Senyum lebar diselingi tawa terus menghiasi wajah Aziel yang sedang duduk di sofa ruang tengah. TV 43 inch yang sedang menayangkan film kesukaannya terabaikan, begitu pun dengan makhluk berbulu yang dari tadi berusaha mencari perhatian dengan menggosokkan kepalanya ke tangan Aziel. “Haha. Hehehehe.” Puas sekali rasanya semalam. Setelah beberapa hari tidak bisa melihat wajahnya, pertemuan kemarin membuat rasa lelah akibat pekerjaannya seminggu terakhir ini raib seketika. Melihat eksrepsi kesalnya, rambut kuncir kuda yang bergoyang ke kanan-kiri selaras dengan gerakan kepalanya, matanya yang kadang menyorot tajam, pasrah, atau jahil karena merencanakan balas dendam padanya. Semuanya memenuhi pikiran Aziel dan tak henti membuatnya tertawa kecil tanpa disadari. “Suapin gue,” perintah Aziel