Flashback

2845 Words
“Emang gila tuh cewe, gaya banget lagi, cakep juga ngga, biasa aja kali. Tapi untung juga kan ya, mas Dean gak jadi nikah sama dia, udah jelek, penghianat lagi.” Ucap Aletta dengan penuh emosi. Aliya tertawa melihat adiknya yang sejak kedatangannya semalam sudah emosi dengan Lulu. Aletta memang tidak sedekat Aliya kepada Dean, namun melihat sahabat kakak nya itu di khianati oleh calon istrinya sendiri membuat Aletta menjadi geram, apalagi Dean se-tampan itu menurut Aletta, sangat tidak wajar jika di sia siakan oleh manusia jelek seperti Lulu. “Gila lo ya, kalau nge hujat orang gak nanggung-nanggung. Lo admin base twitter yang suka nge hujat ya?” Ucap Aliya, Aletta hanya tertawa kemudian berbaring di samping kakak nya. Usia mereka memang bisa di bilang cukup jauh, namun mereka tetap saja sangat dekat. “Semoga mas Dean dapat cewek yang jauh lebih baik deh daripada Lulu, anjir kesel banget gua sama tuh orang, kalau ketemu di jalan gua gampar ya.” Jawab Aletta yang di aamiinkan dalam hati oleh kakak nya sendiri. Semoga gua please. Aamiin. ***** Dean muncul di hadapan Aliya dengan tampilan yang berubah seratus delapan puluh derajat dari yang Aliya lihat terakhir kali, ia muncul dengan gaya rambut baru serta wajah yang terlihat jauh lebih fresh, dia seakan-akan tidak memiliki masalah apa-apa. Aliya yang masih sakit hanya bisa menatap heran sahabatnya yang masih tetap setia berdiri di depan pintu kamarnya. “Kesurupan jin ifrid lo?” Ucap Aliya setelah Dean melangkahkan kaki nya masuk ke dalam kamar. Pria itu tersenyum penuh sembari meletakan berbagai macam makanan yang baru saja ia beli di meja samping tempat tidur sahabatnya itu. “Apaan sih jayus. Lo kenapa sakit coba? Dih cemen, superwoman kayak lo kok bisa sakit? Kangen gua lu ya?” Ucap Dean yang seketika mendapat lemparan bantal dari sahabatnya itu. “Pergi lo monyet.” Ucap Aliya, kepalanya masih pusing, sangat pusing tapi Dean tiba-tiba datang dengan segala perubahannya dan membuat kepala Aliya semakin terasa ingin pecah. “Dih gitu dia, eh nanti sore jalan-jalan mau gak? Lo tuh Cuma stuck di rumah jadi lo sakit gini, lo kangen kerja itu.” Ucap Dean. Aliya berpikir sejenak dan sadar bahwa ucapam sahabat nya itu ada benarnya juga. Aliya bangun kemudian meraih remot televisi yang terletak tidak jauh dari makanan yang di bawa oleh Dean tadi. “Harry potter atau Drama Korea?” Tanya Aliya. Dean mengangkat bahu, acuh seperti biasa, ia bukanlah pecinta film atau drama, jadi apapun tontonan yang di pilih Aliya, pasti Dean setuju-setuju saja. “Kenapa gak Teen Wolf aja?” Tanya Dean. Aliya menatap sahabatnya sejenak kemudian menghela napas “Lo mau nonton Teen Wolf? Kalau mau gua Play Teen Wolf nih.” Ucap Aliya, namun Dean hanya tersenyum, menunjukan deretan giginya yang rapih, sembari mengangkat kedua bahu nya. “Skip deh gua Cuma mau numpang tidur aja di sini.” Ucap Dean, ia pun kemudian menarik selimut hingga menutupi setengah badannya, tidur di samping Aliya yang sekarang sibuk menormalkan detak jantung nya. Sebenarnya Aliya masih penasaran dengan apa yang terjadi sama Dean, tetapi melihat mood Dean yang terlihat bagus, justru malah membuat Aliya hanya mengurungkan niatnya. Dua jam berlalu, Dean masih tenggelam dalam mimpinya sementara Aliya masih sibuk menonton serial drama korea yang sejak tadi menguras emosinya, cuplikan Kim Jung Hwan yang menyatakan perasaannya kepada Sung Doek Sun namun hanya berakhir dengan sebuah lelucon, Aliya geram sendiri karena selama ini ia berdiri sebagai Tim JungPal dan Doeksun, namun bodohnya pria itu tidak benar-benar menyatakan perasaannya kepada sahabatnya itu. “g****k banget kesel. Ya Allah! Langsung bilang aja sih, dia juga mau anjir itu liat mata nya. Capek banget di badutin.” Ucap Aliya yang kesal dengan apa yang ia tonton namun tetap saja dramanya masih ia tonton. Aliya melirik Dean, ponsel di samping pria itu berkelap-kelip dalam mode hening nya, Aliya tahu jelas bahwa itu adalah sebuah tanda bahwa Dean baru saja mendapat telepon dari seseorang, entahlah untuk kali pertama Aliya tidak merasa penasaran dengan orang tersebut. Aliya sadar bahwa keadaan yang sekarang ia rasakan sama persis dengan yang ia rasakan beberapa tahun yang lalu di saat ia dan Dean masih sama-sama duduk di bangku sekolah menengah atas. Dean selalu pulang ke rumah Aliya setiap kali mereka pulang sekolah, alasannya sederhana, karena masakan pembantu di rumah Aliya jauh lebih enak daripada masakan pembantu di rumahnya sendiri. Kedua orang tua mereka sama-sama sibuk sehingga mau tidak mau, mereka hanya di urus oleh pembantu mereka. Throwback “Mcd gak?” tanya Dean, ia datang secara tiba-tiba, merangkul pundak Aliya sembari menggiring gadis itu untuk berjalan beriringan menuju tempat parkir. “Boleh deh, tapi habis itu anter ke tempat les yang samping nya toko roti tempat biasa ya? Gua mau daftar.” Ucap Aliya, gadis itu melepas earphone di telinganya kemudian ia ia gulung lalu di masukan ke dalam tas. “Lo pacaran sama Dirga, Al?” Tanya Dean secara tiba-tiba ketika mereka berdua sudah duduk manis di atas motor. “Nggak tuh, kata siapa?” Tanya Aliya. Dean mengangkat bahu kemudian tancap gas, membawa Aliya ke tempat makan pilihan mereka. Sebenarnya sederhana bagi Aliya jika mau punya pacar, namun, ia selalu tidak tega ketika melihat Dean memintanya untuk tidak bersama dengan laki-laki lain. Entahlah, Aliya lupa kapan pertama kali ia merasa jatuh cinta kepada sahabatnya itu, namun yang jelas, ketika Dean menurunkan Aliya tepat di depan rumah, ketika Aliya melihat kendaraan Dean menghilang dari pandangannya di situ, ia selalu merasa seperti kehilangan sesuatu. “Lo gak ada niatan buat pacaran kan Al?” tanya Dean di sela-sela padatnya kendaraan siang itu, mereka menembus kemacetan, tidak peduli dengan panasnya sengatan matahari siang itu. “Nggak, kenapa sih lo nanyain itu mulu? gak usah lebay deh lo, orang lo aja suka gak tau diri kalau punya cewek.” Jawab Aliya. Iya! Aliya di masa SMA nya sangat berbeda dengan Aliya yang sekarang. Dulu ia terkenal dengan julukan The Bad Toxic , mulut nya tidak ter filter sama sekali, tipikal cewek-cewek nyinyir yang kalau di ajak debat gak bakalan pernah kalah, sering sekali mencaci orang yang lewat di hadapanny. Namun se toxic-toxic nya Aliya kala itu, ia masih memiliki banyak teman, bukan karena ia di manfaatkan karena kepintaran atau karena ketenarannya, namun memang ia dan Dean tumbuh di lingkungan sekolah yang sama toxic nya, teman-teman mereka tidak kalah nakal nya, jadi semua itu hanyalah sesuatu yang biasa bagi mereka. Throwback off “Bangun lo, balik sana.” Ucap Aliya ketika melihat mata Dean sudah mulai terbuka sedikit. Dean mendecih kesal lalu membalikan tubuh nya hingga memunggungi Aliya. “Let me sleep here for 1000 Hours.” Ucap Dean asal. Aliya hanya menggelengkan kepalanya lalu membiarkan Dean begitu saja. ***** “Emang gila tuh cewe, gaya banget lagi, cakep juga ngga, biasa aja kali. Tapi untung juga kan ya, mas Dean gak jadi nikah sama dia, udah jelek, penghianat lagi.” Ucap Aletta dengan penuh emosi. Aliya tertawa melihat adiknya yang sejak kedatangannya semalam sudah emosi dengan Lulu. Aletta memang tidak sedekat Aliya kepada Dean, namun melihat sahabat kakak nya itu di khianati oleh calon istrinya sendiri membuat Aletta menjadi geram, apalagi Dean se-tampan itu menurut Aletta, sangat tidak wajar jika di sia siakan oleh manusia jelek seperti Lulu. “Gila lo ya, kalau nge hujat orang gak nanggung-nanggung. Lo admin base twitter yang suka nge hujat ya?” Ucap Aliya, Aletta hanya tertawa kemudian berbaring di samping kakak nya. Usia mereka memang bisa di bilang cukup jauh, namun mereka tetap saja sangat dekat. “Semoga mas Dean dapat cewek yang jauh lebih baik deh daripada Lulu, anjir kesel banget gua sama tuh orang, kalau ketemu di jalan gua gampar ya.” Jawab Aletta yang di aamiinkan dalam hati oleh kakak nya sendiri. Semoga gua please. Aamiin. ***** Dean muncul di hadapan Aliya dengan tampilan yang berubah seratus delapan puluh derajat dari yang Aliya lihat terakhir kali, ia muncul dengan gaya rambut baru serta wajah yang terlihat jauh lebih fresh, dia seakan-akan tidak memiliki masalah apa-apa. Aliya yang masih sakit hanya bisa menatap heran sahabatnya yang masih tetap setia berdiri di depan pintu kamarnya. “Kesurupan jin ifrid lo?” Ucap Aliya setelah Dean melangkahkan kaki nya masuk ke dalam kamar. Pria itu tersenyum penuh sembari meletakan berbagai macam makanan yang baru saja ia beli di meja samping tempat tidur sahabatnya itu. “Apaan sih jayus. Lo kenapa sakit coba? Dih cemen, superwoman kayak lo kok bisa sakit? Kangen gua lu ya?” Ucap Dean yang seketika mendapat lemparan bantal dari sahabatnya itu. “Pergi lo monyet.” Ucap Aliya, kepalanya masih pusing, sangat pusing tapi Dean tiba-tiba datang dengan segala perubahannya dan membuat kepala Aliya semakin terasa ingin pecah. “Dih gitu dia, eh nanti sore jalan-jalan mau gak? Lo tuh Cuma stuck di rumah jadi lo sakit gini, lo kangen kerja itu.” Ucap Dean. Aliya berpikir sejenak dan sadar bahwa ucapam sahabat nya itu ada benarnya juga. Aliya bangun kemudian meraih remot televisi yang terletak tidak jauh dari makanan yang di bawa oleh Dean tadi. “Harry potter atau Drama Korea?” Tanya Aliya. Dean mengangkat bahu, acuh seperti biasa, ia bukanlah pecinta film atau drama, jadi apapun tontonan yang di pilih Aliya, pasti Dean setuju-setuju saja. “Kenapa gak Teen Wolf aja?” Tanya Dean. Aliya menatap sahabatnya sejenak kemudian menghela napas “Lo mau nonton Teen Wolf? Kalau mau gua Play Teen Wolf nih.” Ucap Aliya, namun Dean hanya tersenyum, menunjukan deretan giginya yang rapih, sembari mengangkat kedua bahu nya. “Skip deh gua Cuma mau numpang tidur aja di sini.” Ucap Dean, ia pun kemudian menarik selimut hingga menutupi setengah badannya, tidur di samping Aliya yang sekarang sibuk menormalkan detak jantung nya. Sebenarnya Aliya masih penasaran dengan apa yang terjadi sama Dean, tetapi melihat mood Dean yang terlihat bagus, justru malah membuat Aliya hanya mengurungkan niatnya. Dua jam berlalu, Dean masih tenggelam dalam mimpinya sementara Aliya masih sibuk menonton serial drama korea yang sejak tadi menguras emosinya, cuplikan Kim Jung Hwan yang menyatakan perasaannya kepada Sung Doek Sun namun hanya berakhir dengan sebuah lelucon, Aliya geram sendiri karena selama ini ia berdiri sebagai Tim JungPal dan Doeksun, namun bodohnya pria itu tidak benar-benar menyatakan perasaannya kepada sahabatnya itu. “g****k banget kesel. Ya Allah! Langsung bilang aja sih, dia juga mau anjir itu liat mata nya. Capek banget di badutin.” Ucap Aliya yang kesal dengan apa yang ia tonton namun tetap saja dramanya masih ia tonton. Aliya melirik Dean, ponsel di samping pria itu berkelap-kelip dalam mode hening nya, Aliya tahu jelas bahwa itu adalah sebuah tanda bahwa Dean baru saja mendapat telepon dari seseorang, entahlah untuk kali pertama Aliya tidak merasa penasaran dengan orang tersebut. Aliya sadar bahwa keadaan yang sekarang ia rasakan sama persis dengan yang ia rasakan beberapa tahun yang lalu di saat ia dan Dean masih sama-sama duduk di bangku sekolah menengah atas. Dean selalu pulang ke rumah Aliya setiap kali mereka pulang sekolah, alasannya sederhana, karena masakan pembantu di rumah Aliya jauh lebih enak daripada masakan pembantu di rumahnya sendiri. Kedua orang tua mereka sama-sama sibuk sehingga mau tidak mau, mereka hanya di urus oleh pembantu mereka. Throwback “Mcd gak?” tanya Dean, ia datang secara tiba-tiba, merangkul pundak Aliya sembari menggiring gadis itu untuk berjalan beriringan menuju tempat parkir. “Boleh deh, tapi habis itu anter ke tempat les yang samping nya toko roti tempat biasa ya? Gua mau daftar.” Ucap Aliya, gadis itu melepas earphone di telinganya kemudian ia ia gulung lalu di masukan ke dalam tas. “Lo pacaran sama Dirga, Al?” Tanya Dean secara tiba-tiba ketika mereka berdua sudah duduk manis di atas motor. “Nggak tuh, kata siapa?” Tanya Aliya. Dean mengangkat bahu kemudian tancap gas, membawa Aliya ke tempat makan pilihan mereka. Sebenarnya sederhana bagi Aliya jika mau punya pacar, namun, ia selalu tidak tega ketika melihat Dean memintanya untuk tidak bersama dengan laki-laki lain. Entahlah, Aliya lupa kapan pertama kali ia merasa jatuh cinta kepada sahabatnya itu, namun yang jelas, ketika Dean menurunkan Aliya tepat di depan rumah, ketika Aliya melihat kendaraan Dean menghilang dari pandangannya di situ, ia selalu merasa seperti kehilangan sesuatu. “Lo gak ada niatan buat pacaran kan Al?” tanya Dean di sela-sela padatnya kendaraan siang itu, mereka menembus kemacetan, tidak peduli dengan panasnya sengatan matahari siang itu. “Nggak, kenapa sih lo nanyain itu mulu? gak usah lebay deh lo, orang lo aja suka gak tau diri kalau punya cewek.” Jawab Aliya. Iya! Aliya di masa SMA nya sangat berbeda dengan Aliya yang sekarang. Dulu ia terkenal dengan julukan The Bad Toxic , mulut nya tidak ter filter sama sekali, tipikal cewek-cewek nyinyir yang kalau di ajak debat gak bakalan pernah kalah, sering sekali mencaci orang yang lewat di hadapanny. Namun se toxic-toxic nya Aliya kala itu, ia masih memiliki banyak teman, bukan karena ia di manfaatkan karena kepintaran atau karena ketenarannya, namun memang ia dan Dean tumbuh di lingkungan sekolah yang sama toxic nya, teman-teman mereka tidak kalah nakal nya, jadi semua itu hanyalah sesuatu yang biasa bagi mereka. Throwback off “Bangun lo, balik sana.” Ucap Aliya ketika melihat mata Dean sudah mulai terbuka sedikit. Dean mendecih kesal lalu membalikan tubuh nya hingga memunggungi Aliya. “Let me sleep here for 1000 Hours.” Ucap Dean asal. Aliya hanya menggelengkan kepalanya lalu membiarkan Dean begitu saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD