Mencari Shieldon

1098 Words
"Aku sudah membebaskanmu Senal. Apa kamu mau kembali ke negeri kita?” tanya Avalon pada peri hutan itu. “Kembali ke sana dan jadi tawanan Dark Lord? Aku nggak mau jadi pesuruh lagi. Dark Lord pasti memaksaku untuk berperang melawan kamu Pangeran.” “Terima kasih.” “Terima kasih untuk apa? Aku nggak lagi membelamu Pangeran. Aku cuma nggak mau disuruh-suruh lagi. Lagipula, negeri ini sepertinya lebih menjanjikan. Aku mungkin bisa tinggal di sini saja.” “Negeri ini berbeda dengan negeri kita. Jangan sampai kamu membuat onar di sini.” Senal terkekeh dan mengedipkan bola matanya yang memiliki bulu mata lebih lebat dari manusia. “”Aku peri hutan. Sedikit nakal itu ciri khas kami. Lagian dengan ketampananku, kupikir bisa dengan mudah mendapatkan kerjaan apa saja.” “Terserah kamu. Yang jelas urusan kita sudah beres. Kamu bebas dan terserah saja mau melakukan apa.” Senal tersenyum pada Avalon dan memandang yang lainnya untuk berpamitan. Perlahan, tubuhnya memudar dan lama-lama menghilang. Avalon mendengkus memandangnya. “Huh! Dasar tukang pamer!” “Maksudmu?” tanya Jorgi ingin tau. “Bagi kami, punya kemampuan memudar seperti tadi adalah sihir yang cukup tinggi. Bukan sekadar teleport seperti yang biasa dilakukan.” “Namanya juga peri hutan. Kenapa harus heran?” sindir Marylin. “Kalau aku mau, aku bisa mencarikan agensi untuknya dan menjadikan dia foto model atau aktor. Sayangnya aku nggak suka sama sifat pamer makhluk golongan mereka.” “Minami suka peri hutan. Mereka nakal tapi baik hati. Sering memberikan Minami buah-buahan hutan.” “Kamu sih semuanya dianggap baik. Apa yang nggak baik menurutmu?” sindir Avalon. “Ada. Pangeran kalau lagi marah-marah,” kata Minami sambil menjulurkan lidahnya. Avalon menahan kesal. Melihatnya, Sheeva langsung mengalihkan perhatian. “Kalau penyihir selanjutnya yang akan kita tangkap punya kemampuan bersembunyi, bisa jadi dia ada di sekitar kita. Diam-diam mengamati kita.” Avalon menoleh pada Sheeva. “Bisa jadi. Aku juga nggak tau gimana cara menemukannya. Kita nggak bisa apa-apa sampai menemukan cara untuk melumpuhkan tamengnya.” Semua yang ada di ruangan itu terdiam. Mereka memenuhi pikirannya dengan berbagai cara untuk melumpuhkan Shieldon, penyihir wanita yang seumur hidupnya bersembunyi. “Setiap penyihir yang datang kemari itu rata-rata dibuang sama kamu Avalon. Aku paham bagaimana ulah Marylin dan Chubby. Nah kalau orang yang suka sembunyi ini, apa yang membuatnya dibuang?” “Perkecualian, dia tidak dibuang. Dia ketakutan karena setiap waktu ada saja penyihir yang ingin membunuhnya. Ketika penyihir mati, mata kemampuannya bisa diambil oleh si pembunuh. Rata-rata penyihir kami memiliki kemampuan standar. Kalau pun ada yang punya kemampuan unik, itu jumlahnya nggak banyak. Shieldon, penyihir yang punya bakal alami. Bukan melalui prodes belajar.” “Wah, ada sekolah juga di sana? Seperti Harry Potter?” “Aku nggak tau apa itu Harry Potter. Namanya terlalu aneh buatku. Tapi di tempat kami ada sekolah yang gunanya untuk meningkatkan kemampuan sihir dan mempelajari banyak mantra baru dan berguna.” “Kerennn! Apa manusia sepertiku bisa belajar di sana?” tanya Jorgi berharap. “Bisa kalau kamu punya undangan khusus dari kepala sekolahnya,” kata Avalon sinis yang disambut pandangan kesal dari Jorgi. “Kembali pada Shieldon, dia nggak mungkin berdiam diri di suatu tempat tanpa makan dan minum. Dan dia harus bekeja. Menurut kalian, pekerjaan apa yang cocok untuknya?” tanya Sheeva. Semua kecuali Marylin terdiam dan mencoba berpikir. Marylin terkekeh, membuat semua orang memandang padanya. “Apa yang lucu?” tanya Avalon. “Kalian pikir saja, kira-kira pekerjaan apa yang cocok untuknya. Kemampuannya menghilang dan dia butuh makan untuk bertahan hidup.” Orang di ruangan memandang Marylin. “Pencuri!” seru Minami keras. Membuat mereka terhenyak, membenarkan apa perkataan Minami. Pencuri. Sekarang mereka berurusan dengan pencuri yang paling susah ditangkap. *** Pameran permata terbesar diadakan di salah satu ballroom hotel bintang lima. Penjagaannya ketat sekali dan setiap orang yang datang diperiksa dengan ketat. Tidak diperkenankan membawa kamera, ponsel, dompet, atau mengenakan tuxedo. “Penjaganya banyak sekali,” kata Minami lirih. Karena sulitnya mendapatkan undangan masuk, hanya beberapa saja yang bisa masuk ke dalam ruangan itu. Jorgi dan Satya yang dianggap merepotkan tak ikut masuk. “Menurutmu dia bakal datang ke sini?” tanya Avalon pada Marylin. “Dari informasi di internet, pencurian permata banyak terjadi akhir-akhir ini. Dan definisi pencurinya cocok sekali dengan Shieldon. Tak ada yang bisa melihat siapa pencurinya dan permata menghilang begitu saja. Seperti diambil oleh orang yang tak terlihat.” “Dan permata yang diambil selalu yang paling mahal?” “Selal yang paling mahal dan berharga,” kata Marylin menatap pada permata yang berada di tengah ruangan. Berlian terbesar berwarna kemerahan. Orang-orang menyebutnya berlian darah. “Ada roh jahat bersemayam di dalamnya,” kata Avalon. “Keluarga yang memiliki berlian itu selalu mati ddalam keadaan mengenaskan. Karenanya dia disebut berllian darah. Seolah berlian itu haus darah dan melakukan pembunuhan dengan kecantikannya.” “Aku harus membersihkannya.” Avalon bersiap mengucapkan mantra. Namun MArylin memegang tangan untuk emncegahnya. “Jangan membuat Shiedon curiga. Mungkin maksudnya mencuri karena dia tau ada kekuatan jahat bersemayam di dalamnya.” “Tapi makanan dia bukan roh jahat.” “Roh jahat bisa melindunginya selama keinginannya dipenuhi. Ingat, Shieldon adalah penyihir yang ketakuan. Akan lebih baik baginya kalau punya penjaga yang bisa diandalkan.” “Dan roh jahat itu penjaganya.” Marylin mengangguk, membenarkan perkataan Avalon. Sekarang mereka sadar siapa penyihir yang sedang mereka buru. Bukan saja mereka harus berhadapan dengan seorang penyihir level 6 tapi juga harus menghadapi banyak roh jahat yang mengelilinginya. “Pasang mata telinga dan juga buka mata batin kalian. Shieldon mungkin bisa menghilang, tapi perasaannya tidak. Kita ikuti saja perasaan orang-orang di ruangan ini,” perintah Avalon. Mereka menyebar di sekitar ruangan. Pura-pura menikmati dan antusias dengan barang yang dipamerkan. Sampai pada suatu ketika, perasaan halus Sheeva merasakan kehadiran seseorang dengan banyak tangisan. Begitu seringnya dia menangis sampai Sheeva bisa merasakan getar air matanya yang mau keluar dar pelupuk mata. “Chubby!” kata Avalon lirih pada Mancare yang ada di sebelahnya menggendong Chubby. Bayi itu paham apa tugasnya. Dia pun menciptakan ilusi yang hanya bisa ditangkap oleh penyihir saja. Sebelum pameran ini, mereka sudah berlatih bagaimana caranya supaya ilusi Chubby tak bisa mempengaruhi mereka. Hal menyulitkan terjadi pada penyihir dengan pikiran random seperti Minami. Chubby pasti bisa mempengaruhi pikiran Minami dan membuat wanita itu ikut dalam permainannya. Walau sudah berpikir keras, tetap saja Minami terkena pengaruhnya. Wanita itu berjalan linglung mengelilingi ruangan. Pikirannya kadang kosong kadang berisi penuh. “Seharunya kita kurung saja dia di rumah Pangeran. Sekarang apa yang sedang dilakukannya?” tanya Sheeva melihat Minami berjalan semakin tanpa arah. Membuat seorang keamanan mencurigai kelakuannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD