Patmaraga, pukul 18:03
Assalamualaikum mbak yu ku
Aku menuliskan ini saat senja hampir tiba berharap engkau berkenan membacanya
Mbak... aku ingin sekali menjadi adik kecilmu yang selalu mengIYA kan semua pintamu meski mungkin berat bagiku, jalanku penuh batu,aku sendiri hampir terjatuh, rapuh, tak ada yg dapat kuucap selain satu kata LELAH
Sampai akhirnya duniaku berubah,hariku penuh warna ada merah,kuning,hijau seperti warna pelangi...Kau mungkin akan bertanya Mengapa? atau mungkin tanyamu tak ingin kau tuturkan. meski
tanya itu tak sampai di telingaku ijinkan aku matur padamu perihal hidupku yang mulai berubah tiba tiba indah.
Seseorang itu muncul dalam duniaku,munculnya tiba tiba, tanpa perantara, seseorang itu mengoyak semmuaaa keputus asaan, membiasakan aku menunduk, mengajari aku berkata NGGIH, menuntun aku menuju sebuah kepatuhan.
Aku takjub mbak...
Aku benar benar menikmatinya....
Aku tak dapat melukiskan indahnya selain satu kata AMAZING!!!!!
Mbak......
Ketika aku mulai merasa "sembuh" karena resep yang terus diraciknya,aku tertunduk karena Pelangiku juga ada diatas langit mu aku tertegun menatapnya dari tempatku.
Seseorang itu ternyata adalah juga pelangi yang telah memberi banyak warna di hidupmu....
Pergulatan halal adalah tujuan. namun bila sakit
adalah akhir dari cerita ini untukmu,aku sangsi melanjutkannya karena aku terlampau
menyayangimu meski kita di tempat yang berbeda....
Namun. bila pelangi itu menjauh dari hidupku langitku pasti tak indah lagi, mendung itu bisa datang
lagi, bahkan mungkin petir dan halilintar, dan... aku takut mbak.
Aku berada di ujung bimbang. Karenanya kutulis surat ini untukmu dan aku hanya akan MENGANGGUK tanpa MELAWAN atas petuahmu, bila mungkin kau ingin mencaciku lakukan namun sertakan ia dalam hening agar aku tak menyandang perrih.
Mbak yu ku sayang, dengan takut takut mulut aku memohon ijin kiranya kau berkenan membagi terangmu,kiranya kau berkenan membagi warna indah diatas langitmu,tak perlu dengan bagi yang sama karena aku hanya meminta seddddikiiit saja...itupun bila kau mengijinkannya.
Bila tidak pun sekali lagi AKU TAK AKAN MEMBANTAH! aku akan mundur merangkak seperti seorang abdi dalem meninggalkan peraduan raja.
Aku berani menuliskan ini menimbang perrih,menjaga hati, menjauhi dosa pada illahi, jangan tatap tajam aku mbak karena aku tak akan sanggup membalas tatapanmu,
Aku yakin engkau baik hati meski berbagi tak semudah kata baik itu sendiri.....
Semoga Allah menjaga hatimu juga hatiku.
Usai sudah surat itu ia tulis untuk Bagasnya, sembari ia titipkan secarik pesan “sebaiknya mulai hari ini kita menata hati dulu mas,agar niat baik kita ini menjadi baik untuk semuanya.”
Dirumahnya yang gelap Raisa duduk, memandangi ke empat malaikat kecilnya yang sedang tertidur.Tuhan pekiknya tertahan,bila pernikahan ini akan menyelamatkan kami kumohon kuatkan aku meniti garismu namun bila pernikahan ini akan membuat kami menangis lagi,melalui hari hari dengan caci maki kumohonnnnn jauhkan ia dari garis taqdirku.Karena bagiku yang terpenting saat ini adalah harga diri dan nama baik yang harus kusandang demi anak anakku. Mereka tak boleh malu atas dosa yang dibuat orang tuanya, bagaimanapun menjadi perebut suami orang masih dianggap tabu di Negara kami meskipun poligami halal di hadapanMu.
Raisa terseok-seok berdoa diterangi cahaya lilin yang apinya menari nari tertiup angin kecil dari fentilasi.
Sesekali api itu meredup, kemudian menyala lagi, tenang beberapa saat lalu bergoyang lagi. Demikianlah hidup, terkadang harus merasakan semilir angin,terkadang tenang,bergejolak lagi lalu kemudian hilang.Semua harus dilalui,bila mungkin TANPA MENGELUH! Karena mengeluh hanya akan menjadikan hidup terasa berat,langkah menjadi tak ringan.Tapi Tuhan itu Maha Indah, begitu maklum pada Irodah manusia yang suka berkeluh kesah.
Raisa merapatkan tubuhnya dalam dekap Tuhan,belum dilepas mukenah yang dipakainya,begitu hangat ia rasakan kasihNya. Mengadu pada Tuhan adalah pengaduan terindah yang mestinya harus dirasakan oleh banyak orang diluar sana, sebanyak apapun dosa kita,seburuk apapun perangai kita,sebesar apapun pinta kita karena pinta yang besar hanya bias dikabulkan oleh Yang Maha Besar.
Pagi tiba,udara hari ini beggitu dingin tidak seperti biasanya mungkin karena hujan semalam.
“Kakak, bangun,”panggil Raisa pada si sulung.
“Kakak….” Ulang Raisa lagi,si sulung yang selalu mengantarnya mengambil air sebelum adik- adiknya bangun,si sulung juga yang membangunkan adik-adiknya untuk kemudian sholat shubuh berjamaah. Mereka terlampau yakin bahwa kehidupan yang sedang dilaluinya saat ini adalah ujian cinta dari Tuhan, ada masanya Tuhan akan membRaisan hadiah atas keberhasilannya melampaui ujian. Keyakinan itu yang berusaha ia tularkan pada anak anaknya. Subhanallah diusia mereka yang masih begitu muda, mereka sangat faham pada penjelasan mamanya.
Begitulah, hari-hari yang dilalui Raisa dan anak- anaknya. Hari-hari dengan rutinitas yang terus menjadikan mereka makhluk yang penuh syukur.
Beberapa kali Bagas menelpon namun Raisa memilih untuk tidak menjawab telpon itu langsung, dia hanya mengirimakan jawaban via sms yang memastikan bahwa dirinya dan anak anak baik-baik saja. Dalam kesendirian itu Raisa terus berfikir, memecahkan misteri pertemuannya dengan Bagas, mengapa Tuhan mengijinkan mereka bertemu? ada apa? untuk apa? karena Raisa begitu yakin tak ada sesuatu yang diciptakan olehNya sia-sia.
Demi meyakinkan diri bahwa dia bukan wanita perebut suami orang Raisa memilih untuk kembali mengirimi Bagas sepucuk surat.
Assalamualaikum cinta...
Semalam aku resah,sulit sekali mata ini terpejam,begitu indah bila mengingat semuanya, kau begitu indah,artistik dan entah apa lagi aku tak dapat mengatakannya,sulit melukiskan keindahan yangg dilukis ALLAH dalam sosokmu..BEGITU LUAR BIASA.
Mas...aku begitu mengagumimu,awalnya kufikir begitu,namun semalam ku tahu bahwa kekaguman seperti ini juga muncul di hari yang lain dengan sosok sosok lain pula sebelum dirimu ada,dan lalu bila tak ada bedanya maka untuk apa?tanyaku..
Lalu aku semakin resah manakala muncul tanyaku.."jangan jangan ini hanya jejaring setan yang sengaja menjeratku untuk menjauhkan aku dari cinta Tuhanku..."Oh...aku takut,aku resah,aku gelisah..Malam Tadi..ya..Malam Tadi...saat aku begitu kuat memikirkanmu.
Dan mas...ijinkan kutulis surat ini untukmu,baca perlahan seperti ketika kau membaca hatiku,pelan hingga membuat aku melayang..
Mas,surat ini datang bukan karena aku tak menginginkanmu,justru karena ku begitu sayang padamu,aku takut kau juga aku mendapat murkaNYA.
Bagaimana tidak,sedang setiap inginku datang aku selalu ingat kamu,aku takut...
Aku takut panah iblis merobek keyakinanku pada Tuhan,menjerat ku dengan dalih cinta yang belum halal...
Kumohon maafmu,aku yakin kau tak akan kecewa dengan ini karena kutahu kau orang baik,pemahaman agamamu begitu kuat,sekali lagi maafkan aku..
Lihatlah diluar sana ada mawar,melati kembang plum berguguran berganti dengan kuncup kuncup yang baru, gunung Bamega kota kita menyambut hangat insyafku,SEMOGA...aku ingin kembali kekasih kembali pada kata halal,pengabdian dan penghormatan meski aku jauh dari kata cinta itu sendiri.papah rapuh hati kita dengan mendekatkan diri padaNYA,semua ada masanya...aku akan berdoa dari tempatku untuk bahagiamu semoga kau pun berkenan mendoakanku..
Aku sangat percaya bila masa itu tiba halal itu akan jadi milik kita tanpa menyakiti siapapun. Bila Engkau telah berani memapah hati kami berdua dengan kata saying dan kejujuran.Kumohon fahami aku.
Raisa
Dan surat yang ditulis Raisa tadi semakin meyakinkan Bagas bahwa Raisa benar-benar berat melalui jalan ini. Namun entah mengapa rasa berat itu bukannya menjadikan perasaan Bagas kian hilang namun menjadikan Bagas yakin bahwa Raisa adalah wanita yang tepat untuk menjadi pendamping halalnya, juga,menjadi adik dari Arum Sekar Arum istrinya.
„Menikah‟ mungkin akan jadi pemecahan masalah atas rasa cinta yang membahana.
Cintamu seperti panah Arjuna yang menerobos hatiku hingga berdarah-darah.
Aku sering meronta menahan gairah, dalam panahmu aku terpesona.
„Ini haram, Tuhan „ pekikku meminta perlindungan
Berdekatan denganmu setiap waktu membuat nafasku memburu, wajah ayumu menelanjangi kelelakianku.
Apa yang bisa kulakukan selain merengkuh kata halal.
Oh, Sang Penguasa Cinta
Bila cinta ini benar kumohon jangan Kau biarkan gairah setan membutakan aku Tuhan.
Halal, halal, halal
Dalam gamang kuinginkan kehalalalan, meski jalan itu berliku dan penuh batu tajam.
Menukik tajam dan kadang ketemukan turunan, kan kulalui itu demi sebuah pengorbanan.
Karena kuingin menjaga gairah dan meletakkannya di tempat yang benar. Menghujamkan nafsu dan meluncurkannya di jiwa yang kau ijinkan.
Kan kunikmati sakit bila itu darimu, kan ku kuatkan perih bila itu milikku.
Busur anak panah itu benar-benar telah menerobos hatiku.
Tak ada jalan lain kecuali menyelamatkan, aku, juga cintaku.
Batin Bagas terus bergumam tanpa jawab, ditutupnya kembali akun facebooknya usai membaca surat dari Raisa untuknya. Bagas berjalan mondar-mandir hanya demi untuk meyakinkan hatinya akan sebuah pilihan yang seakan semakin menyesakkan hatinya. Dia bingung bagaimana harus memulai episode baru yang akan dilaluinya, strategi apa yang akan ia gunakan untuk menjelaskan pada Arum istrinya, dan juga anak- anaknya, teman, orang tuanya, saudaranya...‟ah, apa yang harus kulakukan, agar semua tetap dalam kondisi baik-baik saja‟ gumam Bagas lagi. Satu sisi lainnya ia seakan tak kuasa menahan dentuman senyum Raisa yang terus menghajarnya dalam setiap mimpi atau lamunannya, disaat kesendiriannya, disaat ada bagian- bagian tipis dalam hatinya yang belum bisa ditutupi oleh semua wanita yang dikenalnya, tak terkecuali Arum istrinya