bc

COLLATERAL

book_age18+
627
FOLLOW
2.8K
READ
goodgirl
independent
dare to love and hate
CEO
drama
comedy
bxg
office/work place
regency
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

Menjelang hari pernikahannya Aliya dan Gellar di hadapkan dengan pilihan sulit, Aliya di hadapkan dengan pujaan hati di masa lalu nya, sementara Gellar selalu mendapatkan godaan dari seorang wanita yang juga menawarkan kebahagiaan untuk nya. Love triangle, Between me , you , and him.

chap-preview
Free preview
THE TRUTH
                            Sudah terlalu canggung sepertinya, jika harus menatap mata mu lagi.                                                                             Aliya Erzitta Elena.                     Aku buru-buru menekan tombol lift menuju basement tempat di mana mobil ku terparkir. Sialannya, Aku , Alya , harus menghindari sahabat sekaligus cinta pertama ku sendiri Dean, di saat jam pulang kerja seperti ini. Ada kabar buruk yang akan ia sampaikan kepada ku, dan aku sudah mendengar nya dari teman-teman kantor ku yang lain. Empat belas tahun berteman dengan Dean, selama delapan tahun aku menyimpan rasa kepadanya. Bodoh bukan? . Dean sudah enam kali mengganti pasangannya selama empat belas tahun terakhir, sementara aku? Aku masih belum bisa menerima siapa-siapa untuk diriku sendiri.                 Aku dengan Dean, bertemu pertama kali di bangku sekolah menengah pertama, saat itu aku sedang duduk sendirian di pinggir lapangan basket sembari menunggu jemputan ku datang, tiba-tiba seorang wanita berambut pendek yang  baru saja mengurus berkas pindah anaknya. Wanita yang pagi nya aku temui di samping rumah, menghampiri ku, kala itu aku belum mengenal Dean, namun hari itu, saat aku dan ibu nya pulang bersama, aku dan Dean resmi menjadi seorang teman dan bermetamorfosa menjadi sepasang sahabat. Shit, there is no relationship between man and girl.                 Iya betul. Gak ada pertemanan yang murni di antara sepasang laki-laki dan perempuan. Gak ada! Aku bisa jamin itu.                 “Lo kenapa jalannya cepet amat sih, hampir gak kekejar” Ucap Dean sembari benapas tidak beraturan. Ia berdiri di hadapanku dengan rambut acak-acakan dan keringat yang membasahi dahi-nya.                 “Oh, lo ngejar, gak kerasa soalnya gua pakai earphone” Jawab ku asal, aku memang selalu memakai earphone di telinga ku jika hendak berangkat atau pun pulang bekerja, gak. Dimanapun, yang penting lagi di jalan, kalian ngerasa gak sih, vibes nya kalau lagi di jalan terus pakai earphone jadi kayak… punya dunia aja gitu, iya nggak sih? Iya.                 “Gua pengen ngasih tau lo sesuatu, tapi gak disini” Ucap Dean lagi, kali ini ia sudah tidak ngos-ngosan lagi, namun beberapa bulir keringat masih menempel di pelipisnya.                 “Apa tuh?” Tanya ku. Halah, pura-pura bego aja terus Al. sampai bego beneran.                 “Nanti aja deh, sekarang kita makan dulu yuk. Apa ya? Emmm Gokana… mau?” Tawar pria itu kepada ku. Tawaran yang sejak dulu menjadi tawaran yang bahkan sekali pun tidak pernah aku tolak, kapan pun, dimana pun, kalau Dean yang mengajak, aku tidak akan pernah menolak. Bagi ku, makan berdua dengan Dean adalah hal yang paling menyenangkan dalam dunia ku sendiri, bisa makan berdua dengan Dean, bercerita mengenai keseharian kami sembari tertawa melepas penat, menatap mata Dean yang seakan tersenyum di saat ia sedang tertawa, adalah surga bagi diri ku sendiri. Namun kali ini, tawaran itu seakan sudah tidak menarik lagi untukku, sejak pagi aku mendengar suara dari teman-teman kami bahwa Dean baru saja melamar Lulu tepat kemarin sore, dan Lulu menerima nya. Aku yang mengetahui nya hanya bisa tersenyum miris, dan kembali mengutuk diri ku sendiri. Kenapa lo gak pernah berani nyatain perasaan lo sendiri sama Dean.                 Aku terlalu takut, takut sendiri dengan banyak hal yang belum pasti terjadi, entahlah, menurut ku, jika saja aku jujur kepada Dean bahwa aku mencintai nya, Dean akan menjauhi ku, lebih jauh dari sekedar ia di miliki oleh orang lain. Jadi hingga saat ini, hingga Dean telah berpacaran selama enam kali dalam empat belas tahun aku mengenalnya, aku tidak pernah sama sekali berani mengutarakan perasaan ku sendiri kepada Dean.                 “Ayo” Jawab ku singkat. Tanpa pikir panjang, aku langsung naik ke mobil milik Dean. Hal yang pertama yang kembali membuatku merasa sakit sendiri ketika naik ke mobil Dean adalah, banyak hal tentang diri ku yang sudah tergantikan  di mobil itu, seperti foto yang seharusnya tergantung di kaca tengah mobil adalah foto ku bersama Dean kini di gantikan oleh foto Dean dan juga Lulu, bau parfume, bahkan barang-barang wanita yang tertinggal di mobil Dean kini bukan lagi milikku, tapi sudah tergantikan dengan milik Lulu.                 “Lo gak penasaran gitu, Al? apa yang gua bakal omongin?” Tanya Dean di sela-sela kami berangkat menuju Gokana, restaurant yang selama satu tahun terakhir ini menjadi restaurant kesukaan kami. Mendengar pertanyaan Dean, aku hanya menggeleng, karena memang aku tidak penasaran dengan apa yang akan ia katakan kepadaku karena AKU SUDAH TAHU. Padahal sebenarnya aku tidak mau tahu.                 “Gak asyik, lo kenapa jadi diem mulu sih? Gak se lantai sama gua selama tiga minggu terakhir bikin lo jadi gak asyik lagi tau Al” Ucap Dean sembari menatap ku dengan tatapan kesal nya, tidak aku bukan menjelma menjadi sosok Alma yang tidak asyik lagi, melainkan aku berusaha untuk sedikit menjauh dari diri nya. Bayangkan saja jika tiba di mana hari pernikahan Dean bersama lulu membuatku di cap sebagai Sad Girl.  Selama ini orang-orang di kantor mengira bahwa aku dan Dean sedang berpacaran, maka rasanya tidak lucu saja jika tiba dimana Dean harus menikah dan aku menjadi bahan pembicaraan orang – orang se-kantor.                 “Apaan sih lo jayus. Orang gue lagi capek banget, makanya diem aja. Lagian kan lo ngajak gue ke Goka buat ngomongin apa yang mau lo omongin, kalau lo ngomong sekarang, ngapain juga lo ngajak gue ke Goka?” Ucap ku dengan nada santai yang justru menurutku terdengar seperti nada penuh ke-sewotan.                 “Emang empat belas tahun sahabatan sama gue, kalau gue ngajak lo makan, pakai segala harus ada alasan? Enggak kan? Aneh” Jawab Dean yang  sekarang malah jadi sewot sendiri.                 Setelah Dean menjawab, aku memilih untuk tidak diam saja, biasanya jika kami bertengkar seperti ini suasananya akan memburuk selama satu atau dua jam kedepan, tapi aku berdoa semoga tidak, biar bagaimanapun juga beberapa bulan dari sekarang aku akan melepas Dean. Tidak, sekarang saja sudah aku lepas, maksudku nanti, dimana dia sudah menikah dengan Lulu, kami akan menjadi lebih canggung daripada sekarang.                 Setibanya kami di Gokana, Dean langsung memesan makanan kesukaan kami berdua, tanpa bertanya kepada ku dulu. Aku terima-terima saja, toh lagipula aku sedang tidak nafsu makan, paling juga makanannya tidak akan habis.                 “Jadi lo bener nih, sama sekali gak penasaran dengan what I want to tell you?” Tanya Dean lagi, kali ini mimik wajah nya sudah menunjukan perubahan, ia sudah tidak badmood lagi. Sementara aku? Masih.                 Aku menggeleng, lalu melipat tanganku di d**a menyeruput sebuah air botol dingin yang sengaja ku minta lebih dulu oleh pramusaji nya. “Ngomong aja kali, nanya mulu kayak Dora” Jawab ku santai, sembari menyimpan botol di atas meja.                 “Tau gak lo? Gue habis ngelamar Lulu… and SHE SAID YES!” Ucap Dean dengan begitu excited nya, matanya terpejam sembari mengusap wajahnya kasar berkali-kali. Ia tidak pernah terlihat se-excited ini selama empat belas tahun bersahabat denganku. Respond ku?             “Yahh. Kok Lulu sih yang di lamar? Kok bukan gue?” Gak deng, nyari mati lo?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hurt

read
1.1M
bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M
bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

Romantic Ghost

read
164.2K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

Rujuk

read
925.2K
bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook