Home

1064 Words
                “Halo, kenapa?”  Ucap Aliya. Hening beberapa saat kemudian terdengar suara seseorang tapi bukan suara milik Dean.                 “Al, ini mama. pulang sekarang, Lulu kabur gak tau kemana, kamu kesini, bicara sama Dean.”  Suara itu adalah suara orang tua Dean, ibunya tepatnya. Aliya mematung di tempat, berdiri di depan pintu kamarnya selama beberapa saat.                 “Al… mama tunggu ya. Tolong.”  Ucap wanita paruh baya itu lagi, suaranya terdengar penuh harap, sementara Aliya tidak tahu harus apa. di satu sisi ia sudah nyaman menenangkan dirinya sendiri, namun di sisi lain Dean tetaplah sahabatnya, mustahil bagi Aliya untuk membiarkan Dean sendirian di tengah kehancurannya.                 Malam itu, Aliya memutuskan kembali ke Jakarta walaupun luka di hatinya masih belum benar-benar sembuh. Di pesawat Aliya baru sadar, kalau ia dan Gellar belum bertukar kontak sama sekali, ia bahkan tidak mengingat untuk meminta kontak pria tersebut. Bukan karena apanya tapi setidaknya Aliya mau berterimakasih kepada pria itu, karena Gellar lah, ia bisa pelan-pelan melepaskan kepenatan dalam kepalanya.Aliya menyesal, sekaligus juga merasa bersalah karena pasti besok Gellar akan datang untuk menjemputnya namun tidak menemukan dirinya di sana. Entahlah, tapi semoga, setelah masalah Dean selesai, Aliya bisa mencari tahu info tentang Gellar. *****                 Aliya langsung pulang ke rumahnya, sekedar menyimpan barang kemudian berlari menuju rumah Dean yang hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya. Aliya langsung masuk, berlari ke depan kamar Dean. Suasana rumah Dean kala itu begitu sepi, mama nya hanya diam merenung di depan pintu kamar Dean, duduk di sebuah kursi sembari menunggu anaknya mau keluar dari kamar.                 “Al… dia baru pulang, dia mabuk berat.” Ucap wanita paruh baya itu kepada sahabat putranya. Aliya memijat keningnya yang tiba-tiba terasa begitu pusing, Aliya mengetuk pintu kamar pria itu berkali-kali namun tak satupun respon dari Dean ia dapatkan.                 “Lo mau keluar atau nggak?! Keluar lo! Jangan kayak banci, kalau dia gak mau nikah ya udah! Lo deserve get someone’s better than her! Keluar lo b******n, gua mau bicara!” Teriak Aliya dengan lantang, beberapa detik setelahnya pintu kamar Dean terbuka, pria itu keluar dengan keadaan yang begitu acak-acakan. Bau alkohol langsung menyeruak ke seluruh ruangan hingga membuat Aliya tersedak karena kerasnya bau alkohol Dean.                 “b*****t lo ya!” Teriak Aliya kepada Dean, pria itu hanya bisa tunduk, ia juga saat ini tidak terlalu sadar dan bahkan bisa di bilang tidak paham dengan apa yang di katakan oleh sahabatnya itu.                 “Lo kenapa mau hancur-hancuran Cuma karena cewek? Ya kalau dia gak mau sama lo yaudah! Gak usah ngehancurin diri lo sendiri, bagus dia kabur di waktu-waktu yang sekarang, bagus dia gak ninggalin lo pas kalian udah nikah, bagus karena lo sama dia belum nikah, bagus karena tuhan udah nunjukin kalau dia bukan yang terbaik buat lo! Gila ya… berhenti nyakitin diri lo, berhenti bikin diri lo kayak orang lemah, mending lo gagal menikah, dari pada lo gagal dalam pernikahan. Lo mandi sekarang, cuci muka, ganti baju, istirahat. Besok pagi kita ke kantor.” Ucap Aliya. Ia mendorong tubuh Dean hingga masuk ke dalam kamar mandi, di susul oleh ibu pria itu. tanpa segan Aliya langsung menyiram tubuh sahabatnya itu dengan air dingin, tidak peduli dengan ocehan Dean yang semakin lama semakin tidak jelas. Setelahnya, Aliya menyerahkan Dean kepada orang tua nya, malam semakin larut dan ia perlu istirahat setelah long flight untuk bekerja besok pagi.                 Di kamar, pikiran Aliya terus tertuju kepada Gellar, bagaimana respon pria itu jika ia tidak menemukan Aliya besok pagi di hotel, di pikiran Aliya, pasti Gellar akan menganggapnya sebagai orang yang tidak tahu terimakasih. Aliya terus memikirkan pria itu hingga ia sama sekali tidak bisa memejamkan matanya hingga pagi. Pagi nya Aliya memutuskan untuk tidak ke kantor, badannya tiba-tiba terasa sakit, kepalanya pusing, bahkan Aliya tidak sanggup hanya untuk sekedar ke kamar mandi.                 “Pulang-pulang dari Bali lo nge drop gitu mbak. Kerja apaan sih di sana?” Tanya Aletta yang baru saja masuk ke dalam kamar kakaknya, gadis itu membawa semangkuk bubur ayam yang baru saja ia beli dari luar, beserta dengan segelas jus kesukaan kakak nya itu.                 “Ya kerja, menurut lo aja.” Jawab Aliya. Aletta menggelengkan kepalanya sembari meletakan nampan yang berisi makanan itu di atas meja kerja kakak nya.                 “Lo sakit aja galak banget. balik gih ke apart.” Ucap Aletta, mereka berdua memang sering kali berdebat, jauh merindu, dekat bertengkar. Seperti itulah Aliya dan Aletta. Aletta duduk di samping kakak nya, memotongkan sebuah apel untuk di makan oleh kakak nya itu, sementara Aliya hanya sibuk mengutak atik ponselnya.                 “Mbak, mas Dean batal nikah ya? Gila ya tuh cewek, kurang apa coba mas Dean? Ganteng, kaya, pinter, dah lah! Perfect banget, udah husbandable banget itu mas Dean. Tapi kenapa di tinggal ya? Padahal kan keliatannya baik-baik aja.” Ucap Aletta, Aliya menyimpan ponselnya kemudian menyimak ucapan adik nya itu.                 “Iya juga ya? Perasaan mereka baik-baik aja tuh, terus kenapa Lulu kabur? Hmm, gua pengen tanyain sih ke Dean tapi takut dia stress lagi. Kayaknya terpukul banget dia nya sampai semalam gua ngomel-ngomel dia diem aja, tapi gak nangis, dia juga malah mabuk, sialan emang si Lulu.” Ucap Aliya. Rasanya kesal melihat orang yang ia cintai justru di sakiti oleh orang lain, selama ini Aliya malah sibuk membahagiakan Dean sementara mengenyampingkan bahagianya sendiri, sementara orang lain malah menyianyiakan kepercayaan pria itu.                 “Emang gila tuh cewe, gaya banget lagi, cakep juga ngga, biasa aja kali. Tapi untung juga kan ya, mas Dean gak jadi nikah sama dia, udah jelek, penghianat lagi.” Ucap Aletta dengan penuh emosi. Aliya tertawa melihat adiknya yang sejak kedatangannya semalam sudah emosi dengan Lulu. Aletta memang tidak sedekat Aliya kepada Dean, namun melihat sahabat kakak nya itu di khianati oleh calon istrinya sendiri membuat Aletta menjadi geram, apalagi Dean se-tampan itu menurut Aletta, sangat tidak wajar jika di sia siakan oleh manusia jelek seperti Lulu.                 “Gila lo ya, kalau nge hujat orang gak nanggung-nanggung. Lo admin base twitter yang suka nge hujat ya?” Ucap Aliya, Aletta hanya tertawa kemudian berbaring di samping kakak nya. Usia mereka memang bisa di bilang cukup jauh, namun mereka tetap saja sangat dekat.                 “Semoga mas Dean dapat cewek yang jauh lebih baik deh daripada Lulu, anjir kesel banget gua sama tuh orang, kalau ketemu di jalan gua gampar ya.” Jawab Aletta yang di aamiinkan dalam hati oleh kakak nya sendiri. Semoga gua please. Aamiin.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD