahan penutup permata membuka dan dalam sekejap permata itu hilang ke udara. Marylin yang melihat perubahan itu berteriak kencang bersamaan dengan bunyi alarm. Avalon melihat permata itu jatuh ke lantai. Dengan cepat dia berlari ke arah permata dan mengambilnya. “Hentikan! Hentikan suara ini! Telingaku sakit! Sakit sekali!” perlahan terlihat ada sosok pudar berdiri di dekat kotak kaca. Seorang perempuan mungil sedang menutupi telinganya sambil membungkuk. “Hentikan tolong! Siapapun hentikan suara ini. Sakit sekali,” rintihnya. “Wahai penyihir, dengarkan suaraku. Aku Avalon, pangeran negeri cahaya. Apa kamu mau mendengarku?” kata Avalon sembari menyentuh kening wanita itu untuk membuatnya sadar dan fokus. Wanita itu terhenyak dan memandang Avalon ketakutan. “Tu-tuan? Ke-kenapa ada di sini?” “Kareana kau membuurumu. Berikan kesetiaanmu padaku dan akan kuampuni dirimu.” “Ke-se-ti-aan?” tanyanya terbata. “Sejak dulu kesetiaanku tak pernah berpaling. Selalu pada keluarga kerajaan. Kami melayani kalian dengan baik. Tapi apa yang aku dapat?” “Izin untuk tinggal di negeri yang kelak akan aku pimpin.” Shieldon tertawa kencang sekali. “Lalu apa setelah izin diberikan? Kamu bahkan tak melindungiku ketika nyawaku selalu saja dalam bahaya. Kamu membuat hidupku berada di bawah bayang-bayang setiap saat. Dan akhirnya, aku ketakutan karena para pesuruh Dark Lord mengejarku!” “Hhh, jadi dia jua mengincar kamu?” “Aku berhasil kabur dari penjara para pengikutnya. Tentu saja dengan kemampuan menghilangku. Dan aku kabur ke sini sampai kamu menemukanku. Hidupku baik-baik saja dan sekarang hidupku nggak akan baik-baik saja! Kenapa kamu nggak membiarkan aku Avalon!” teriaknya cukup keras. Shieldon masih menutupi telinganya. “Marylin, berhentilah,” perintah Avalon. Lengkingan menyayat hati itu terhenti. Minami yang berada dalam pengaruh sihir pun terkulai lemah. “Saya akan membawa pada Tuan Satya,” kata sheeva meminta izin dari Avalon. “Cepat kembali ke sini,” kata Avalon. Sheeva mengangguk dan langsung menghilang dengan tubuh Minami dalam gendongannya. “Urusan kita belum selesai Shieldon. Kalau kamu ingin selamat dan nggak bersembunyi seumur hidup, bergabungnya denganku. Kita kembali ke Milesphere dan selamatkan negeri kita dair kehancuran karena ulah Dak Lord. Bukan cuma kamu yang merasa ketakutan, ada banyak penyihir lain yang juga punya perasaan sama di negeri kita. Tapi aku nggak bisa berjuang sendiri. Aku terluka dan kini dalam proses penymebuhan. Kekuatanku pun hilang.” Avalon tak ingin Shieldon merasa terancam dengan kehadirannya, dia menceritaka semua yang harus didengar wanita mungil itu. “Ka-mu kehilangan kekuatan?” tanyanya heran. Avalon yang berada di hadapannya ini tak terlihat seperti penyihir lemah. “Tidak semua hilang. Hanya bakat bawaan saja yang tidak hilang. Tapi itu lebih dari cukup untuk membuatku tak percaya diri berperang. Kalau tetap nekat, aku akan mati. Kalau aku mati, tak ada yang bisa memimpin negeri dari kebaikan. Dark Lord menguasai dan Milephere yang damai akan hilang.” “Tak mungkin.” “Apa yang tak mungkin?” “KAmu pangeran kami. Jika yang terhebat saja tak bisa mengalahkan Dark Lord, lalu siapa yang bisa?” “Kita semua,” kata Marylin dengan bijak. “Menyatukan kekuatan, itu kuncinya.” Shieldon diam sejenak dan menimbang keputusannya. Setelah lama terdiam, dia mengangguk mantap. “Ayo kita lakukan, kita berperang dengan Dark Lord.” Baby Chubby bertepuk tangan mendengarnya. Akhirnya pasukan kecil mereka di bumi manusia sudah lengkap. Tinggal menunggu saat yang tepat untuk kembali ke negeri cahaya. “Avalon, kamu bilang ada tuujuh penyihir yang harus kamu kumpulkan. Dua lagi mana?” tanya Marylin. “Menunggu kita datang. Dia seorang penyihir angin dan satu lagi, naga bertanduk yang kalian tau seperti apa kekuatannya.” Naga bertanduk adalah makhluk paling purba yang ada di Milesphere. Kemunculannya ditakuti oleh banyak orang. Bukan saja tubuhnya yang bisa terbang dan sangat besar tapi juga sembuaran apinya yang maha dahsyat. Konon naga bertanduk pun bisa berjalan dengan dua kaki layaknya manusia dan juga bisa berbicara dengan sesama penyihir. BElum ada yang bisa memastikan kebenaran cerita itu karena sudah lama makhlluk purba itu tak terlihat. “Aku tak pernah melihat naga bertanduk seumur hidupku,” kata Shieldon lirih. “Aku tak bohong, akan aku tunjukan pada kalian kalau kita sudah tiba di Mileshpere. Sekarang, mari kita rayakan kebersamaan kita ini.” Avalon mengajak semuanya kembali ke apartemen Jorgi di mana Sheeva masih emngobati Minami dengan Satya dan Jorgi mengelilingi sosok Minami yang terbaring lemah di kasur. “Bagaimana dia?” tanya Avalon melihat wajah pias Minami. “Tak ada perubahan. Masih belum safar juga.” “Memangnya apa yang sudah terjadi sampai Minami tak sadarkan diri seperti ini?!” bentak Satya marah. “Sabar Satya. Jangan salahkan kami. Ini karena kemampuan bertahannya yang buruk jadi dia mudah dipengaruhi oleh kekuatan Chubby dan Marylin. “Kenapa bisa begitu? Bahkan Jorgi yang manusia biasa saja nggak gampang terpengaruh oleh sihir Marylin!” “Itu karena dia mengenakan kalung dengan Senal di dalamnya. MAkanya dia tidka bisa dipengaruhi oleh kekuatan dari penyihir lain.” “Kalau gitu buatkan kalung yang seperti itu untuk Minami. Sheeva, kamu kan bisa membuat kerajinan apa saja, ayo buatkan satu seperti yang dulu dipakai Jorgi! Biar Minami nggak terlluka tiap kali kalian berperang.” “Hamba tak bisa membuat hal yang seperti itu, Tuan!” Satya geram, dia nggak tega melihat kondisi MInami yang kelihatannya makin buruk. “Kalau begitu … jangan coba-coba membawa Minami pulang ke negeri kalian! Aku nggak akan mengizinkan Minami untuk ikut!” “Jangan egois Satya!” bentak Avalon. “Minami sangat diperlukan untuk membuat pasukan kami menang!” “Penyihir bodoh seperi dia nggak akan membantu apa-apa! Kalian cuma bakalan celaka saja!” “Itu nggak benar! Minami akan sangat bermanfaat dan aku sudah merangcang strategi khusus!” “Persetan dengan kalian semua! Aku nggak mau kehilangan Minami!” teriak Satya dengan air mata berlinang. Avalon menunduk, paham apa yang sedang dialami Satya. Tapi dia nggak punya pilihan, dengan cara apa pun, Minami harus ikut dengannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD